PART 22

2.7K 154 42
                                    

Sudah satu minggu sejak Flora dan Agam saling mengungkapkan perasaan. Keduanya juga sudah melakukan rutinitas seperti biasa. Hanya saja sejak saat itu Natta tinggal di rumah Flora.

Natta yang tidak ingin jauh dari Ibunya mengharuskan Flora membawanya pulang. Jelas Flora sangat senang, Agam juga mengijinkan karena untuk saat ini bukan hanya kebahagiaan Natta yang menjadi prioritasnya, tapi kebahagiaan Flora juga. Dan tidak mungkin juga 'kan Flora tinggal di rumah Agam sebelum status mereka resmi menjadi suami istri?

Bicara soal status, Agam sendiri sedang mempersiapkan pernikahan mereka sambil menunggu Natta benar-benar sembuh. Pria itu sengaja tidak mengijinkan Flora ikut mengurus pernikahan. Bukannya Agam egois, tapi dia ingin memberi Flora kejutan. Entahlah kejutan seperti apa, Flora tidak mengerti dan tidak mau terlalu mempermasalahkannya. Flora hanya meminta pernikahan yang sederhana saja yang dihadiri orang-orang terdekat.

Walaupun tidak ikut andil banyak, Flora tetap minta ambil bagian dalam merancang setelan jas yang akan dipakai Agam dan Natta. Untuk gaun yang akan dia pakai sih Flora sudah mendesainnya sejak jaman sekolah, tepatnya saat dia memutuskan serius ingin menjadi designer.

Keinginan sederhananya ingin memakai gaun karya sendiri saat menikah sempat pupus setelah mengetahui dirinya hamil. Tapi setelah dia benar-benar menjadi designer, entah kenapa Flora kembali membuka desain itu lalu membuatnya. Walaupun belum tau akan memakainya atau tidak, setidaknya Flora senang melihat gaunnya sendiri. Dan sekarang gaun itu akan segera ia kenakan saat pernikahannya dengan Agam nanti.

Flora sangat senang menikmati status barunya sekarang menjadi seorang ibu. Ralat, lebih tepatnya saat ia benar-benar menjalani rutinitas menjadi seorang ibu. Membangunkan Natta di pagi hari, sarapan bersama dan menyiapkan keperluan lainnya. Natta belum masuk sekolah setelah kecelakaan dan Flora benar-benar memanfaatkan quality time bersama anaknya disamping mengurus pekerjaan.

Seperti saat ini, Flora baru saja keluar dari ruangan dokter menemani Natta kontrol. Mereka berjalan kearah kasir sebelum menunggu antrian obat di bagian farmasi.

"Bunda, kenapa Ayah nggak ikut kita kesini? Pas kontrol pertama kemarin Ayah ikut."

"Tadi sih Ayah udah bilang kalau nggak bisa ikut, tapi Bunda coba telfon dulu ya." Natta mengangguk lalu kembali menikmati cokelat di tangannya.

Keduanya sudah duduk di ruang tunggu farmasi. Flora merangkul Natta yang bersandar di bahunya sambil menempelkan ponselnya ke telinga, menunggu panggilannya tersambung.

"Iya, Flo?"

"Kamu lagi dimana, Gam? Kok suara anginnya kencang banget."

"Apa?"

"Gam?"

"Bentar bentar aku masuk dulu."

Perlahan suara angin mulai tak terdengar, samar-samar Flora juga mendengar suara beberapa wanita tak jauh dari Agam. Agam sempat berterimakasih saat seorang wanita menawarkan minuman dan obrolan singkat mereka terdengar sangat akrab. Dan jiwa cemburu Flora pun sedikit mencuat mendengar itu dari ponselnya.

"Maaf tadi kamu ngomong apa, Flo? Aku nggak dengar." Flora berdecak lirih.

"Kamu lagi dimana?"

"Oh aku lagi... aku lagi ada kerjaan di luar kantor." Flora mengerutkan kening mendengar suara terbata Agam.

"Yakin? Tapi itu ada suara cewek dan rame banget." Agam terkekeh mendengar ada nada cemburu dari ucapan Flora.

"Kenapa? Kamu cemburu?"

"Eh? Apaan sih." Flora gengsi dong kalau mengaku cemburu.

"Hehehee. Itu cuma partner kerja aku, Sayang. Kamu nggak usah khawatir."

PUISI UNTUK BUNDA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang