Aku berpindah ke pot bunga peony merah yang sedang mekar indah, aku memetik setangkai, mulai mencabuti kelopak bunganya. Belum sempat aku menghitung, Yutang berlari-lari kecil menuju arahku. Dia terkejut ketika dilihatnya banyak kelopak bunga serunai berserakan.
“nona! Apa yang anda lakukan? Kalau tuan sampai tahu, kau bisa dikuburnya hidup-hidup”
Yutang memungut kelopak-kelopak bunga serunai dia menbuang semuanya ke dalam tumpukan tanaman bonsai. Aku juga baru sadar seluruh bunga serunai kuning habis ku gunduli. Aku tertawa malu-malu, Yutang kembali kehadapanku. Dia segera menarikku berdiri, dia melakukan aksi hiperaktifnya.
“nona, nona . . .ada tamu! Tamu itu sangat unik, rambutnya keemasan dan matanya biru! Aku dengar dia seorang diplomat”
“apa urusannya denganku?” tanyaku cuek.
“kau tak tahu, dia sangat tampan! Aura seorang lelaki terhormat. Katanya dia ingin memberi hadiah kepada kedua nona, dia bilang ingin menyapa. Tuan menyuruh nona berganti baju dan menemuinya”
“aku tak mau” aku duduk di salah satu kursi dari keramik, “kau tahu, aku mengalami hari buruk gara-gara orang seperti itu”
“nona . . . ayolah! Kau pasti tak mau tuan menahan malukan? Lagi pula hadiah itu pasti dari tempat jauh dan langka, apa nona tak tertarik” Yutang merengek manja.
“baik. Aku pergi, kau jangan ribut lagi” aku menyerah.
Mau bagaimana lagi, aku tak tahan kalau Yutang mulai merengek padaku. Meski umurnya satu tahun lebih tua dariku, aku merasa seperti kakaknya, setiap kali dia merengek manja aku pasti tak bisa berkutip, Yutang sangat pandai memanfaatkan kelemahanku.
Aku memilih tak berganti baju, toh setelah menyapa tugasku sudah selesai. Yutang membawaku keruang penjamuan. Aku dapat melihat ayah duduk di tengah sebagai tuan rumah, dan di kanannya ada orang asing, dia memakai kemeja dengan jas ekor burung wallet, berdasi kupu-kupu duduk di sisi kanan kursi tamu. Jie-jie juga ada disana, dia berdiri di sebelah kiri ayah, kepalanya ditunduk sebagai sopan santun, ditangannya ada sebuah kotak berukuran sedang. Saat aku masuk,ayah segera memperkenalkan aku pada orang asing itu.
“tuan Albert, ini anak bungsuku, namanya Chen Furong, yang berarti murni besih dalam keadaan seburuk apapun sama halnya dengan teratai”
Orang asing itu berdiri, aku menunduk menjaga sopan santun. Aku menatap lantai, sepasang sepatu kulit mendekatiku lalu berhenti tepat didepanku, aku dapat merasakan dia menatapku.
“lotus eh? Beautiful name! salam kenal nona Chen, aku Albert Lugwind Lucious, lord of Winston, gelarku bisa diartikan sebagai beile di Negara kalian”
“salam kenal tuan Albert . . . “ aku menekut lututku sedikit memberi hormat tanpa menatapnya.
“he?? Albert? Mungkinkah . . . ?“ batinku dalam hati.
Aku mengangkat kepalaku mengabaikan sopan santun, kutatap wajahnya susah payah. Aku memekik kaget, lelaki di depanku tersenyum padaku, aku mengingat jelas wajahnya.
“KAU!!?” teriakku menunjuknya.
Albert hanya tersenyum tak mengatakan apapun, dia menyerahkan sebuah bingkisan unik ke tanganku. Ayah menatap kami bergantian, ekspresinya tak mengerti.
“apa kalian saling mengenal?” ayah menatap kami bergantian.
“ya, aku kebetulan bertemu dengan puteri jendral di jalanan kemarin” Albert tersenyum lagi.
Aku mundur selangkah, kesialanku kembali melanda dan orang yang membawa sial itu berdiri di depanku, wajahku pucat pasi, aku takut dia menbeberkan bagaimana dia bertemu denganku. Bisa-bisa aku dipukuli habis-habisan oleh ayah. Aku merapat ke jie-jie dan bersembunyi di belakangnya sebagai perlindungan apabila Ayah mengamuk.
“Furong, siapa dia? Apa kau mengenalnya?” jie-jie berbisik pelan.
“pembawa sialku. Kemarin aku keluar diam-diam dan bertengkar dengannya” aku juga ikut-ikutan berbisik.
Aku dan jie-jie menatap kedua orang lelaki itu, terlalu jauh aku tak dapat mendengar apapun, tapi dari ekspresi ayah aku dapat menyimpulkan bukan sesuatu yang buruk, soalnya dia tertawa setelah mendengar penuturan Albert. Ayah menarikku keluar dari persembunyian dan mendorongku kehadapan Albert.
“nah, dengan senang hati kupinjamkan anak bungsuku memandumu keliling Pe ”
“aa . . ayah . . . tapi . . .” aku menyela.
“tidak ada tapi-tapian! Temani saja mister Albert”
Ayah mendorong kami bersamaan. Terpaksa aku berjalan keluar bersama Albert, aku melihat sekilas ayah tersenyum-senyum kearah kami. Setelah kami keluar dari kediaman keluargaku, aku berhenti dan menanyakannya.
“hei, apa yang kau bicarakan pada ayahku? Kenapa dia terlihat begitu senang?”
Albert berpaling menatapku.
“well, aku Cuma mengatakan, ‘kebijaksanaan jendral tak terkalahkan, nama anda sangat terkenal di negaraku, aku punya satu permintaan kecil. Bisakah anak bungsumu di pinjamkan padaku? Kulihat anak-anak anda mewarisi kepintaran anda, dia pasti bisa memanduku mengenal budaya China”
hai semuanya, apa kabar? maaf menunggu lama. terima kasih telah membaca ^^
bagaimana kelanjutan albert bersama Furong? terus apa yang akan Mingli dan Mingguo lakukan? silakan saksikan sambungannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Only Last
Romanceaku Chen Furong, di usiaku yang ke 17 tahun ini, segalanya berubah. aku menyamar menjadi laki-laki dan berkenalan dengan Aisin Gioro Mingguo, putera mahkota dinasti Qing. kami menjalin hubungan persahabatan dan dia, tentu saja tak tahu aku perempuan...