Karena hari ini adalah tahun baru dan hari ulang tahun aku, aku mau ngasih kado buat kalian yaitu extra partnya Arumi dan Divo. Semoga kalian suka!
***
Pernikahan Arumi dan Divo sudah berjalan selama setahun 3 bulan. Ketika Arumi pertama kali menginjakkan kakinya di Finlandia, musim dingin sebelumnya, ia langsung jatuh sakit dan beberapa kali mimisan hebat. Selama beberapa minggu, Arumi hanya tergeletak tak berdaya di apartemen yang mereka tinggali.
Saat ini mereka sedang menantikan kelahiran anak pertamanya yang dijadwalkan akan lahir pada bulan ini, maret. Selama hamil, Arumi tidak banyak mengidam yang aneh-aneh tetapi sekalinya ia menginginkan sesuatu, hal itu sangatlah berat. Ngidam Arumi hanya berlangsung sekali, yaitu saat usia kandungannya 3 bulan. Arumi ingin makan rujak ulek yang ada di depan kampusnya dulu. Ia tak berhenti merengek pada Divo atau kalau tidak, Arumi tidak mau makan. Divo kalang kabut, memikirkan bagaimana cara mengabulkan permintaan Arumi. Hanya saja tidak ada cara lain selain mengajak Arumi pulang ke Indonesia. Ia terpaksa mengambil cuti 1 minggu. Selama 5 hari di Jakarta, Arumi hanya sekali makan rujak itu. Bayangkan, sekali. Katanya rujaknya gak seenak bayangannya. Dia menangis saat tahu ternyata penjualnya sudah meninggal dan usahanya diteruskan oleh anaknya. Setelah itu Arumi tak pernah meminta apa-apa lagi. Di Jakarta pun ia hanya berdiam diri di rumahnya atau rumah Divo.
Divo bersyukur karena morning sickness Arumi juga tidak terlalu parah, mungkin si jabang bayi mengerti jika papanya sibuk dan tak bisa selalu ada di samping sang mama. Divo dan orkestranya akan mengadakan tur Eropa, oleh karena itu Divo sering berada di luar rumah untuk latihan.
"Div, perut aku sakit," keluh Arumi ketika Divo memasuki rumah sehabis latihan.
"Hah? Sakit? Apanya? Aduh, kamu mau eek? Gimana dong? Maag kamu kambuh?" tanya Divo panik saat melihat Arumi meringis di sofa ruang tamu.
"Aduh mau jadi papa tapi begonya gak il-Eh eh eh Div ada air di paha aku," kata Arumi panik.
"Air? Air apa? Apartemennya bocor? Ya Allah kok bisaaa, udah bayar mahal ini, tar tar aku telpon pihak apart-" ucapan Divo terpotong oleh teriakan Arumi.
"Aaaaaa, Divo sintiiiiiing. Gue mau lahiran!!" Bentak Arumi. Ia meraung-raung kesakitan dan Divo hanya bolak-balik di hadapan Arumi. Ia sangat panik.
"Divoooooo, ngapain lo bolak balik! Anak lo mau keluar, kotoran tapiiiiir!!!!" teriak Arumi. Keringat bercucuran di dahinya.
"Eh kamu mau lahiran? Aduuuh gimana dong?" Divo membuka kulkas, kemudian pindah membuka laci-laci di kitchen set-nya, kemudian berpindah lagi membuka microwave."
"Eh sprema semut, anak lo udah mau keluar. Bawa gue ke rumah sakit, lo ngapain buka-buka kulkas, celeng!" sumpah serapah keluar dari mulut Arumi. Ia tidak mengerti mengapa suaminya bertindah sangat bodoh dan tidak cekatan.
"Yaudah yuk ke rumah sakit," Divo menuntun Arumi untuk bagun pelan-pelan setelah dia mengambil tas berisi perlengkapan bayi.
"Susah jalan ish," Arumi kembali menghardik.
"Kamu berat, Rum. Aku gak bisa ngangkatnya," jawab Divo polos dan Arumi langsung menjambaknya.
"Divoo pala anak lo udah mau nongol iniii, angkat gueee! Gendooong!!!" perintah Arumi tak dapat ditolak dan Divo pun langsung menggendong Arumi. Ajaibnya, pria itu tidak mengeluh karena berat karena cakaran dan gigitan Arumi terasa lebih menyakitkan. Tapi Divo tidak berkomentar karena Arumi pun pasti merasa sangat kesakitan.
Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 15 menit, akhirnya mereka tiba di rumah sakit. Arumi langsung diperiksa dan ternyata baru pembukaan 4.
Arumi dipindahkan ke ruangan biasa sambil menunggu proses pembukaannya lengkap. Ia merasa sangat amat kesakitan, beruntungnya Divo selalu ada di samping Arumi, mengelus-elusnya, menyeka keringat yang bercucuran, membantunya melakukan beberapa hal, menyuapinya dan lain-lain. Ia berusaha menjadi suami sigap untuk Arumi karena bagaimana pun, Arumi tengah berjuang untuk anak mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
The One
ChickLit-COMPLETED- Setiap orang memiliki kriteria masing-masing dalam memilih pasangan. Entah itu penampilan, perilaku, sifat, dan yang akhir-akhir ini selalu dijadikan kriteria paling utama adalah kekayaan. Bagi Arumi, tipe kekasih dan pendamping hidup i...