25

7K 302 24
                                    


Abra POV

Saat jam istirahat tiba, gue segera menyusul Devina cs yang baru saja keluar dari kelas menuju kantin. Sebelum dia sampai di kantin gue sudah mengintrupsi nya

"Devina gue mau bicara" ujar gue pada Devina yang sudah menghentikan langkahnya, ia tahu kalau ada yang mesti gue tanyakan maka dari itu tanpa membantah ia langsung mengisyaratkan teman-temannya untuk duluan, dan dia mengikuti langkah gue menuju ruang laboratorium di lantai 3.

Sengaja gue menuntunnya ke sana karena tempatnya lumayan sepi dan gue masih punya otak untuk tidak mempermalukan diri gue di depan anak-anak MHS yang lain kalau gue nanti kelepasan bertindak dan memaki-maki Devina kasar.

Gue baru saja melewati koridor kelas sohib gue,Andrea. Pas saja dia juga baru keluar kelas saat gue lewat dan kami berpapasan

"Lo mau kemana bro? Sendirian aja?" tanya nya bingung, ia juga melihat Devina di belakang gue yang membuntuti,Andrea mengernyit

Gue melihat tepat kearah mata Andrea dan menyiratkan kalau gue mau berbicara dengan Devina berdua. Andrea langsung mengerti hanya dengan melihat mata gue dia mengangguk dan berkata sekali lagi

"Nanti nyusul ya seperti biasa" ucap nya yang mengatakan untuk segera menyusul geng kami di kantin tetapi gue baru ingat sesuatu

"Noval, Teja, sama Jovan masih di kelas. Lo samperin mereka dulu" kata gue memberi tahu dan dia mengangguk lagi

"Oke, Hati-hati bro" jawab Andrea tetapi matanya mendelik tajam ke arah Devina yang sedari tadi hanya diam, gue tersenyum miring karenanya dan melanjutkan langkah

Dipertengahan tangga menuju lantai tiga gue berhenti begitupun Devina juga ikut berhenti. Gue berbalik dan menatapnya tajam, sesuai dugaan biasanya kalau gue mengajak dia bicara Devina selalu exited dan nampak girang tetapi kali ini ia hanya bisa diam tertunduk.

"Liat gue" titah gue padanya, Devina mengangkat wajahnya ragu namun akhirnya ia menatap mata gue yang saat ini sedang berkilat marah

"Kenapa lo ketakutan begitu, lo pasti tahu hal apa yang bakal gue omongin ke elo" gue bicara dengan nada sedikit lantang dan terkesan menggertak

"Bukan gue,Ab. Gue hanya disuruh sama Alexa,sumpah" ucapnya langsung, gue tersenyum sinis mendengarnya dan melihat dia  ketakutan

"Hah, menggelikan."Ucap gue sarkastik, ia menggeleng pelan

"Sumpah Ab, gue gak bermaksud untuk mendorong Loyla ke kolam kemarin" Devina masih berusaha membela dirinya

"Omong kosong. Jelas-jelas elo sama Alexa memang mau mencelakai Loyla,kan?" gue  berusaha menekan Devina agar mengaku

" Bukan gue,Ab. Semua itu ide Alexa dan gue hanya menuruti perintahnya" jawab Devina dengan nada pelan. Cih, gue paling benci melihat ekspresi dia yang seolah tak bersalah padahal dia sendiri bagaikan jelmaan iblis saat bersama Loyla

"Oh jadi lo masih mau mengelak juga, oke gak apa-apa tapi lo camkan ini baik-baik gue bakal membalas apapun perbuatan yang telah elo sama Alexa lakuin ke pacar gue. Jangan harap gue mau mengasih belas kasihan pada kalian berdua" Ucap gue lantang.

Devina tersentak kaget dan tatapannya menyiratkan permohonan
"Ab, tolong jangan marah sama gue. Gue gak bermaksud mencelakai Loyla" matanya sudah berkaca-kaca

Gue gak perduli dengan apa yang diucapkannya, dia mau memohon sambil meraung pun gue gak akan termakan umpan licik nya.

"Lo pikir gue bakal percaya semua omongan lo, Denger Dev gue benci sama cewek kayak lo, gak tau diri dan egois"

Si Most Wanted Vs Si Tomboy{Selesai}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang