BAB 5

12.6K 1K 26
                                    

Arumi tahu jika ia telah menyakiti Divo. Arumi juga tahu jika ia sudah sangat keterlaluan kali ini. Tetapi egonya sebagai perempuan masih ia pertahankan. Ia teguh dengan pendiriannya yang berpikir 'namanya juga lupa, mau diapain lagi', padahal, semua orang tahu jika langkah selanjutnya yang seharusnya ia ambil adalah meminta maaf.

Jam menunjukkan pukul 1 dinihari, tetapi Arumi belum juga tidur. Sejak kepergian Divo dari rumahnya, Arumi sama sekali belum bisa mengenyahkan pria itu dari pikirannya. Mengingat wajah Divo tadi membuatnya mual, mual terhadap sikapnya sendiri yang sangat egois dan tidak peduli terhadap orang lain.

Sebenarnya ia ingin mengirimkan sebuah pesan kepada pria itu, tapi ia terlalu malu. Keberaniannya menguap begitu saja saat ia membuka chat room-nya dengan Divo. Alih-alih mengirim pesan, Arumi malah kembali menutup aplikasi Line dan beralih ke Whatsapp, mengintip last seen Divo yang masih belum berubah, yaitu pukul 20.56. Hatinya terasa sedikit terluka saat melihat 17 panggilan tak terjawab dan 34 pesan Divo di Whatsapp. Ia merasa sangat bodoh, membiarkan pria itu menunggu berjam-jam di depan rumah.

'Divo, maafin aku, aku lupa', gumamnya hanya dalam hati.

***


Arumi terbangun pukul 11 siang, saat ibunya membangunkannya dan berkata jika ada seseorang yang menunggu di depan rumah. Walaupun ia masih mengantuk karena ia baru tertidur selepas shalat subuh, tapi ia sedikit bersemangat, berharap yang menunggunya kali ini adalah Divo. Ia juga berharap pria itu menagih janjinya kemarin dan menggantinya dengan makan siang saja. Arumi sangat bersemangat, ia meminta ibunya untuk menyampaikan kepada orang  tersebut untuk menunggunya sebentar lagi, kemudian ia bergegas mandi dan sedikit memoles wajahnya.

Ia meninggalkan kamar sambil bersenandung dan setengah berlari menuju teras rumahnya, tetapi, langkahnya melambat saat ia mendapati orang lain yang duduk di kursi depan rumahnya.

"Bang Dipta?" Sapa Arumi.

"Rum? Seger banget, abis ngapain semalem sampe-sampe baru bangun jam segini?" Tanya bang Dipta membuka percakapan.

Jujur, Arumi sangat senang karena Dipta mendatangi rumahnya. Seumur hidupnya, ia sama sekali belum pernah mengajak seorang pria ke rumahnya, apalagi didatangi secara tiba-tiba. Tetapi, bukan Dipta yang diharapkannya hari ini, melainkan Divo. "Itu bang, abis movie marathon biasa, mumpung weekend," ujar Arumi beralasan.

"Ooh, mau nonton film lagi ga?" Tawar Dipta.

"Maksudnya, bang?" Tanya Arumi yang tak mengerti tujuan percakapannya.

"Nonton ke bioskop, yuk. Kokas aja, gimana?" Dipta memberi saran kepada Arumi.

"Yuk boleh, sekalian aku lagi pengen ke Sumoboo hehehe," Jawab Arumi bersemangat, "Bentar ya, aku ganti baju dulu," pamit Arumi dan ia pun langsung meninggalkan Dipta di teras depan.

***


Setelah selesai menonton, Arumi dan Dipta mengelilingi mall dan Dipta menghentikan Arumi saat keduanya melewati Origami, tempat berfoto yang ada di mall tersebut.

"Rum, foto bareng yuk, kamu cantik banget hari ini, aku jadi pengen abadiin kamu," goda Dipta.

Dipuji seperti itu, pipi Arumi bersemu merah. Ia sangat bahagia mendapat pujian dari pujaan hatinya, "Hehe, abang ga sadar kalo setiap hari aku cantik? Mata abang pasti kebanyakan dipake nonton Uttaran," ucap Arumi grogi.

"Hahaha liat pipi kamu merah, Rum. Ayok cepetan foto, keburu merahnya ilang," goda Dipta lagi dan rasanya, Arumi ingin memeluk tubuh Dipta dan menenggelamkan wajahnya di dada pria itu.

The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang