sebelumnya, mohon maaf karena diriku tak dapat tepat waktu. soalnya banyak penghalang hehehe
Kemudian Ming Guo dan pemuda baik hati itu mencapai garis bersamaan, ehm . . lebih tepatnya pemuda baik hati itu Cuma kurang beberapa inchi saja dengan kuda Ming Guo. Tak lama kemudian, aku menyusul mereka di posisi ke tiga.
“horee!!!” seruku kegirangan seraya menarik kali kekangnya. Aku turun dari kuda dan disambut oleh tepuk tangan Ming Guo berseta pemuda baik hati itu.
“bagus! Sangat menawan! Ternyata memang tidak boleh menilai seseorang dari penampilannya” Ming Guo masih menepuk tangan sesekali ia menyunggingkan senyuman.
“aku salut padamu, teknik berkudamu sungguh indah” ujar pemuda baik hati itu
“ah, anda terlalu meninggikan saya. Cara berkuda gong zhi juga sangat bagus, kalau aku perempuan, mungkin sudah menempel padamu”
Pemuda baik hati itu tertawa terbahak-bahak, Ming Guo juga mengikutinya, dia bahkan tertawa paling keras.
“jangankan kalau, jika sekarang kamuj menempel padanya, orang-orang akan melihatmu seperti jatuh hati padanya” kata Ming Guo dengan nada mengejek.
Aku menjadi marah dan memukuli lengannya.
“hahaha. . . lihatlah, sikapmu ini benar-benar seperti wanita”
Aku memasang wajah cemberut dan mengembalikan cambuk pada pemuda baik hati itu, kemudian berlalu pergi. Melihat kepergianku, Ming Guo terburu-buru mengembalikan cambuknya dan menyusulku, tak lupa dia mengucapkan salam perpisahan kepada pemuda baik hati itu.
----------
Kami sekarang berada di dalam keramaian kota peking, banyak sekali orang berlalu lalang. Di pinggiran jalanan terdapat banyak penjual makanan ringan, sayuran, dan buah-buahan.
“apa kamu masih marrah padaku?” Ming Guo mengikutiku dengan tangan disilang kebelakang.
Aku mengacuhkan omongannya, masih terus berjalan.
“maafkanlah aku Fu xin”
Aku yang sendari tadi terus dicerewetin akhirnya tak dapat menahannya lagi, akupun meledakan amarahku.
“sudah BERHENTI! Kau bising sekali. Sekarang berhentilah bersuara atau aku akan pergi”
“Lho? Fu Rong, kenapa kau ada disini?” kata seorang wanita yang memanggilku dengan nama asli.
Aku sangat terkejut, segera aku berbalik menatap wanita berpakaian chang pao bermotif bunga magnolia dengan warna hijau muda. Wajahnya sebutih dan sehalus salju, dengan mata lebar berbulu mata lentik, hudung mancung, bibir merona dengan senyum yang memperlihatkan lesung pipinya, akan segera mengungkapkan hal ‘berbahaya’ bagiku.
Aku membungkam mulut menggiurkanya, sementar Ming Guo memandangi kejadian ini dengan alis naik turun keheranan.
“lama tidak bertemu. . . NONA XIU FENG!!” kataku dengan sedikit penekanan agar jie-jieku sadar.
Jie-jie semakin keheranan, ia menatapku dan Ming Guo bolak balik, mungkin dalam hati dia bertanya-tanya apa aku tak waras. Kulihat dia masih kebingunan, aku segera menjauh dari Ming Guo dan berbisik kepada jie-jie.
“dengar, jie-jie. Pria yang bersamaku tak tahu aku ini perempuan dan dia juga tak tahu nama asliku, keluargaku, serta tempat tinggalku. Jadi ikutilah sandiwaraku dan panggil aku Chen Fu Xin, bukan Fu Rong”
Jie-jie mengangguk-angguk pelan, dia telah sepenuhnya mengerti, akhirnya aku melepaskan bekapan tanganku. Kami kembali lagi ke hadapan Ming Guo, memasang kembali sandiwara kami. Jie-jie tersenym padaku, ia menyapaku pura-pura.
“sudah lama sekali, apa kau sehat?”
“ya, berkat anda. . .oh, nona Xiu Feng semakin cantik saja”
“kamu ini. . . bisa saja . . .” je-jie tersipu malu
Aku mulai berpikir alangkah sayangnya, jie-jie tak menpelajari sandiwara. Kalau dia menpelajarinya pasti sekarang dia telah menjadi artis nomor 1 seluruh peking. Bisa-bisanya dia tersipu padaku.
“dan orang ini . . . ?” jie jie menunjuk Ming Guo
“ooh, dia teman baruku, namanya Ming Guo” aku memperkenalkan Ming Guo
Jie jie menghampiri Ming Guo, dia menberi salam padanya
“salam kenal Ming Guo gongzhi”
Ming Guo menatap lama wajah jie-jie entah apa yang dipikirkanya, hingga jie-jie mengeluarkan pandangan ‘ayo balas sapaanku’. Tak berselang lama, Ming Guo memberi salam dengan gaya silat. Aku hampir saja tertawa menyaksikan sikap kikuk Ming Guo, dan aku yakin dia juga mendengar suara tawaku yang tertahan.
Jie jie mendekatiku dan berkata akan pulang, namun, Ming Guo ‘memaksa’ kami pergi ke rumah makan. Dia dan jie jie berjalan di depanku, berduaan. Kelihatanya sudah sangat akrab layaknya teman lama. Aku merasakan sedikit kecemburuan dalam hati, tak ingin merusak suasana aku segera menbuang jauh-jauh pikiranku itu

KAMU SEDANG MEMBACA
Only Last
Romanceaku Chen Furong, di usiaku yang ke 17 tahun ini, segalanya berubah. aku menyamar menjadi laki-laki dan berkenalan dengan Aisin Gioro Mingguo, putera mahkota dinasti Qing. kami menjalin hubungan persahabatan dan dia, tentu saja tak tahu aku perempuan...