Chapter 8

5.6K 410 5
                                    

mumpu besok sibuk jadi saya posting chapter ini lebih awal. happy reading ^^

Malam sudah semakin larut, para tamu yang berada di kediaman menteri Guh  mulai meningggalkan kediamannya, para tamu lelaki sudah mabuk-mabukan ada yang bernyanyi, ada pula sudah sempoyongan. Begitupun ayahku berkicau tak karuan, aku membantu ayahku menuju halaman luar kediaman menteri Guh. Aku disambut oleh para pelayan keluargaku. Mereka membantu mengangtkat ayahku menuju kereta kuda.

Tak sengaja sapu tangan pangeran ke-6 terjatuh dari sakuku, aku mengambilnya dan masuk kedalam tempat pesta yang telah bubar, tak ada satu pun orang disana, sudah kosong. Terpaksa aku kembali, kusimpan sapu tangan itu baik-baik. Kereta terus melaju dan aku yang beradi di dalamnya masih memikirkan kejadian yang kualami, serta sosok diri pangeran ke-6 memikatku. Kuakui hatiku sedikit tergerak olehnya. Otakku terus memutar ulang kejadian tadi pagi bersama Ming Guo, kuingat tawanya yang menawan, kurasakan wajahku memanas dan aku mengipasi wajahku. Ku edarkan pandanganku keluar jendela memandangi keadaan kota di malam hari.

------

Normal Pov

Suara tapak kaki kuda mengetuk keras di jalan, melewati rumah hiburan yang ramai. Seorang lelaki 40 tahunan keluar dari kereta kuda, pakaiannya mewah, memakai benang emas, dia bukanlah orang biasa, wajahnya berkerut, matanya sipit keabuan, dia memiliki hidung mancung layaknya orang-orang Manchuria.

Lelaki itu disambut oleh segerombolan gadis penghibur, pakaian mereka sungguh tak enak dipandang, ada baju mereka yang tak terkancing rapi menampakkan belahan dadanya, baju sempit dan transparan, serta rok yang menampakkan kakinya.

“oh!! Tuan menteri Fucha” para gadis berteriak kegirangan.

Gadis-gadis itu ada yang mengapit lengan Fucha Yangyong, memeluknya, bahkan menciuminya. Gadis penghibur itu menbawanya menuju sebuah ruangan khusus dimana seluruh ruangan dipenuhi lukisan erotis, dan porselen mahal. Diruangan itu duduk 2 orang lelaki tengah memeluk gadis penghibur. Saat menteri Fucha tiba, 2 orang itu segera berdiri menghormat padanya.

“anda telah tiba menteri Fucha” salah seorang dari mereka menyambut Yang Yong.

Yangyong menyuruh gadis-gadis penghibur itu pergi, dia hanya melambaikan tangan menberi aba-aba. Yangyong dengan dinginnya duduk berhadapan dengan 2 orang lelaki tadi, dia mengambil cangkir, lelaki lainnya menuangkan arak padanya, ia segera meneguk habis isi cangkir tersebut dan berdiam diri sebentar kemudian berbicara.

“apa dananya sudah siap?”

“hmmm . . . menteri Fucha mengenai itu . . . “ lelaki yang memakai pakaian pedagang ketakutan.

“aku tak ingin mendengar alasan apapun! Segera kumpulkan dananya!”

“tapi . . . tuan . . . orang-orang itu tak ingin mengambil resiko”

“kalau begitu, paksa mereka! Ancam mereka dengan keselamatan keluarganya. Gunakan cara apapun” Yangyong meminum araknya lagi.

“kalau mereka masih berkeras?” lelaki lainya bertanya takut-takut.

“Bunuh” Yangyong menjawab dingin pertanyaan lelaki itu. “apapun halangannya, singkirkan segera. Pemberontakan ini harus berhasil!”

-----

Fu Rong POV

Ku buka mataku perlahan-lahan seiring suara maut Yutang memanggilkku untuj segera bangun.

“nona, nona! Hari sudah pagi” Yutang terus menngulang perkataannya.

“terpaksa aku bangun dari mimpi indahku, Yutang mendorongku menuju ruang ganti, ia meletakan tanganku diatas ember bilas, aku mulai menbersihkan diri. Beberapa saat kemudian, aku berada di depan meja rias dengan Yu Tang menata rambutku.

“tunggu! Siapkan pakaian laki-laki untukku”

“eh? . . . . nona, semalam anda baru saja di nasehati nyonya, apa kamu masih ingin keluar?”

“tentu saja! Jgn khawatir, kali ini aku tak akan melibatkanmu”

----

Aku sudah berpakaian rapi, rambutku dikepang dan memakai topi. Aku telah keluar dari kediamanku. Alasanku keluar hanya satu, aku ingin bertemu lagi dengan orang itu. Aku merindukan suaranya.

Kubawa diriku ke dalam hutan dimana aku berteman dengannya dulu. Aku duduk termenung disana, kira-kira setengah jam lamanya, aku mendengar suara tapak kaki berjalan mendekat. Kutebak itu pasti Ming Guo dan dugaanku tepat sasaran. Tapi, tunggu dulu!

Dia menbawa kejutan, kejutan yang sangat menakutkan bagiku.

“oh! Hari paling malangku telah tiba” aku menbatin dalam hati.

Only LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang