3

9.6K 412 1
                                    


Loyla POV

Oke, Cukup sudah. Baru dua hari gue masuk kesekolah ini,bukannya dapat banyak teman baru malah banyak dapat musuh. Poor Loyla !

Gue tau MHS dari dulu gimana sekolahnya, prestasi-prestasi muridnya. Hah ! Menurut gue itu sangat memuakkan. Bagi gue sekolah itu buat cari ilmu bukan seperti ajang kompetisi begini. Gak semua orang bisa masuk di sekolah ini, karena itulah gue gak suka sekolah ditempat ini.

Tapi mau bagaimana lagi, gue pindah ke MHS semua karena kedua orang tua angkat gue. Ya,Gue memang seorang anak angkat dari keluarga kaya raya. Keluarga Adam Abraham dan istrinya Ratna Saila Abraham. Mereka mengangkat gue sebagai anak mereka bukan karena mereka tidak memiliki anak,tidak. Malah anak mereka ada 2, Kenzo dan Shapira. Mereka berdua umurnya berada diatasku,bang Kenzo 3 tahun diatasku dan kak Shapira yang hanya satu tahun diatasku.

Awal kisah kenapa gue bisa menjadi anggota keluarga Abraham dimana waktu itu,Kira-kira sekitar 9 tahun yang lalu saat umur gue masih menginjak 8 tahun,dan gue masih tinggal ditempat asal gue yaitu Desa Purna.

Saat itu gue adalah anak jalanan yang tinggal di panti asuhan karena gue hidup didunia ini hanya sebatang kara. Ibu panti mengatakan bahwa ketika gue bayi, gue ditemukan tepat didepan teras panti asuhan. Dari cerita tersebut gue menyimpulkan bahwa gue ini adalah anak yang tidak diharapkan.

Gaya gue memang seperti anak laki-laki tapi dulu rambut gue masih panjang tidak pendek seperti sekarang. Gue bisa dibilang bocah bengal alias bandel, keseharian gue selain bermain gue sangat suka sekali mandi di sungai bersama teman-teman yang juga anak panti asuhan.

Waktu itu cuaca sedang terik-teriknya. Salah satu teman kecil gue,Dimas. Mengajak untuk mandi di sungai,tentu saja ajakannya tersebut langsung gue dan teman-teman lain iyakan. Sampai di sungai, tanpa babibu kami langsung saja terjun ke sungai. Brrr.. Airnya sungguh segar sekali,badan kami langsung adem seketika dan gerah yang kami rasakan sudah lenyap entah kemana.

Saat sedang asyik dengan aktivitas kami, dari kejauhan gue melihat ada seorang anak perempuan. Sepertinya umurnya tak beda jauh dari umur kami berlima. Anak itu sedang mengamati kami semua yang asyik berenang kesana kemari. Teman-teman gue yang terdiri dari Dimas,Shanty,Anggi,dan Wana tidak melihat anak tersebut. Awalnya, gue tidak memperdulikannya karena menurut gue itu anak ingin ikut berenang bersama kami namun sepertinya dilihat dari gelagatnya itu anak tidak bisa berenang, kasihan juga.

Kami masih saja asik bercanda tawa hingga suatu hal yang buruk terjadi.

Byurrr......

Anak perempuan itu tercebur kedalam sungai karena gundukan tanah dipinggir sungai yang dipijakinya tadi longsor jadilah ia ikut terperosok dan jatuh ke sungai, dan seperti dugaan gue diawal dia tidak bisa berenang. Anak itu timbul tenggelam didalam air, tangannya diangkat keatas dan sesekali berteriak

"Tolong... Tolong...." Jeritnya kala itu

sontak saja gue yang melihat dia langsung berenang melawan arus sungai yang lumayan deras, gue gak memperdulikannya yang pasti nyawa anak itu harus selamat.

Gue berhasil menyelamatkan anak perempuan itu alias Kak shapira yang sedang berkunjung ke Desa Purna bersama keluarganya selama seminggu. Dan sejak kejadian itu kami menjadi dekat dan tak lupa Kak Shapira mengenalkan gue dan teman-teman anak panti asuhan pada keluarganya. keluarga Abraham sangat baik. Mereka mendonasikan sejumlah uang yang nominalnya lumayan besar pada Ibu Sukma, pengurus panti yang kami tinggali untuk biaya kebutuhan anak-anak panti termasuk gue.

Saat keluarga Abraham hendak kembali ke Jakarta, mereka malah memboyong gue ikut bersama mereka hingga mengangkat gue sebagai keluarga mereka. sejak itulah gue disekolahkan dan dinafkahi oleh keluarga Abraham. Sebagai anak angkat gue cukup tahu diri dengan mengikuti segala perintah keluarga ini, gue gak mau di cap sebagai anak kurang ajar. Memang gue tomboy tapi bukan berarti urusan rumah tangga gue gak bisa, malah setiap hari saat pulang sekolah maupun pulang latihan gue selalu membantu membersihkan rumah dan ikut memasak didapur bersama assisten rumah tangga.

***

Sebenarnya gue dipindahkan ke MHS bukan tanpa alasan, papa Adam memindahkan gue tidak lain karena pihak MHS yang meminta papa mencarikan seorang atlit renang yang siap untuk diikut sertakan dalam kompetisi renang terbesar di Indonesia. awalnya gue heran kenapa harus nyari-nyari segala kan murid-murid MHS itu semuanya berbakat gak mungkin dong atlit renang aja gak ada. Pernah gue bertanya pada papa begitu tapi jawabannya "Atlit renang MHS sekarang masih junior semua belum bisa diikut sertakan dalam kompetisi besar seperti itu, mereka harus berpengalaman agar tidak mengecewakan sekolah"

"lah lantas kenapa Loy harus pindah kesana pa, apa hubungannya? Loyla juga udah kelas 12"

" Kamu kan tahu sendiri Loy kakak kamu, Shapira. yang notabene atlit renang MHS sudah tamat dari MHS sedangkan atlit-atlit renang mereka masih ditempa untuk jadi yang terbaik untuk itulah papa memindahkan kamu untuk membantu MHS agar menang dalam kompetisi itu, kamu kan atlit renang terbaik selain Shapira malah lebih baik tapi kesalahan papa dulu mengikuti kehendak kamu untuk sekolah di sekolah biasa jadinya bakat kamu tidak tersalurkan . Kalau kamu di MHS kamu bisa meraih prestasi itu dan tentu saja bakat berenang kamu gak sia-sia, nak. Masalah kamu kelas 12 itu tidak masalah, kan lomba itu tidak mematok umur asalkan masih berstatus seorang siswi lagian juga kamu dan rata-rata anak MHS itu belum genap 17 tahun." ujar papa panjang lebar yang membuat gue untuk menolak jadi mati kutu.

Ya, memang kak Shapira sejak kejadian ia nyaris tenggelam dia termotivasi untuk bisa berenang makanya setelah pulang ke Jakarta, papa memasukkan kami berdua ke tempat les renang atau swimming center. Kak Shapira cepat belajar ia giat latihan dan terus latihan hingga ia menjadi perenang tercepat menyaingi gue, ditambah lagi ia sekolah di MHS yang fasilitasnya serba ada menjadikan ia seorang atlit yang membawa pengaruh besar untuk MHS bahkan nama keluarga Abraham sendiri.

Sayangnya minat renang di MHS sedikit, karena semua siswanya mayoritas pencinta olahraga darat dan sekarang kompetisi besar itu hadir, sayangnya kak Shapira, atlit kebanggaan MHS sudah tamat sekolah jadilah MHS harus berusaha keras melatih atlit renang mudanya yang tidak banyak itu agar menjadi atlit hebat seperti kak Shapira. Alhasil gue dijadikan pengganti untuk menolong MHS dari ketepurukan itu. Ya ampun..... sebenarnya itu lebay sekali menurut gue, gue rasa MHS gak akan hancur atau pun tercoreng namanya jika kompetisi renang itu bukan anak MHS yang memenangkan, kan prestasi dari cabang olahraga lain itu sudah segudang banyaknya . Dan pendapat gue tentang MHS ini selain sekolah yang memuakkan ialah sekolah yang egois karena mau mendapatkan semuanya.

Intinya gue dipindahkan ke MHS agar bisa mengharumkan nama MHS yang sudah harum semerbak itu di bidang renang walaupun gue bukan atlit seperti kak Shapira yang pasti karena papa yang ikut andil masalah kompetisi itu, pihak MHS percaya akan bakat yang gue miliki. We'll see!!

sorry for typo dan keabsurd tan cerita saya :v




Si Most Wanted Vs Si Tomboy{Selesai}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang