PART 45

1.3K 91 32
                                    

"Kamu lepasin aku, Gam."

------------------------------

Agam tertegun sejenak kemudian tertawa terbahak.

"Hahahhaaa. Becandaan kamu totalitas banget sih, Nda, pakai acara lepas cincin segala."

"Aku serius."

"Udahlah. Sini aku pakaiin lagi."

"Aku serius, AGAM!" Flora menarik tangannya saat Agam ingin memakaikan cincin itu lagi.

Agam terpaku. Menatap Flora dalam, membuat istrinya itu salah tingkah dan memalingkan wajah.

Sejenak suasana hening.

"Jadi begini kamu mengartikan semuanya?" Agam menatap cincin Flora ditangannya, mengenggamnya erat.

"Jadi setiap kebahagiaan, kata cinta, mimpi dan semua yang udah kita lalui selama empat tahun kebersamaan kita ini, semuanya hanya omong kosong?"

Flora menggeleng ingin bersuara tapi,.

"Aku pikir setelah kita menikah, kamu udah benar-benar cinta sama aku, Flo. Tapi ternyata aku salah. Kamu,."

"Aku cinta sama kamu, Gam." sergah Flora cepat.

Dengan senyum getir, Agam menggeleng.

"Enggak."

"Aku sangat mencintai kamu, AGAM!"

"Kalau cinta, kamu nggak mungkin nyuruh aku pergi, FLO!" sambar Agam tak kalah tegas.

Keduanya beradu mata dengan nafas memburu. Melihat butiran semakin deras jatuh dari mata Flora, satu tangan Agam terangkat menyentuh wajah istrinya.

"Kalau cinta, kamu pasti akan meminta aku untuk tinggal, bukan pergi." Kata Agam melembut. Flora sedikit menunduk.

"Aku cuma mau kamu bahagia, Gam. Itu aja." Agam mengatur emosinya, mengangkat dagu Flora.

"Dan kebahagiaan aku kalau ada kamu disamping aku, Flo." Flora hanya bergeming dalam isakan.

Menghela nafas dalam, Agam berlutut didepan Flora. Menggenggam tangan istrinya dengan satu tangan, sementara yang lain mengusap bulir bening yang mengalir deras.

"Sekarang aku tanya sama kamu. Seandainya posisinya dibalik, aku yang ada di posisi kamu, apa kamu mau pergi ninggalin aku?"

"Itu beda, Gam. Sebagai seorang istri udah kewajiban aku melayani kamu, bukan sebaliknya."

"Sama aja, Flo. Dalam pernikahan, siapa yang kesusahan, sudah seharusnya yang lain selalu membantu. Tidak peduli dia istri atau suami."

"Tapi aku akan nyusahin kamu sepanjang sisa hidup aku."

"Dan aku akan selalu ada buat kamu selama apapun itu." sambar Agam.

Flora menggeleng, menarik tangannya pelan.

"Ck. Sekarang memang belum terlalu terasa. Tapi nanti, aku bukan cuma akan melupakan kamu, tapi aku akan lupa sama diri aku sendiri. Hidup aku udah nggak ada gunanya, Gam. Aku hanya akan merepotkan kamu. Dan saat itu terjadi, kamu pasti akan menyesal udah nikah sama aku."

Agam merubah ekspresinya menjadi tak suka mendengar ucapan Flora.

"Siapa bilang kamu nggak guna? Dan siapa yang bilang aku akan menyesal?" Flora bergeming.

"Semua itu cuma persepsi kamu, Flo. Kita ini suami istri, kamu nggak bisa ambil keputusan sepihak tanpa melihat dari sisi aku. Kamu,."

"Aku cuma bicara realita, Gam. Dan aku,."

PUISI UNTUK BUNDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang