Chapter 28

558 61 8
                                    

Harry dan Alice tertawa bersama. Mereka masih bermain 21 questions dan mereka semakin saling mengetahui satu sama lain. Walau hanya hal-hal sepele seperti warna favorit, atau cita-cita semasa kecil, tapi Alice dan Harry sangat bangga bisa mengetahui hal tidak terpenting sekalipun dari pasangannya.

"Kalau kau punya mesin waktu, kau lebih memilih pergi ke masa lalu atau masa depan?" tanya Harry. Harry sengaja menanyakan hal ini, ia ingin tahu apakah Alice memiliki masa lalu yang indah atau tidak.

"Hmm, aku lebih memilih melihat masa depan."

"Mengapa? Apa kau tidak menyukai masa lalumu?"

Alice menelan ludahnya dan berusaha tidak membawa pikirannya ke masa lalu yang benar-benar ingin ia lupakan seratus persen. Perempuan itu cepat-cepat tersenyum. "T-Tidak. Aku hanya tidak sabar ingin melihat kaki-kakiku ini dapat digerakan, Harry. Dan ... di masa lalu, aku belum bertemu denganmu." Alice tersenyum, membuat Harry tertawa kecil.

"Baiklah, giliranmu."

"Oke ... Kau lebih suka memiliki rumah di pinggir pantai atau di pegunungan? Dan mengapa?"

"Hmm, tepi pantai lebih baik. Karena terlihat lebih rileks dan rasanya setiap hari aku sedang berlibur." Alice terkekeh, diikuti oleh Harry.

"Kau pasti ingin melihat wanita-wanita seksi di pantai, kan?"

"No." Harry tertawa. "Baiklah, giliranku. Sekarang, apa lagu favoritmu?"

Alice tersenyum, mendongak menatap langit-langit rumah Harry. "How Would You Feel, dari Ed Sheeran."

"Oh ... lagu itu memang indah."

"Kau tahu lagu itu?"

Harry menatap mata Alice, lalu ia bernyanyi. "How would you feel..."

Mereka bernyanyi bersama. "If I told you I love you."

Harry memegang pipi Alice. "It just something that I want to do."

Mereka terkekeh malu. Perut mereka terasa dipenuhi dengan benda-benda berterbangan, membuanya geli, dan ingin berlama-lama menatap mata satu sama lain.

"Bagaimana denganmu?" Alice bertanya. "Lagu apa yang kamu suka?"

"The Last Time." Alice tampak tidak mengetahui lagu tersebut dari raut wajahnya. "Dinyanyikan oleh Eric Benet."

"Oh, aku tahu Eric Benet. Dia salah satu penyanyi favorit Ayahku." Harry terkekeh, memang lagu itu pasti selera orang angkatan orangtuanya dan orangtua Alice. "Mainkan."

"Apa?"

"Mainkan lagu itu. Aku ingin mendengarnya."

Entah mengapa Harry menjadi malu, namun ia berusaha terlihat biasa saja di depan Alice. Ia membuka ponselnya lalu memainkan lagu itu.

Lagu itu diawali dengan nada romantis dari piano yang membuat hati Alice luluh. Namun hatinya semakin luluh saat Eric Benet mulai menyanyikannya.

The first time I fell in love was long ago.
I didn't know how to give my love at all.
The next time I settled for what felt so close.
But without romance, you're never gonna fall.

Alice tersenyum, memejamkan matanya, mendengarkan lagu ini baik-baik. "Aku tidak tahu ada lagu seindah ini." Ia membuka matanya. "Kalau aku sudah dapat berjalan normal, aku ingin berdansa denganmu menggunakan lagu ini, apakah kau mau?" Alice tersenyum. "Agar kau selalu mengingatku setiap kali mendengar lagu ini." Senyum perempuan itu semakin manis di mata Harry.

An Introvert Man's Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang