Chapter 34

457 47 5
                                    

5 bulan kemudian...

            "Whore!"

            Alice cekikikan setelah mengucapkan kata itu dengan lantang. Sementara Harry melirik ke sana kemari, memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang, anak kecil yang sedang berlarian, dan juga beberapa pasangan yang sedang duduk bermesraan atau yang sedang piknik seperti yang mereka lakukan.

            "Whore!" teriak Harry lebih keras lagi. Mereka kini sedang bermain, meneriaki sebuah kata dan setiap berganti giliran, suaranya harus lebih tinggi lagi. Hal ini tentu saja membuat mereka mendapatkan tatapan sinis dari orang-orang yang sadar dengan perbuatan mereka.

            "Whore!"

            Harry langsung menutup mulut Alice begitu perempuan itu berteriak jauh lebih lantang lagi. Mereka berdua tertawa, terlebih lagi Alice. Tak disangka ia suka dengan permainan ini.

            "Sepertinya kita harus berhenti karena banyak anak-anak di sini."

            "Tidak ada anak-anak di sini, Harry. Jangan jadi orang payah."

            Detik berikutnya sekumpulan anak yang sedang berlari dan tertawa melewati mereka.

            "Baiklah, di sini juga ada orang tua. Lihat di sana." Harry menunjuk ke kursi panjang yang berderetan dan beberapa pasangan kakek dan nenek sedang menikmati waktu berdua di sana. "Aku rasa permainan ini sudah cukup."

            Alice menahan tawa. "Baiklah."

            Harry tersenyum kecil, lalu membuka keranjang makanannya untuk mengambil minuman karena haus.

            "WHORE!"

            Harry dengan cepat langsung kembali membekap mulut Alice dan memeluk perempuan itu sampai terjatuh. Mereka tertawa geli tak peduli walau mendapat tatapan aneh dari orang-orang.

--

"Ajari aku berdansa," ucap Alice lalu beranjak dari kursi panjang yang kini mereka duduki. Terapi yang dijalankan Alice berjalan dengan baik, kini ia bisa menggerakan kakinya walau belum sempurna. Jadi sekarang Alice berjalan menggunakan tongkat yang ia jepit di kedua ketiaknya. Sebenarnya dokter masih menyarankan Alice untuk berjalan menggunakan kursi roda, tapi Alice sudah jenuh berada di kursi roda selama bertahun-tahun.

            "Kau benar-benar sudah tidak sabar untuk berdansa dengan lagu Eric Benet, hm?"

            Alice terkekeh. "Iya. Aku ingin sekali berdansa denganmu."

            Alice mencoba menyeimbangkan dirinya tanpa bantuan tongkat. Sebenarnya Harry masih khawatir dengan kondisi Alice, namun ia tidak ingin terlalu memperlihatkannya. Ia tidak ingin Alice merasa dikekang kalau Harry terlalu mudah khawatir.

            Alhasil Harry tersenyum, ia berdiri di hadapan Alice, memegang pinggang wanita itu dan juga tangannya. Sedangkan Alice memegang bahu sebelah Harry dan juga tangan lelaki itu, juga mata mereka saling mengunci satu sama lain.

            "Saat kaki kananku maju, kaki kirimu mundur," ucap Harry. Alice pun memundurkan kaki kirinya, namun ternyata tidak semudah yang dibayangkan. Kakinya bergerak masih sangat pelan sehingga memakan waktu yang lama.

            "Ternyata masih sulit, Harry," ujar Alice lalu memajukan bibirnya. Ia melepas genggamannya pada tangan dan bahu Harry.

            "Okay ... do you want to take a walk?"

An Introvert Man's Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang