22

7.3K 237 8
                                    

Author POV

Abra berjalan di depan Loyla dan Citra yang sedang bercanda. Selama perjalanan tak ada yang membahas masalah yang barusan saja terjadi.

Loyla juga seolah lupa kalau ia hampir mendapatkan sebuah tamparan dari Devina. Ia memilih bersenda gurau dengan Citra sambil melepas rindu.

Melihat keakraban Loyla dan Citra membuat Abra gondok sendiri, pasalnya ia merasa diabaikan padahal selama perjalanan menuju kantin, Tatapan memuja dari anak-anak MHS terus ia dapat kan mengiringi setiap langkahnya. Sedangkan dua makhluk dibelakangnya malah menganggap dirinya tak kasat mata.

Abra berhenti dan berbalik menghadap Loyla dan Citra. Pun Loyla dan Citra ikut berhenti,memandang heran kearah Abra. Abra memandangi dua gadis didepannya ini bergantian.

"Kenapa?" Tanya Loyla spontan

Abra berdehem sejenak dan menatap Citra " Cit, lo bisa ke kantin duluan? Gue ada yang perlu diomongin sama Loyla" Pintanya

Citra diam dan melirik kearah Loyla menanyakan keputusan Loyla. Loyla yang semula bingung akhirnya mengangguk pada Citra menyuruhnya untuk mengiyakan permintaan Abra.

Citra pamit undur diri. Dan setelah kepergian Citra, Abra mengajak Loyla untuk bicara berdua dengannya di taman sekolah. Loyla mengikutinya dengan perasaan sedikit kesal.

Setelah berada ditaman dan mereka berdua sudah duduk  bersisian dibangku panjang yang ada disana, Loyla segera membuka pembicaraan karena sedari tadi Abra seperti berpikir keras dan tak nampak akan langsung bicara.

"Lo kenapa ngajak gue ke sini, lo tau gue sekarang laper dan harus minum obat" kata Loyla. Memang benar pasca masuk rumah sakit kemarin dokter menyuruhnya agar rutin minum obat agar kondisinya benar-benar membaik walaupun ia sudah terlihat sehat.

Abra menoleh dan memandang Loyla " Iya maaf, gue mau bicara bentar doang kok" Jawabnya

"Lo mau ngomong apaan?" tanya Loyla tak sabar

Abra menghembuskan nafasnya gusar " Loyla, kalau ada apa-apa elo harus ngadu ke gue"

Loyla membolakan matanya dan balas menatap Abra yang juga menatapnya , setelahnya Loyla terkekeh pelan

"Kok elo ketawa sih? Gue bicara serius" Ucap Abra merasa kesal. Selalu dan selalu saja Loyla mentertawakannya disaat serius seperti ini

"Gue udah besar Abra, ngapain gue ngadu ke elo"

Abra menggeram mendengar jawaban Loyla,tidak kah dia tahu kalau Abra prihatin akan keadaannya yang terancam itu.

"Tapi gue sudah menggiring elo ke dalam masalah, jadi itu sudah tanggung jawab gue untuk melindungi elo dari kejadian seperti tadi" sungut Abra

Ucapan Abra membuat Loyla sedikit tersentuh 'Sadar diri juga ni bocah'. Ia pun tersenyum samar

"Gue bukan tipe orang yang suka mengadu, seharusnya elo yang lebih peka dan melindungi gue tanpa perlu gue minta perlindungan sama elo" balas Loyla santai

Abra menggeleng tegas mendengar jawaban itu

"Setidaknya elo harus bicara sama gue masalah apa yang elo hadapi menyangkut hubungan kita. Gue tahu kok dan gue bakal ngelindungin elo baik dari Alexa ataupun Devina. Tapi kan, adakalanya gue gak ada didekat elo jadi saat hal-hal itu terjadi elo harus cerita sama gue, Inget ini masalah kita bersama"  Ucap Abra panjang lebar

Loyla merasa takjub ternyata orang yang menurutnya kaku seperti Abra ini bisa banyak bicara juga. Ia tersenyum simpul dan sesuatu terbesit diotaknya

"Iya gue ngerti, tapi gue ada permintaan sama elo"

"Apa?" Tanya Abra, sedikit heran  mengingat tak biasanya Loyla meminta sesuatu padanya

Si Most Wanted Vs Si Tomboy{Selesai}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang