Part favoritku lagi...hahahaha
*****
"Assalamualaikum, Ma. Ini Agam datang, tapi kali ini Agam nggak ngajak Natta, dia lagi sekolah."
Sesuai janjinya semalam, hari ini Agam mengajak Flora ke suatu tempat dan ternyata mereka mendatangi makam Ibunya Agam.
Flora sendiri belum tau kenapa Agam mengajaknya kesini. Beberapa hari yang lalu Flora sudah mengajak Agam ke makam Ayahnya untuk meminta restu, tapi apa sekarang Agam juga akan melakukan hal yang sama?
Agam menggenggam tangan Flora yang sama-sama sedang melipat kaki di sampingnya.
"Ma, Mama dulu pengen ketemu 'kan sama Flora, cewek yang ada di lukisan aku? Sekarang Agam udah bawa dia, Ma." Flora hanya tersenyum saat Agam menoleh sebentar.
"Flora ini Ibunya Natta, wanita yang selalu Agam ceritakan, sekaligus udah Agam rusak hidupnya." Senyum Flora redup seketika dan menyentuh lengan Agam.
"Gam." Agam menoleh.
"Please. Jangan bahas lagi." Tambah Flora seraya menggeleng tak setuju dengan ucapan Agam.
Flora sudah memaafkannya tapi Agam selalu saja mengungkit kesalahannya sendiri dan Flora tidak menyukai itu. Lebih tepatnya tidak suka melihat Agam sedih. Agam menyentuh tangan Flora di lengannya lalu mengangguk.
"Tapi sekarang Flora udah maafin kesalahan Agam, Ma. Dan sebentar lagi kita akan menikah." Flora kemudian menyentuh batu marmer hitam bertuliskan nama Luci.
"Iya, Ma. Kami minta restu dari Mama. Doakan yang terbaik buat keluarga kami nanti." Agam sedikit terperangah mendengar Flora memanggil mendiang Ibunya dengan sebutan Mama. Tapi Agam senang dan segera mengusap rambut Flora lembut.
Agam mengangkat tangan untuk berdoa, diikuti Flora disampingnya. Setelah mengusapkan telapak tangan ke wajah, mereka menaburkan bunga mawar merah putih ke makam Luci. Agam bergerak menaburkan bunga ke makam Agni, persis di sebelah makam Ibunya.
"Ini makam adik aku." Flora mengangguk.
Ia ingat dulu Agam pernah bilang kalau Ibu dan adiknya meninggal di hari yang sama karena kecelakaan. Dan kedua batu nisan itu memang memiliki tanggal kematian yang sama.
"Trus makam Papa kamu dimana?"
"Papa aku meninggal waktu ibadah haji. Dia dimakamkan di tanah suci. Padahal waktu berangkat beliau segar bugar dan nggak punya riwayat penyakit apa-apa."
"Umur emang nggak ada yang tau." Agam mengangguk setuju dengan pernyataan Flora.
"Abis dari sekolahan Natta, kita ke butik ya, Gam, buat fitting." Saat ini mereka sudah bergandengan tangan keluar area pemakaman.
"Aku udah nggak sabar nunggu minggu depan." Flora hanya tersenyum dan mengeratkan genggaman tangan Agam.
******
"Saya terima nikah dan kawinnya Himeka Nattaya Flora binti Hilmi Hutama (almarhum) dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi, Sah?"
"SAH!"
Semua orang yang hadir di akad nikah itu mengucapkan syukur ketika Agam sudah selesai mengucapkan ijab qabul. Semuanya mengangkat tangan saat doa dilantunkan, begitu pun Flora yang duduk di samping Agam. Wanita itu sudah menitikan air mata sejak Agam dengan sekali nafas berhasil mengucapkan janji sucinya.
Agam menoleh menatap Flora yang kini sudah sah menjadi istrinya. Cantik, satu kata yang sedari tadi Agam ucapkan dalam hati setiap melihat Flora.
KAMU SEDANG MEMBACA
PUISI UNTUK BUNDA
General FictionAku hidup bersama Ayah dari aku masih bayi merah hingga saat ini Jika kalian bertanya, memang dimana Bundamu? Apa sudah meninggal? Maka dengan tegas kukatakan, "Bundaku masih hidup. Beliau amat sangat cantik dan tentu saja sangat sehat tidak kurang...