Dipta tidak pernah membenci Arumi, tetapi ia tidak bisa terlalu berdekatan dengan gadis itu. Bukan berarti ia menganggap gadis itu pengganggu, jujur saja keberadaan Arumi sedikit menghiburnya, tetapi ia tahu apa yang gadis itu inginkan. Cinta. Dan ia tidak bisa memberikannya.
Arumi adalah perempuan yang ceria dan pantang menyerah, tetapi ada satu yang aneh dari gadis itu. Meskipun ia adalah perempuan yang termasuk hyperactive, Arumi tidak pernah terlihat berolahraga. Seperti hari ini, Arumi hanya menjadi penyemangat teman-teman sejurusannya saja saat yang lain sibuk berpartisipasi dalam acara Rektor Cup.
"Rum, ga ikut lomba?" Dipta menghampiri Arumi yang sedang duduk di selasar yang menghubungkan fakultas teknik dan fakultas bahasa.
"Eh? Ada bang Dipta. Kenapa ga bilang kalo mau kesini? Kan aku bisa pake minyak wangi dulu sama dempulan, hehehe," Jawab Arumi tanpa malu.
"Rum, abang tanya serius," Ujar Dipta kesal. Kadang ia jengkel terhadap sikap Arumi yang susah diajak serius dan terlalu blak-blakan dalam menyampaikan sesuatu.
"Males keringetan," Arumi menjawab sambil mengibas-ngibaskan sobekan kardus ke lehernya.
"Biar sehat, Rum, jangan manja," Dipta tidak setuju.
"Aku dandan cantik aja bang Dipta ga ngelirik aku, gimana aku keringetan, kumel dan bau?" Arumi tidak berani memalingkan wajahnya ke arah Dipta.
"Rumii, kamu cantik kok, beneran. Itu si Divo sama Agung aja suka sama kamu," Dipta berusaha menaikkan lagi kepercayaan diri gadis itu.
"Aku gak mau sama mereka, aku kan sukanya sama abang," Rengek Arumi.
"Arumi, nanti kamu ngerti kenapa abang gak bisa sama kamu," Ucap Dipta hati-hati, ia takut menyakiti Arumi.
"Bang Dipta, nanti juga abang ngerti kenapa abang harus suka sama Rumi, percaya deh," Arumi berkata dengan angkuhnya.
"Ck, Rumi Rumi. Debat sama kamu tuh gak ada selesainya, mending jajan yuk!" Ajak Dipta.
"Tapi traktir ya!" Pinta Arumi tanpa ragu.
Dipta hanya menganggukkan kepalanya dan Arumi langsung berdiri dengan semangat.
***
Sejak kejadian ospek, Arumi memang sudah mendeklarasikan ketertarikannya kepada Dipta. Baginya, Dipta sudah memenuhi ceklisan -wan-nya.
Rupawan? Pasti! Dipta sebenarnya tidak tampan seperti artis Korea idolanya Hera, tetapi bagi ukuran orang Indonesia, Dipta sangat manis! Pria itu memiliki kulit sawo matang yang sedikit kebusuk-busukan, tinggi sekitar 170cm, badan yang tidak terlalu kekurangan dan kelebihan daging, rambut hitam dan lurus yang agak susah diatur, mata berwarna cokelat terang, tanda lahir di leher sebelah kanan, satu gingsul dan dua lesung pipi. Arumi mewanti-wanti siapapun untuk tidak membuat Dipta tersenyum atau tertawa, karena senyum dan tawa pria itu bisa membuat Arumi dan perempuan-perempuan lainnya mendadak seperti ikan di daratan. Megap-megap tak karuan! Ditambah suara tawanya yang mengalun merdu melebihi indahnya gubahan-gubahan Beethoven, membuat Arumi ingin merekamnya dan menjadikannya nada dering untuk pesan, telepon dan alarm sekaligus! Sama sekali tidak membosankan untuk didengar.
Ilmuwan? Jelas! Ia mendapatkan beasiswa pertukaran pelajar selama 1 semester di University of Essex di Inggris. Ia mengambil jurusan psikologi dan jurusan psikologi di University of Essex termasuk ke dalam yang terbaik di Inggris. Masih ditanya apakah dia pintar atau tidak? Coba cek standar pintar menurut kalian.
Hartawan? Tentu! Walaupun Arumi tidak tahu seberapa kaya ia dan orang tuanya, Jazz yang Dipta kemudikan sudah bisa mewakili perkiraannya. Ditambah dengan penampilannya yang sederhana tapi berkelas. Arumi tahu bahwa Dipta suka pakaian bermerk walaupun tidak terlalu mahal.
KAMU SEDANG MEMBACA
The One
Chick-Lit-COMPLETED- Setiap orang memiliki kriteria masing-masing dalam memilih pasangan. Entah itu penampilan, perilaku, sifat, dan yang akhir-akhir ini selalu dijadikan kriteria paling utama adalah kekayaan. Bagi Arumi, tipe kekasih dan pendamping hidup i...