Chapter 16

658 78 5
                                    

"Kemarin temanmu, Sarah, datang menemuiku," cerita Alice sambil memotong waffle-nya. "Ia mencari rumahmu padaku. Ia pikir kau tinggal di rumahku, ia salah alamat." Alice terkekeh dan memasukan waffle ke dalam mulutnya. Rasa cemburu ia pada kedekatan Harry dan Sarah tidak sebesar dulu setelah apa yang terjadi malam ini. Alice merasa lebih percaya diri karena tindakan Harry yang membuatnya merasa menjadi gadis paling spesial di dunia ini.

            "Hmm," Harry mengunyah waffle-nya. "Dia kemarin datang menjengukku. Kami tidak begitu banyak berbincang karena aku ketiduran setelah makan sup dan minum obat." Harry masih teringat ucapan Sarah yang mengaku-ngaku memasak sup krim tersebut. Padahal ia tahu persis kalau sup tersebut buatan restoran.

            Ia lebih baik memilih gadis jujur seperti Alice, yang mengaku tidak bisa memasak, daripada berbohong hanya untuk memperbaiki penampilannya.

            "Sayang sekali. Padahal kurasa Sarah ingin berbincang banyak dengamu."

            "Mungkin. Tapi kalau kami berbincang banyak, kau bisa saja cemburu, ya kan?"

            Alice terbahak dengan pipi memerah, ia menutup mulutnya selama tertawa. Ia tidak pernah merasa semalu ini bersama Harry. "Tidak, untuk apa aku cemburu? Aku tahu kalian hanya teman."

            "Jadi kau tidak cemburu sama sekali?"

            "T-Tidak," jawab Alice namun masih sedikit terkekeh.

            "Baiklah, kalau begitu kau tidak bermasalah sama sekali kalau aku dekat dengan Sarah."

            "Memang tidak masalah."

            "Oke."

            "Oke."

            Detik berikutnya, mereka tertawa bersama.

***

Pagi itu, Alice kembali menenun syal untuk keluarganya. Sudah tiga syal ia selesai buat, tinggal dua lagi untuk Mia dan dirinya. Ia sedari tadi tersenyum-senyum sendiri tanpa alasan. Kejadian semalam masih terputar persis di otaknya. Bibir manis Harry masih terasa juga di bibirnya. Alice mengira-ngira, apakah suatu saat nanti mereka bisa berciuman lagi? Atau justru Harry langsung meninggalkan Alice karena sudah tahu rasa bibir gadis itu?

            Alice langsung menggeleng dan menghilangkan pikiran buruknya. Ia kembali fokus membuat syal untuk Mia di atas kasurnya. Pagi yang dingin ini membuatnya semangat untuk menenun.

            Sebenarnya, bukan karena dinginnya pagi yang membuatnya semangat, namun karena kejadian semalam.

            Sudahlah Alice, fokus!

            "Good morning, Your Majesty." Alice terkejut dan langsung mendongakan kepalanya, dan mendapati Harry berdiri di ambang pintu kamarnya. Alice terkekeh mendengar embel-embel yang diucapkan Harry, ia yakin, Harry sedang membaca novel The Constant Princess yang ia berikan pada Harry waktu itu.

            "Selamat pagi, Harry, calon raja Inggris."

            Harry tertawa sambil berjalan ke arah Alice dan duduk di sebelah gadis itu. "Aku benar-benar tidak tahu kalau Henry VIII dipanggil Harry saat ia masih muda."

            "Aku juga. Aku tidak tahu akan hal itu sebelum aku membaca The Constant Princess. Kau sudah baca sampai bagian mana?"

            "Saat Katherine menceritakan kehidupannya di Spanyol pada Arthur," jawab Harry. "Walaupun aku sudah tahu bagaimana plot di cerita ini, tapi entah mengapa aku selalu membalikan halamannya dan ingin mengetahui kelanjutannya."

An Introvert Man's Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang