Chapter 47

360 53 2
                                    

Alice berjalan keluar dari rumahnya, menghampiri Harry yang baru saja selesai mencuci mobilnya. Ia menahan senyum karena bisa melihat Harry sedekat ini. Jantungnya juga berdegup hebat untuk berbicara lagi pada Harry untuk pertama kalinya setelah perpisahan mereka.

            Harry menoleh, menyadari ada seseorang yang berdiri di belakangnya. Jantungnya jauh lebih berdebar cepat dari Alice. Wajahnya menatap pemandangan di hadapannya dengan tidak percaya. "A-Alice?"

            Alice tersenyum, sangat manis sehingga memberikan sengatan tersendiri bagi Harry. "Terima kasih untuk kartu ucapan dan bunganya," ucap Alice lalu menyengir lebar.

            "Oh." Harry tersenyum. "Sama-sama."

            Alice ingin sekali mengatakan: apa kabarmu Harry? Kau harus tahu betapa rindunya aku padamu. Aku benar-benar merindukan hal-hal yang kita lalui bersama, terutama pelukanmu. Aku sangat rindu pelukanmu dan juga suara beratmu. Aku rindu dengan kejutan-kejutan kecil dan sederhana yang kau buat padaku. Tapi, bagaimana perasaanmu denganku? Aku yakin kau sudah kecewa dan melupkanku sekarang. Tapi aku berharap kalau kita tetap memiliki hubungan baik-baik saja.

            Namun itu hanya yang ada di pikiran Alice. Nyatanya adalah hanya keheningan yang mengitari mereka. Tidak ada satupun yang memulai percakapan lagi. Alice tersenyum canggung sambil mengusap tengkuknya. "Kalau begitu, aku pulang, ya. Maaf sudah mengganggumu. Selamat tahun baru, Harry."

            Alice berjalan meninggalkan Harry dengan pelan-pelan, berharap Harry memanggilnya kembali.

            "Alice." Alice menahan senyumnya dengan menggigit bibirnya. Ia berusaha menetralkan wajahnya sebelum kembali menoleh.

            "Ya?" Lalu ia kembali berjalan mendekati Harry.

            "Aku minta maaf tidak datang ke acara makan siang dari keluargamu."

            "Oh, itu." Alice terkekeh. "Tidak apa-apa Harry. Lagipula kau memang sudah ada janji dengan temanmu, kan?" Alice berusaha membuat suaranya terdengar netral dan tidak serak. Kejadian makan siang itu masih membuat Alice kacau kalau ia ingat-ingat kembali.

            "Ya, begitulah." Harry mengulum senyum. "Ngomong-ngomong, aku melihatmu pada hari itu." Kedua mata Alice membulat. "Aku melihat kau dari dalam restoran. Restoran tempat kita pernah pergi ke sana bersama Mia dan Cameron, kau ingat?"

            "Y-Yeah of course I remembered," jawab Alice lalu tertawa canggung. "Jadi, kau melihatku? Aku tidak melihatmu."

            Harry tersenyum kecil, ia tahu Alice berbohong. "Ya, aku melihatmu. Aku melihat tubuhmu bergetar, apakah kau baik-baik saja?"

            Pertanyaan Harry mengenai apakah ia baik-baik saja, membuat Alice ingin menangis. Ia ingin memeluk Harry dan berkata kalau ia tidak baik-baik saja. Saat dulu mereka masih menjalin hubungan, Alice selalu suka kalau Harry menanyakan apakah ia baik-baik saja dengan tatapan teduh bercampur khawatir miliknya, namun sekaligus memastikan kalau segalanya akan baik-baik saja.

            "A-Aku baik-baik saja." Alice tersenyum lebar. "Mungkin, saat itu, aku sedang kedinginan." Alice menyeka hidungnya dengan jemarinya.

            Harry tersenyum. "Baiklah kalau kau baik-baik saja."

            "Terima kasih Harry. Kalau begitu aku pulang, ya. Bye."

            "Bye." Alice langsung pergi meninggalkan Harry, namun Harry tidak dapat melepas pandangannya dari Alice yang berjalan memasuki rumahnya. Alice berhenti di depan pintu utamanya dan menoleh ke arah Harry. Namun ia segera membuang wajahnya dengan cepat, jantungnya berdebar cepat saat mendapati Harry terlebih dahulu sedang melihatnya.

An Introvert Man's Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang