Chapter 5

903 109 11
                                    

Harry akhirnya dipersilakan masuk oleh Martha dan sebenarnya ini pertama kalinya Harry memasuki rumah Alice dari pintu depan—bukan dari jendela kamar Alice. Jantungnya masih berdebar apa lagi ia belum melihat Alice hingga detik ini. Harry merasa, dirinya terlalu pecundang untuk seorang lelaki.

            Senyum Harry mengembang, mengira kalau Alice akan muncul detik ini juga, namun segera lenyap, karena yang ia temui adalah Ayahnya Alice. Bagi seorang lelaki, bertemu dengan Ayahnya dari teman gadis yang spesial adalah salah satu hal terberat dalam hidup.

            "Selamat malam, Mr. Kent," sapa Harry dengan senyum ramahnya.

            "Hey Harry." Jonathan memegang kedua lengan berotot milik Harry. "Bagaimana kabarmu?" lalu melepasnya.

            "Baik, sir."

            Jonathan menoleh kepada istrinya yang berdiri di sebelahnya. "Kenapa kau tidak panggilkan Alice ke sini?" Martha memutar bola matanya lalu menghampiri kamar Alice. Jonathan tersenyum pada Harry. "Silakan duduk di sini," ujar Jonathan ramah dan mengajak Harry duduk di kursi meja makan.

            Jonathan tersenyum pada Harry, membuat hati Harry sedikit tenang karena sepertinya pria dewasa di hadapannya ini cukup baik. Namun begitu senyum Jonathan menghilang dalam sekejap, jantung Harry kembali berpacu tidak normal.

            "Dengar, Alice adalah putri kesayanganku. Ia belum pernah pergi bersama lelaki lain kecuali sahabatnya, Clark. Clark adalah sahabat Alice sejak lama dan aku sudah percaya padanya. Dan kau, kau adalah orang baru di hidup Alice dan aku meminta kau untuk menjaga dia dan tidak menyakiti perasaannya sedikitpun, karena terkadang dia bisa menjadi orang paling sensitif di dunia, dan kau tahu alasannya mengapa."

            Harry menelan ludahnya lalu mengangguk. Tatapan Jonathan yang tajam seakan menusuk matanya. "I-Iya, sir."

            "Good," balas Jonathan sekenanya lalu membuang muka tanpa tersenyum. Harry menghela napas panjang dan yang dapat ia lakukan adalah benar-benar menjaga Alice sesuai permintaan Ayahnya, dan ia akan mendapatkan kepercayaan dari Jonathan.

            "It's Jonathan Kent, anyway," tambahnya masih dengan tidak tersenyum, Harry tersenyum dan mengangguk.

            Tak berapa lama, pintu kamar Alice pun terbuka dan sebuah kursi roda muncul. Alice melempar senyum manisnya pada Harry, dan Harry memberi senyum semangatnya pada Alice. Alice mengenakan kemeja dress berwarna putih, dengan kalung salib, dan rambutnya terurai panjang dengan sedikit curly di bagian bawahnya. Simple, namun sukses membuat tenggorokan Harry kering.

            "Look at my daughter," ucap Jonathan dengan bangga, lalu mengecup puncak kepala Alice. "Sangat cantik kan dia?"

            Harry terkekeh malu dan pipinya sedikit memerah.

            "Terima kasih, Ayah. Aku dan Harry lebih baik pergi sekarang, sebelum kita terlambat."

            "Iya, sayang," ucap Jonathan lalu tersenyum pada Alice, begitu juga dengan Martha. "Harry, aku ingin putriku sudah tiba di rumah pukul setengah sebelas malam. Tidak lebih."

            "Baik, Jonathan. Putrimu akan tiba di rumah pukul setengah sebelas, mungkin kurang."

            "Ya, kurang lebih baik." Alice tersenyum melihat percakapan Ayahnya dengan Harry. "Ya sudah, kalian pergi saja sekarang, dan have fun."

            "Dah Ayah, Ibu, Alice pergi dulu."

            "Hati-hati ya Alice," ujar Martha tampak khawatir. "Harry, aku titip putri bungsuku padamu. Tolong jaga dia."

An Introvert Man's Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang