BAB 6

11.9K 944 19
                                    

Minggu pagi adalah waktu termalas bagi Arumi. Walaupun Arumi selalu merasa malas setiap saat, tetapi di akhir pekan, khususnya minggu, Arumi akan menjelma menjadi beberapa wujud. Ia berubah menjadi seperti batu, berdiam diri di tempat tidur tanpa melakukan apapun. Berubah menjadi keong, yang melakukan segala hal dengan sangat pelan. Menjadi seperti kucing, yang takut air, walaupun dalam kasusnya sekarang ini, Arumi sangat anti mandi di pagi hari. Menjadi seperti gorilla, yang makan tanpa dikunyah.j uga menjadi seperti kelelawar, yang tidur di siang hari. Orang tua Arumi sudah pasrah melihat anak gadisnya yang tidak pernah berubah, tapi di sisi lain, mereka merasa sedikit tenang karena Arumi tidak harus berkelana kesana kemari mencari hiburan dan menghabiskan uang untuk.... ongkos.

Arumi memang memiliki hobi yang aneh, ia tidak pernah bisa diam. Sejak di bangku sekolah dasar, Arumi sudah berani pulang pergi ke sekolah sendiri, padahal jarak antara rumah dan sekolahnya lumayan jauh. Sekarang, saat ia sudah dewasa, ia sering berjalan-jalan tak tentu arah. Memesan ojek online hanya untuk menuju ke suatu tempat yang belum pernah ia kunjungi. Jangan tanya apakah Arumi hafal jalan-jalan yang ada di Jakarta, karena jawabannya pasti YA. Jangankan jalan raya, jalan tikus dan kecoa pun Arumi hafal dengan baik.

Saat kedua orang tuanya menanyakan perihal keuntungan dari hobinya, Arumi menjawab dengan menggebu-gebu 'Biar Rumi tau seluk beluk Jakarta. Nanti tiba-tiba ada CEO nyasar di Pasar Ular kan Arumi bisa anterin dia pulang. Siapa tau ntar dia jatuh cinta sama Rumi dan kita menikah terus Arumi jadi orang kaya. Naik Limousine ke toko buku atau naik helikopter ke pulau pribadi.'

Ayah dan ibu Arumi sudah angkat tangan menghadapi anak perempuan satu-satunya itu. Untungnya, selama ini Arumi dapat menjaga diri dengan baik dan tidak pernah mengotori kepercayaan kedua orang tuanya.

Pernah suatu hari, Arumi kehabisan uang saat sedang berekspedisi mengelilingi Jakarta. Dan saat ia pulang, ibunya harus menghadapi kenyataan pahit, bahwa Arumi menaiki taksi saat dan ia dimintai ongkos yang cukup besar. Yaitu hampir 300.000 Rupiah.

Alasan Arumi saat itu membuat ibunya tidak jadi marah, 'Tadi pas mau pulang Rumi ngeliat kakek-kakek yang jualan figura, terus gerobaknya terguling karena gak sengaja, ban gerobaknya masuk lubang. Kakek itu nangis, bu. Jadi Arumi gak tega, Arumi kasihin deh semua uang jajan Arumi selama seminggu.'

Arumi memang gadis yang berandal, terlihat cuek dan tak tahu malu. Tetapi ia memiliki rasa peduli yang tinggi, setia kawan, dan suka membantu sesama.

***

Hari minggu ini, merupakan hari minggu penuh keajaiban dari yang maha kuasa. Ayah dan ibu Arumi syok melihat anak gadis pemalas mereka sudah bangun dan berpakaian rapi, padahal jam masih menunjukkan pukul setengah 8. Gadis itu mengenakan pakaian yang tidak terlalu heboh, tapi dilihat dari dandanannya, ia akan pergi ke suatu tempat.

"Rum? Kamu lagi sawan?" tanya sang ayah.

"Apa, yah?" tanya Arumi balik.

"Itu, kamu, engga lagi sakit? Arumi engga bakal mati besok kan? Biasanya kan orang mau mati berubah jadi lebih baik," jawab ayahnya yang masih setengah tak percaya.

"Apa sih yah? Anaknya rajin salah, males apalagi. Adopsi aja si Epon yang baik perangainya dan lemah lembut tutur katanya," ujar Arumi kesal sambil menggigiti es batu.

Epon adalah pramu wisma tetangga sebelah Arumi. Gadis itu berasal dari Ngawi, sangat polos dan sangat lemah lembut.

"We ka we ka we kaaaa," ayahnya tertawa datar, "Gak mau, anak ayah cuma Arumi aja, anak kesayangan kan, uunch," kata ayah Arumi sambil mencubiti kedua pipi anaknya.

"Idih, ayah Ozak," ucap Arumi sambil menggedikkan bahunya.

"Hahaha. Kamu mau kemana, Rum? Pagi bener," tanya ayahnya lagi.

The OneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang