Tiga hari sudah mereka liburan. Dalam perjalanan pulang, Flora hanya terdiam dengan alasan lelah. Kedua sahabatnya pun tak banyak bicara dan hanya sesekali menegur. Yah, mungkin mereka juga lelah.
Flora segera berpamitan saat mobil Mimi berhenti didepan rumahnya. Ia bergegas masuk kedalam rumah menuju kamar. Barang-barangnya ia keluarkan dari dalam tas. Dan sebuah kertas kecil tak sengaja terjatuh ke lantai, sebuah kartu nama. Flora pungut dan matanya menatap tajam saat membaca nama yang tertera. Tangan Flora perlahan meremasnya seraya terduduk di ranjang. Memorinya kembali teringat kejadian dua malam lalu, ada sorot kebencian dimatanya walaupun mata indah itu kembali berair.
Flora lempar kertas itu kesembarang tempat lalu menopang keningnya dengan kedua tangan.
'Yaa Tuhan. Kenapa semua ini terjadi padaku? Gimana kalau mama tau? Dia pasti kecewa banget. Gimana kalau Zaki juga tau? Apa dia masih mau menjalin hubungan dengan wanita kotor seperti aku?'
***
Sudah satu minggu, Flora yang biasa ceria, kini lebih banyak menghabiskan waktu di kamar. Itu informasi yang dikabarkan asisten rumah tangganya kepada Dina karena akhir-akhir ini dia sedang banyak pekerjaan di kantor.
"Sayang, kamu kenapa? Kata bi Siti, akhir-akhir ini kamu jarang keluar kamar." Dina mendekati Flora yang sedang membaca buku di kamar.
"Flo nggak pa-pa, Ma."
"Tapi,."
"Non, ada mas Zaki dibawah." Seru bi Siti didepan pintu kamar.
"Zaki?"
"Kamu lagi ada masalah sama Zaki?" Dina melihat ekspresi Flora berubah mendengar nama Zaki.
"Bentar ma, Flo temui Zaki dulu."
Tanpa menunggu tanggapan mamanya, Flora beranjak dari kasur dan keluar kamar. Ia sempat berhenti sejenak saat melihat Zaki dari lantai atas. Ada keraguan untuk menemui kekasihnya itu, tapi ia juga tak ingin menghindar. Flora harus mengambil sikap dan mengatakan apa yang sudah ia pikirkan selama beberapa hari ini.
"Hai ay, maaf ya aku ngaret pulang dari Surabayanya." Zaki ingin mencium pipi Flora tapi gadis itu menghindar.
"Maaf, Ki. Aku lagi flu, takut kamu ketularan."
"Tunggu dulu. Kamu bilang apa barusan? Ki?" Flora hanya terdiam menunduk.
"Kalau kamu panggil nama biasanya lagi ngambek. Emang aku punya salah apa sama kamu? Atau karena aku nggak ikut liburan kemarin terus pulangnya telat, makanya kamu ngambek, iya?" Flora masih terdiam.
"Ya udah aku minta maaf, Sayang." Zaki duduk disebelah Flora, ingin merangkulnya, tapi lagi-lagi gadis itu menghindar.
"Kamu kenapa sih ay? Akhir-akhir ini aneh. Chat aku jarang di bales dan sekarang kamu menghindari aku." Suara keheranan Zaki semakin membuat tenggorokan Flora tercekat. Ia tak tega tapi Flora harus mengatakannya.
"Aku – aku mau kita putus."
"Putus?" Zaki terkaget, ia raih bahu Flora, mengangkat dagunya dan memaksanya berhadapan.
"Kenapa? Aku salah apa sama kamu?" Flora menggeleng cepat.
"Kamu nggak salah. Aku cuma,."
"Cuma apa?"
"Aku udah nggak sayang sama kamu. Jadi percuma kita terusin." Mata Flora sudah berkaca, bahkan bibirnya bergetar mengatakan itu.
"Kamu bohong, Flo. Nggak mungkin kamu tiba-tiba kaya gini tanpa alasan. Sebenarnya kamu kenapa? Jangan buat aku bingung."
KAMU SEDANG MEMBACA
PUISI UNTUK BUNDA
General FictionAku hidup bersama Ayah dari aku masih bayi merah hingga saat ini Jika kalian bertanya, memang dimana Bundamu? Apa sudah meninggal? Maka dengan tegas kukatakan, "Bundaku masih hidup. Beliau amat sangat cantik dan tentu saja sangat sehat tidak kurang...