8

8.2K 331 2
                                    

loyla POV

flashback on...

tettt....tett.....tettt....

Bel tanda pulang sudah berbunyi, Semua murid langsung bergegas meninggalkan kelas.Gue buru-buru membereskan perlengkapan belajar yang akan dimasukkan kedalam loker .

"Cit,lo duluan aja. gue mau menyimpan buku-buku gue diloker" ujar gue pada Citra yang sudah mengambin tas nya yang nampak penuh dengan buku-buku. Itu anak memang ajib bener deh, gue mah males banget bawa buku tebel-tebel kayak gitu mending gue taruh diloker aja.

" kok ditaruh di loker,Loy? kamu gak belajar dirumah?" ya elah ini sahabat gue nanya-nya menohok banget.

" ya belajar lah, tapi gue belajar pake LKS aja, buku cetaknya gue tinggalin. berat tau!" keluh gue membuat Citra hanya geleng-geleng kepala.

" Ya sudah, aku duluan ya?"ujarnya

"yaa... hati-hati aja!" Citra tersenyum lalu segera berlalu.

***

15 menit berselang....

Gue sudah diparkiran sekarang, tapi gue mendengar suara cempreng Devina sedang berbicara sama seseorang yang gue gak tau siapa karena tertutup batang pohon . Gue mencoba mendekat tapi masih dalam jarak aman, gue bisa mendengar dan melihat mereka sedangkan mereka tidak bisa melihat gue yang sedang berada dibalik pohon tadi.

" kenapa lo liatin gue mulu?" kata orang yang bicara sama Devina. Tapi gue kayak gak asing sama suaranya. gue masih tetap berada ditempat gue tadi , gue mutusin gak mau melihat cukup dengan mendengar saja. nanti gue ketahuan bisa gawat.

"gak apa-apa kok, Ab. Habisnya lo ganteng nya gak ketulungan, gemes deh" Ab? maksudnya si Abra? Ganteng dari mana coba?? ckck...

"eh apa-apaan sih lo, sakit tau gak!" jawab Abra kesal . gue masih mendengarkan dengan seksama, habisnya kalau gue mau pulang nanti gue ketahuan karena motor gue terparkir dekat dengan mobil mereka.

"ya ampun, maaf ya!" Ampun deh, kok suaranya manja-manja menjijikkan gitu? Ternyata si Devina ini alay juga. gue jadi penasaran banget ini, akhirnya gue putuskan untuk mengintip apa yang mereka lakukan.

Gue melihat Devina mengelus-elus wajahnya si Abra, dan Abra tentu saja marah dan menepisnya. Hahaha... sumpah deh gue pengen ngakak sekarang. Duo sejoli ini cocok juga jadi tontonan gratis!

" Abra, please deh. Lo tu kenapa sih? apa kurangnya gue coba?" Devina nampak frustasi, dan akhirnya gue mengerti sekarang apa maksud pembicaraan mereka ini. Sangat jelas kalau Devina menyukai Abra.

" elo gak kurang apapun, tapi hati gue gak bisa bohong aja" Dan itulah jawaban si kunyuk, haduh miris banget idup lo Dev ...Dev ditolak sama si most wanted.

Devina sekarang sudah berurai air mata, ya ampun mewek mulu ! baru ditolak jadi pacar aja nangis,gimana kalau ditolak jadi istri ? beh pasti udah banjir lingkungan sekitar.

" coba lo buka hati elo itu sedikit buat gue,Ab" ujarnya Devina perih.

" Maaf,Dev. Gue gak bisa"

" apa karena cewek itu?" tanya Devina pada Abra, anehnya gue melihat rahang Abra mengeras saat mendengar pertanyaan Devina dan dia buru-buru masuk kedalam mobilnya dan pergi meninggalkan Devina yang sudah sesegukkan. Gue masih terdiam ditempat 'apa karena cewek itu?' sebenarnya yang dimaksud 'cewek itu' siapa?

Tak lama gue mendengar suara orang yang sangat gue kenal, Citra. sepertinya dia belum pulang.

" Kamu kenapa nangis Dev?" Citra bertanya baik-baik dengan Devina , ia hendak menghibur tetapi si Devina langsung marah-marah.

" ngapain lo disini, pergi! jangan ganggu gue" bentaknya pada Citra, sebenarnya gue kasihan sama citra tapi mau gimana lagi kalau gue menampakkan diri, bisa-bisa Devina makin benci sama gue. Akhirnya kami semua pergi. Devina maupun Citra tidak menyadari adanya gue yang mendengar setiap pembicaraan mereka.

flashback end....

***

Gue datang sekolah agak terlambat karena kak Kenzo yang mengantar, kalau dia ada dirumah gue gak bisa ngapa-ngapain termasuk bawa motor. Dia bilang demi keselamatan jadinya dia rela mengantar jemput gue sekolah, ya walaupun bikin gue terlambat seperti ini tapi untungnya gerbangnya masih buka. gimana tidak terlambat, dia bangun kesiangan, berkendara juga santai banget 40 km/jam enak kalau bisa salip menyalip nah ini kak Kenzo taat peraturan banget. ckck ampun banget deh gue yang udah biasa kecepatan tinggi berasa naik sepeda kalo kayak begini padahal motor yang dipake motor sport.

setelah sampai didalam kelas, suasana canggung langsung menjalar. Devina yang asik bercakap-cakap sama gengs nya langsung terdiam saat melihat kehadiran gue. kenapa tu orang? aneh banget. Gue masa bodoh aja dan terus berjalan hingga berhenti tepat di bangku gue, Citra sedang piket. setelah duduk gue merasa ada yang memperhatikan gue, akhirnya gue menoleh kesamping dan membuat gue cukup terkejut.

" kenapa lo liatin gue? "tanya Abra kesal

" Ha? siapa yang ngeliatin elo kayak gak ada objek penglihatan bagus aja. seharusnya gue yang nanya kenapa lo ngeliatin gue kayak gitu?" sungut gue, apa-apaan sok bilang gue yang liatin dia padahal dia yang liatin gue.

" maksud lo, gue objek pandang yang gak bagus,gitu?"

" ya bilang elo bukan gue " gue langsung mengeluarkan Ipod, malas berdebat masalah yang gak penting.

" sialan lo" umpatnya, gue hanya terkekeh. aneh ini orang memang dengan orang lain kecuali teman-temannya dia diem banget, terkesan beku. lah kalau sama gue udah kayak nenek rombeng.

" gak usah ketawa diatas penderitaan orang " nasehatnya membuat gue jadi ngakak membuat perhatiaan orang yang ada dikelas ini beralih sama gue.

" sejak kapan seorang Abra bisa menasehati orang lain, lebih baik lo nasehatin diri lo dulu jangan suka menyakiti perasaan wanita" sengaja gue bilang barusan karena ingin menyindir Devina, karena sedari gue debat sama kunyuk dia langsung memperhatikan kami. gue yakin gue dengar apa yang barusan gue omongin karena terbukti sekarang dia menahan amarah plus rasa malu.

wajah Abra memerah " elo, berani banget lo bicara seperti itu" Abra menunjuk kearah gue, gue santai aja. ini orang memang gak bisa ditebak. Maunya apa coba?

" heh, yang berani bicara duluan siapa? udahlah ya, urusin aja hidup lo bapak Abra yang terhormat" dan gue langsung beranjak dari bangku gue menuju gedung olahraga tidak memperdulikan Abra yang tidak terima gue berbicara seperti itu. Barusan gue menerima sms dari Keanu mengatakan kalau Pak Farma, guru olahraga ingin mendiskusikan masalah perlombaan nanti.

sekarang gue hanya akan memulai berfokus pada apa yang menjadi alasan gue sekolah disini, dan pembuktian gue untuk Devina akan gue lakukan nanti saat perlombaan selesai. dan pembuktian itu akan melibatkan seorang most wanted.

gaje? iya emang :D

masih berlanjut....



Si Most Wanted Vs Si Tomboy{Selesai}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang