Chapter 48

370 45 7
                                    

Ponsel Alice berbunyi di sebelahnya, membuat konsentrasi menulis ceritanya pecah akibat suara mengejutkan itu. Namun yang tambah membuat jantung Alice berdegup kencang adalah nama Harry yang tertera di layar ponselnya. Padahal baru tadi pagi ia dibantu Harry untuk menyembuhkan kakinya, dan kini lelaki itu meneleponnya.

            Alice tersenyum bahagia di sana. Ia menahan senyumnya, membersihkan tenggorokannya, lalu menghela napas panjang. Setelah yakin, ia pun mengangkat telepon.

            "H-Halo." Alice mengatur napasnya agar menetralkan detak jantungnya dan berusaha sebisa mungkin agar tidak terdengar begitu gugup.

            Alice menghela napas lega begitu bukan mendengar suara Harry di seberang sana, melainkan suara Emily. Entah mengapa begitu tahu ini bukan Harry membuat ia semakin lega.

            "Oh, Emily. Ada apa?" tanya Alice sambil tersenyum, sebetulnya rada sedikit aneh menerima telepon dari Emily karena ini adalah pertama kalinya.

            Namun senyum Alice langsung memudar seketika, ia panik dan napasnya berderu tidak karuan. "H-Harry kecelakaan? Di mana dia sekarang?"

--

Alice berlari kecil menuju ruang inap tempat Harry dirawat. Langkahnya berhenti di sebuah lorong saat melihat Emily baru saja selesai berbicara dengan dokter. Dan tidak hanya ada Emily di sana, tapi ada Sarah juga.

            Alice menarik napas panjang dan kembali berjalan biasa menghampiri mereka. Walaupun akan sedikit canggung karena ada Sarah di sana, namun Alice tidak peduli. Yang menjadi tujuan utamanya datang ke sini karena Harry.

            "Hey," Alice menyapa mereka begitu mereka baru saja ingin memasuki ruang inap Harry. Emily dan Sarah menoleh, namun wajah Emily jauh lebih sedih dari Sarah. "B-Bagaimana Harry?"

            Tangis Emily pecah lalu ia langsung memeluk Alice. Alice mencoba tersenyum walau begitu berat dan membalas pelukan Emily, lalu mengelus halus punggung Emily. Mata Sarah juga membulat melihat Emily memeluk Alice, karena Emily sama sekali tidak melakukan itu padanya.

            "Aku takut sekali kehilangan dia, Alice," ucap Emily sambil sesenggukan, membuat Alice pun akhirnya juga ikut menangis. "D-Dia kehilangan banyak darah dan sekarang sedang koma. Aku takut sekali." Emily semakin mengeratkan pelukannya pada Alice dan tangisannya semakin deras, membuat Alice berusaha untuk menguatkan Emily di saat ia juga merasa hancur di saat yang sama.

            "Harry tidak mungkin meninggalkanmu, Emily. Dia pasti akan berjuang agar tetap di sini untuk bisa menjagamu. Aku yakin itu," ucap Alice menguatkan.

            Emily melepas pelukan mereka, lalu mengusap air matanya yang membasahi wajah. "Iya, aku yakin Harry pasti bisa." Alice tersenyum dengan air matanya. "Maaf, membuat bajumu basah."

            Alice terkekeh lalu mengusap air matanya. "Bukan masalah, Emily."

            "Ayo kita masuk," ucap Emily mengajak Alice dan Sarah. Tatapan Alice dan Sarah bertubrukan, lalu Alice melempar senyum pada Sarah. Bola mata Sarah turun lalu ia tersenyum. Alice juga tidak mengerti mengapa Sarah tidak ingin berlama-lama menatap matanya.

            Mereka pun memasuki ruangan yang tenang itu. Perasaan Alice begitu hancur melihat luka di sudut bibir Harry dan beberapa luka di tangannya. Alice menahan tangisnya kuat-kuat agar tidak membawa suasana menyedihkan di ruangan ini. Emily dan Sarah berdiri di kedua sisi ranjang, menatap Harry tak sadarkan diri. Sementara, Alice hanya menatap Harry dari jauh.

            "My baby boy," ujar Emily dan setetes air mata jatuh dari pelupuknya. Sang Ibu mengelus halus rambut hitam milik Harry, lalu ia mencium kening putranya. "Aku tahu kau adalah orang yang kuat dan aku ingin kau untuk tetap kuat karena kau tahu seberapa besarnya aku tidak ingin kehilanganmu." Emily tersenyum dan kembali mencium kening Harry cukup lama. "Aku mencintaimu."

An Introvert Man's Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang