Chapter 39

408 48 9
                                    

Mobil Harry berhenti begitu mereka tiba di depan rumah Alice. Selama perjalanan, tidak ada yang angkat bicara, kecuali kalau memang penting, dan itupun hanya sekelibat saja. Harry hanya memberi space pada Alice. Entah, tapi ia sangat merasa kalau Alice sedang butuh waktu sendiri, walau ia tidak tahu apa penyebabnya.

            Alice tersenyum lalu menoleh pada Harry. "Terima kasih banyak untuk hari ini, Harry." Alice mencium lembut pipi Harry. "Selamat malam."

            "Malam." Harry tersenyum. "Tolong jaga dirimu baik-baik."

            "Tidak perlu khawatir, Harry. Bye!"

            "Bye." Harry tersenyum, memandang dan menunggu Alice sampai perempuan itu betul-betul masuk ke dalam rumahnya.

            Alice menghela napas panjang begitu ia tiba di rumahnya. Ia sungguh merasa kacau malam ini dengan kehadiran Aaron tadi di club. Ia benar-benar tidak menyangka bisa bertemu dengan makhluk terkutuk itu lagi.

            Alice berjalan menuju kamarnya. Baru saja ia memegang kenop pintu, ia mendengar suara Riley berteriak dari lantai dua. Alice menoleh dengan terkejut dan juga perasaan khawatir melanda dirinya, membuat ia lupa dengan perlakuan Aaron barusan. Segera Alice berlari kecil menghampiri sumber suara.

            "Riley?" panggil Alice dengan suara lantang. Alice membuka pintu kamar Riley dan tidak menemukan siapa-siapa di sana.

            "Di sini, Alice!" Alice menoleh dan langsung menuju ke sumber suara yang terdapat di kamar Mia. Di kamar Mia pun juga tidak terdapat siapa-siapa di sana. Namun melihat lampu kamar mandi gadis itu menyala, membuat Alice tahu kalau ada orang di sana.

            Kedua mata Alice membulat sempurna dan matanya juga menganga lebar. Ia melihat Mia tak sadarkan diri duduk di lantai dan bersandar di dada Riley dengan banyak darah di tangan, perut, sampai kakinya. Alice bahkan tidak bisa berucap apa-apa saat melihat keadaan Mia yang hancur berantakan seperti itu.

            "Go fetch Dad and Mom! We need to go to the hospital immediately," teriak Riley kepanikan, dan Alice segera berlari ke lantai bawah menuju kamar kedua orang tuanya. Bahkan di tangga Alice sedikit tersandung karena tidak konsentrasi setelah melihat keadaan Mia.

            Alice benar-benar kacau.

--

Alice dan keluarganya kini sedang menunggu dokter selesai memeriksa keadaan Mia. Tidak ada satupun yang berbicara, semua berkutik pada pikiran masing-masing. Martha menangis, bayang-bayang keadaan Mia yang tadi ia lihat masih membuatnya syok.

            Tak berapa lama kemudian, dokter yang memeriksa Mia pun keluar dari ruangan, membuatnya langsung dirubung oleh keluarga Mia.

            "Kami melihat motif bunuh diri pada Mia." Ucapan dokter membuat mereka semua terkejut, terutama Martha yang langsung lemas sehingga tidak bisa menyeimbangkan diri. Untung ada Jonathan yang siap menopang tubuh Martha. "Tapi dia baik-baik saja. Walaupun dia nyaris kehilangan banyak darah, namun kita sudah menanganinya. Kalian beruntung tidak terlambat."

            "Terima kasih banyak, dokter. Terima kasih banyak," ucap Jonathan dengan senyum. Dokter itu juga tersenyum singkat lalu berlalu. Mereka berempat pun langsung memasuki ruangan tempat Mia dirawat.

            Martha, Jonathan, dan Riley langsung melihat keadaan Mia dari dekat, sementara Alice hanya memandang saudarinya terkulai lemas di ranjang dari kejauhan. Alice merasa tidak tega melihat Mia dari dekat seperti itu. Apalagi Alice tidak tahu alasan sama sekali mengapa Mia ingin bunuh diri.

An Introvert Man's Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang