Chapter 3

1.1K 125 18
                                    

Harry meletakkan buku-bukunya ke dalam lokernya. Hari ini hari yang cukup melelahkan karena tugas kelompok yang diberikan Mr. Henry pada mahasiswanya dikerjakan sendiri oleh Harry tanpa bantuan sedikitpun dari teman sekelompoknya. Walau Harry sudah biasa seperti ini, tetap saja ia lelah setiap ia harus bekerja sendiri di sebuah project kelompok.

            Saat ia berbalik dari loker, ia mendapati Sarah berdiri di hadapannya sambil cengengesan. Harry tersenyum dengan canggung. "Hey."

            "Harry, aku ingin mengucapkan terima kasih padamu."

            Kedua alis Harry menyatu. "Terima kasih untuk apa?"

            "Soal itu ... tentang insiden di kantin dan juga Brandon dan kawan-kawan..."

            "Oh." Harry tersenyum. "Tidak apa-apa. Maaf, tidak begitu banyak membantu waktu itu."

            "Tidak tidak, kamu sangat membantu. Terima kasih, ya."

            Harry tersenyum. "Sama-sama."

            "Harry." Sarah langsung berucap cepat sebelum Harry pergi. "Aku ingin mengundangmu ke pesta malam di rumahku. Datang, ya?"

            "Pesta?" tanya Harry tak percaya. Jujur saja, ini pertama kali di hidupnya anak tenar seperti Sarah mau mengajaknya ke sebuah party.

            Sarah mengangguk. "Tapi kalau kamu tidak ingin datang, aku tidak akan memaksamu," ujar Sarah sambil menunduk. "Tetapi aku sangat berharap kalau kamu bisa hadir." Sarah menatap Harry dengan senyum manis di wajahnya.

            "Ya, aku usahakan."

            "Oke, sampai jumpa Harry." Sarah tersenyum lalu pergi meninggalkan Harry. Harry menatap gadis itu dari kejauhan dengan kebimbangan.

--

Suara ketukan jendela membawa Alice kembali dari Kerajaan Ludlow di tahun 1501 ke kamarnya. Ia menoleh ke jendela dan mendapati Harry dengan senyum unjuk giginya. Ia tersenyum, menutup novel yang ia genggam, lalu menjalankan kursi rodanya ke dekat jendela.

            "What is it, Harry?" tanya Alice seraya membuka jendela kamarnya lalu mempersilakan Harry masuk. Alice tahu ini sudah pukul dua belas malam dan seluruh keluarganya sudah tertidur, dan bisa saja mempersilakan Harry masuk ke dalam rumahnya adalah tindakan yang salah karena bisa saja Harry melakukan tindakan yang tidak diinginkan oleh keluarga itu. Namun di lubuk hatinya Alice merasa selama ia bersama Harry, ia merasa aman.

            "I'm bored, and I need someone to talk to," jawab Harry.

            Alice mengangguk. "Tapi lain kali kalau mau masuk ke rumahku, lewat pintu utama saja, biar orang tuaku mengenalmu. Kalau mereka tahu kau ada di kamarku malam-malam begini tanpa sepengetahuan mereka, aku tidak tahu apa yang akan mereka lakukan selanjutnya pada kita."

            Harry terkekeh. "Iya, sebenarnya aku ingin seperti itu. Tapi aku benar-benar ingin mengindari Riley," ucap Harry lalu berdeham. "Maaf."

            Alice tersenyum. "Tidak apa-apa. Kamu hanya belum cukup dekat saja dengan Riley, sehingga belum tahu sifat menyenangkannya yang lain."

            Harry mengangkat kedua bahunya. "Maybe." Lelaki berambut hitam pekat itu menatap novel di pangkuan Alice. "Kamu baca novel apa?" tanyanya seraya duduk bersila di lantai.

            "Tentang Katherine of Aragon," ujarnya sambil memperlihatkan novel berwarna biru tua dengan wanita Spanyol sebagai model cover-nya. "Aku adalah penggemar beratnya. Kalau kamu, di antara istri-istri Henry VIII, siapa yang kamu suka?"

An Introvert Man's Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang