Alice menghampiri Ayahnya yang tampak sedang sibuk membersihkan kompor dapur. Hari ini adalah Hari Sabtu, dimana Alice akan pergi bersama Harry malam ini. Dari sebelum-sebelumnya, ia belum meminta izin pada orang tuanya untuk hari ini. Ia takut kalau saat ia sudah izin, ternyata Harry berubah pikiran untuk tidak mengajaknya pergi. Namun nyatanya sampai sekarang, Harry tidak merubah pikirannya, dan kini saatnya untuk Alice meminta izin pada orang tuanya.
"Ayah," panggil Alice seraya mendekatkan dirinya dengan Jonathan menggunakan kursi rodanya. Perhatian Jonathan pun teralih pada putri bungsu kesayangannya ini. Ia meletakkan asal lap pembersih kompor dan melupakan dunia bersih-bersihnya itu untuk sementara.
"Ya, sayang? Kau perlu sesuatu?" tanya Jonathan dan tersenyum.
"Tidak." Alice menggeleng. "Aku hanya ingin meminta izin. Temanku malam ini mengajakku pergi ke pesta temannya. Apa aku boleh ikut?"
Kedua alis Jonathan menyatu. "Siapa? Clark?"
Clark adalah sahabat Alice sejak memasuki masa Junior High School hingga sekarang. Clark sangat dekat dengan keluarga Alice sehingga tidak heran jika Ayahnya hanya mengetahui Clark sebagai teman Alice. Begitu memasuki masa Senior High, mereka berpisah sekolah tapi masih memiliki hubungan baik. Clark sering bermain ke rumah Alice, begitu juga dengan Alice. Tapi ketika kecelakaan tak diinginkan itu terjadi pada Alice, Alice sudah tidak pernah mengunjungi Clark lagi. Dan di antara teman-teman Alice lainnya, hanya Clark yang tidak meninggalkan gadis itu.
Alice tertawa. "Bukan Clark. Dia tetangga baru kita." Alice menoleh ke jendela rumahnya yang menampakan sebuah rumah di depan rumahnya. "Namanya Harry. Dia yang akan mengajakku malam ini."
"Harry...," gumam Jonathan sambil memandang rumah itu. "Baiklah, kau tentu boleh berangkat," ujar Jonathan membuat senyuman di wajah Alice. "Jam berapa acaranya?"
"Delapan malam, Ayah."
"Why is it too late?" tanya Jonathan tampak tidak suka.
"This is a college student's party, Dad. The party might end up in the morning," ucap Alice lalu terkekeh.
"No, no. You just have to stay there within two hours, it means you have to stay there until...?"
"Sepuluh malam."
"Sepuluh malam kau sudah harus pulang, dan setidaknya sampai di rumah pukul setengah sebelas malam. Mengerti?"
"Iya Ayah, aku akan mengatakan ini pada Harry."
"Tidak perlu. Biar Ayah yang akan bicara padanya nanti."
Alice terkekeh. "Tapi tolong jangan terlalu keras padanya ya, dia orang yang baik."
"Semua orang di dunia ini baik, Alice. Kita hanya belum tahu aslinya." Alice tersenyum setiap mendengar petuah-petuah Ayahnya, karena petuah yang keluar dari mulut Jonathan ini memang jarang meleset. "Omong-omong, dia adalah lelaki yang disukai Riley dan Mia, kan?"
Alice mengangguk. "Iya, itu dia."
"Lalu, kenapa dia hanya mengajakmu, dan tidak mengajak kakak-kakakmu?"
Alice kebingungan menjawab ini. Alice tahu kalau Harry tidak begitu cocok berteman dengan Riley maupun Mia, sehingga ia hanya mengajak Alice saja. Tapi ia tidak enak jika harus bicara yang sesungguhnya pada Ayahnya. "Mungkin ... mereka kurang cocok karena aku dan Harry memiliki umur yang sama, sedangkan Riley dan Mia sedikit lebih tua darinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
An Introvert Man's Love Life
Romance"He may have no courage to show himself up, but he has enough courage to protect her whatever it takes." Harry adalah lelaki yang pendiam dan tidak suka akan keramaian, hal ini membuatnya tidak percaya diri karena sifatnya sendiri, namun setelah ber...