Chapter 54

446 45 13
                                    

Tak pernah disangka sebelumnya kalau Harry akan membahas dan mengetahui tentang hal ini. Kenangan buruk yang Alice miliki sudah ia kubur dalam-dalam dan tidak akan pernah ia perbincangkan hal ini pada siapapun dan sampai kapanpun. Namun kisah buruknya bersama Aaron adalah sepenggal kisah dalam hidupnya yang pastinya akan selalu mengikutinya, bagaimanapun cara Alice menghindar. Alice menghela napas berat, kembali merebahkan dirinya dan membuang wajahnya dari Harry. Wajahnya memerah karena emosi, menahan tangis, dan juga malu disaat yang sama.

            "Dari mana kau tahu tentang dia?" tanya Alice.

            "Mia," jawab Harry. "Aku tidak menyalahkanmu karena tidak memberitahukan hal ini padaku. Ini pasti kenangan buruk bagimu jadi kau tidak ingin menceritakan hal ini pada siapapun." Harry pun ikut merebahkan dirinya di sebelah Alice, namun tubuhnya menghadap ke perempuan yang tengah memalingkan wajahnya darinya. "Aku hanya berpikir saat itu, harusnya aku bisa tahu tentang ini, walaupun bukan darimu. Supaya aku bisa semakin meyakinkanmu waktu itu kalau aku tidak akan memperlakukanmu seperti yang lelaki itu lakukan."

            Alice menoleh ke arah Harry. Ia semakin dihantui rasa bersalah setiap ada yang membahas mengenai hancurnya hubungan mereka. Ia menoleh ke arah Harry. "Harry—"

            "Maaf, aku tahu seharusnya aku tidak membahas ini," ujar Harry. "Aku hanya ingin kau selalu terbuka pada orang yang penting di hidupmu. Karena mereka bukan hanya sekedar penasaran, tapi mereka perhatian padamu, Alice." Harry tidak tahu 'mereka' yang ia maksud siapa sebenarnya, tapi sejujurnya Harry membicarakan dirinya sendiri.

            Alice mengangguk. "Aku tahu, Harry, dan aku minta maaf. Aku ingin sekali menceritakan soal itu padamu saat itu, tapi setiap kali mengingatnya saja selalu mendatangkan trauma bagiku." Alice menatap mata Harry. "Maaf, ya."

            Harry tersenyum. "Tidak apa-apa. Lagipula, masalah itu sudah lewat. Lebih baik kita tidur sekarang sebelum para serigala mendengar kita masih terbangun."

            "Harry!" Harry tertawa melihat wajah ketakutan milik Alice. Alice juga terkekeh, lalu mereka pun terlelap bersama.

***

Alice terbangun. Aroma tubuh yang sangat ia kenal dan rindukan ini otomatis membuat bibirnya tersenyum. Ternyata ia terbangun tepat di atas dada Harry, dengan tangan besar Harry memegang tangan kecil milik Alice dan tangan satunya merangkul pinggang gadis itu. Alice tersenyum lebar dan semakin memeluk Harry erat, ia benar-benar merindukan momen seperti ini.

            Tiba-tiba saja ponsel Alice berbunyi, mengejutkan Alice dan membuat Harry terbangun. Alice pun menjauhkan dirinya dari Harry dan meraih suara ponselnya yang berisik itu. Ternyata itu telepon dari Jonathan.

            "Halo Ayah."

            "Kau sudah bangun? Kapan kau pulang?"

            "Siang nanti, Yah. Aku juga baru bangun dan Harry masih tidur." Alice menoleh ke arah Harry yang nyatanya sedang mengerjap-ngerjapkan matanya.

            "Baiklah, cepat pulang ya. Ayah sudah sangat merindukanmu di sini."

            Alice terkekeh lucu. "Iya Ayah, tenang saja. Dah Ayah, sampai bertemu nanti."

            "Dah, Alice." Mereka pun menutup sambungan telepon dan Alice masih senyum-senyum sendiri mendengar perkataan Ayahnya yang merindukannya.

            "Your dad, hm?" tanya Harry dengan nada dan wajah yang masih mengantuk.

            Alice mengangguk. "Pagi, Harry. Kau mau kopi? Atau teh?"

An Introvert Man's Love LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang