Chapter 25

4.2K 321 5
                                    

kelihatannya rate cerita ini harus diubah dari PG menjadi PG-13 hehehe.

"baiklah. aku akan tidur denganmu"

aku membuka satu kancing baju tepat saat Mingli berbalik menatapku terkejut. Aku membuka kancing ke dua dan ke tiga menampakkan leherku, Mingli menghampiriku dia menahan tanganku marah.

"apa yang kau lakukan?! apa kau tahu perbuatanmu akan di cap jalang!"

"aku tak apa-apa, kalau itu keinginanmu . . ."

aku membuka kancing keempatku, Mingli buru-buru mengancing kembali.

"APA KAU GILA?! hentikan!" Mingli menahan tanganku, dia memegang erat kedua pergelangan tanganku.

"bukankah itu keinginanmu? kalau dengan ini aku bisa bersamamu, apapun akan kulakukan untukmu"

"kau bodoh . . ." dia memelukku. "bodoh . . ."

aku balas memeluknya, kami menangis haru, tubuhnya masih hangat seperti biasa, kehangatan itu merambat menuju hati terdalamku.

"Mingli aku juga mencintaimu . . ." aku menatap kedua mata Mingli.

"aku juga . . . mencintaimu"

dia balas menatap mataku, tangannya mengelus lembut wajahku menghapu air mata di kedua pipiku, kami berciuman. aku menbalas ciumannya tak lagi memberontak seperti dulu.

######

Aku membuka pintu dan Mingguo menghampiriku. Dia melihat Mingli beberapa saat lalu menatapku sambil berbisik pelan.

"apa sudah selesai?"

aku mengangguk malu-malu "ya . . ."

"pelayanku akan mengantarmu, aku masih ingin membicarakan sesuatu dengan Mingli"

Aku menatap Mingli, dia tersenyum dan mengangguk kecil padaku. Aku mengerti lalu berjalan meninggalkan kediaman Mingli.

Akhirnya aku dapat bernafas lega cintaku terbalaskan juga, setidaknya kebebasan mencintai dan menikah tidak dikekang kedua orang tuaku. Aku bahagia sekarang, terik matahari musim panas terasa hangat menyinari kulitku.

kereta kuda ini berhenti tepat di pintu samping kediaman keluargaku, aku turun dari kereta kuda setelah itu kereta kuda itu pun pergi. aku berhenti sebentar memandangi sekeliling gang yang sepi, wajar saja tak ada yang mau melewati pintu samping kecuali hewan, para istri tak sah dan pelacur.

Tapi tunggu dulu! dari mataku terlintas  sosok manusia, ternyata ada juga manusia aneh di dunia ini dan orang itu tak lain tak bukan adalah diplomat Albert. Orang asing itu berjalan pelan-pelan disekitar pintu belakang perumahan paling ujung, dia kelihatannya sedang menunggu seseorang. Aku tak sempat melihat siapa yang menemuinya karena dia langsung ditarik ke sudut, aku penasaran lalu mengendap-endap menelusuri dinding hingga mendekati sudut tempat pertemuan keduanya. aku mendengar percakapan mereka dengan teliti.

"bagaimana?" tanya Albert.

"beres. tinggal menunggu hari pemberontakan"

"okay, aku ingin menambahkan sesuatu . . ."

"sebutkan saja tuan Albert, akanku pastikan tersampaikan dengan baik"

"bunuh Aisin Jueluo Mingli! aku tak mau melihatnya berada di hadapan Chen Furong. aku ingin dia lenyap!" Albert berapi-api.

Aku terbelalak Albert seorang pemberontak hal diluar dugaanku, aku harus segera memberi tahu Mingli, dia dalam bahaya. Aku buru-buru berjalan pergi karena takut ketahuan, aku menoleh melihat ke belakang, tak menyadari balok-balok kayu di samping dinding.

Kakiku tersandung dan terjatuh menimbulkan suara keras, tentu mereka menyadarinya, kakiku terluka di tindih banyak balok kayu. Mereka semakun dekat padaku, aku ketakutan. Seorang pria muda berperawakan sedang pendek bertahi lalat di bawah wajahnya mengeluarkan belati dari sakunya, dia siap menancapkan belati tajam itu di jantungku.

Aku berusaha menjatuhkan seluruh balok kayu yang menindih kakiku namun balok-balok kayu itu terlalu berat untukku. Siap tak siap aku harus menghadapi keduanya.

"lotus?" Albert berhenti tepat dihadapanku.

Pemuda menyeramkan itu beraksi akan menusukku, Albert menghentikannya dia menarik tangan pemuda itu.

"lord Albert lepaskan aku, kita harus segera menbungkam mulutnya!"

"Yilun tinggalkan kami, aku akan bicara dengannya"

Pemuda itu menyimpan belatinya menjauhi kami berdua. Albert menolongku, dia memindahkan seluruh balok kayu yang menimpa kakiku lalu melihat kondisinya.

"oh my! kakimu bengkak, biar kulihat lukamu" katanya perhatian.

"aku tak butuh kau berpura-pura" kataku memberanikan diri bergeser sedikit.

"jadi kau telah mendengar semuanya. Apa kau tak takut mati?"

"setiap makhluk hidup di dunia ini pasti akan mati suatu hari, buat apa aku takut? aku akan mengungkap semua kejahatanmu!"

"maka Li Qing Wang akan mati . . ." dia membungkuk sejajar denganku "akanku pastikan dia mati hari itu juga menghilang dari hadapanmu selamanya"

"jangan! jangan melukainya, aku mohon aku tak jadi mengadukanmu" ujarku dengan nada memelas.

"oh? kematiannya akan kuundur dua hari. setelah itu dia akan pergi selamanya"

"Albert, aku tak jadi mengadukanmu jadi lepaskan Ming. . ."

"aku punya satu syarat, menikah dan pergi ke Britain bersamaku maka aku akan melepaskan seluruhnya" Albert menyela perkataanku.

------

Only LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang