Chapter 9

5.2K 416 3
                                    

yoohuuuu! setelah sibuk seharian menunggu pengumuman lulus, akhirnya seluruh pelajar dinyatakan lulus 100% syukurlah (maaf terlalu byk uneg2nya ^^)

Minggu membawa adiknya, pangeran ke-6. Aku dapat merasakan tatapan menusuk dari sepasang bola mata pangeran ke-6.

“oh tuhan! Kenapa putera mahkota sialan ini membawa-bawa adiknya!? Aku akan gila!!” kali ini aku memaki Ming Guo dalam hati.

Mingguo girang sekali, dia menghampiriku dan tentu saja diikuti oleh adiknya seperti akan menelanku hidup-hidup.

“hei sobatku! Ternyata kita sehati, kamu juga menungguku disini” Mingguo menepuk bahuku.

Aku menatap kedua orang yang ada di depanku. Seluruh aliran darahku berhenti rasanya ketika aku menatap pangeran ke-6, keringat dinginku bercucuran, aku dapat merasakan identitasku akan dibongkar olehnya segera, dia mengenal sosok Chen Furong di pesta itu.

“Fuxin, kuperkenalkan ini adikku Mingli, pangeran ke-6” Mingguo tertawa lebar “oh, Li . . . “

Ming Li menerobos ucapan kakaknya.
“kakak, aku ingin bicara . . . kakak dia . . . “

Belum sempat dia melontarkan kalimat selanjutnya aku buru-buru berteriak keras.

“AH! TUAN MINGLI! Kau ingin lebih mengenalkukan? Mari kita bicara, kurasa kau nanti akan Sangaaaattt memahamiku”

Kuseret Mingli paksa dari hadapan Mingguo, aku menbawa dia ke tempat terpenci, jauh dari Mingguo, aku menggenggam erat tangan Mingli agar dia tak kabur dariku.

“pangeran . . . kumohon jangan katakana identitasku pada putera mahkota”

“apa yang kau inginkan? Apakah kau berniat merayu putera mahkota? Kuperingatkan kau jangan coba-coba!”

“tidak, aku tak bermaksud begitu . . . niatku murni! Aku Cuma  ingin berteman dengannya. Kumohan percayalah denganku” mataku berkaca-kaca.

Dia sepertinya tak begitu percaya padaku, kami menbisu dalam keadaan lama, hingga akhirnya pangeran ke-6 kembali berbicara.

“baiklah. Kau ada dalam pengawasanku, selama kau tidak melakukan hal-hal mencurigakan. Aku akan percaya padamu” dia bersikap dingin padaku.

“benarkah!?” aku bersorak kegirangan.

Kuangkat kedua tanganku bersorak senang, aku baru menyadari tanganku masih menggenggam erat tanagn Mingli. Buru-buru kulepaskan tanganku, kami sama-sama canggung. Kami berada dalam keadaan tak enak, untung saja si penyelamat datang, Mingguo menatap tak mengerti keadaan ini. Dia lalu merangkul aku bak sahabat lama, Mingli sedikit terkejut oleh kelakuan kakaknya, buru-buru dia melepaskan tangan kakaknya dari pundakku dan merangkul kakaknya.

“kakak, aku ingin berjalan-jalan di kota peking”

Mingli menbawa kakaknya berjalan dan aku mengikuti mereka dari belakang. Kami berjalan-jalan di dalam kota. Kedua pangeran ini tampak seperti anak kecil, mereka tertarik pada hal apa saja yang dijumpai.

“nona Xiufeng!” Mingguo berteriak keras dan kegirangan.

Di dalam toko kain jie-jie menoleh melihat kami. Dia keluar dari toko itu menuju arah kami. Minggu tersenyum senang menyambut kedatangan jie-jie. Dia lalu memperkenalkan jie-jie pada Mingli.

“Li, ini nona Xiufeng yang kubicarakan padamu”

Ming Li hanya menatap jie-jie sekilas dan menyapa singkat. Dia sama sekali tak terpikat atau tertarik pada jie-jie, dia lebih mirip sebongkah es menurutku, padahal jie-jie merupakan 5 tercantik kota peking banyak laki-laki terpikat padanya, termasuk juga lelaki dihadapanku, Mingguo. Pangeran ke-6 berbeda sekali dengan lelaki lain. Sifat kewanitaan dan lemah lembut jie-jie mungkin bukan pilihannya.
Atas undangan Mingguo, jie-jie bergabung bersama kami. Mingguo berjalan berdampingan dengan jie-jie, dan aku bersama sebongkah es, eh? Pangeran ke-6 tepatnya. Suasana disini dan di tempat Mingguo beda sekali, Jie-jie dan Mingguo asik berbicara, sedangkan aku, sangat menyedihkan, Ming Li tak berbicara apapun padaku. Aku dapat menghitung berapa kata yang terucap olehnya selama ini, 4 kata! Itu hanya sekedar ya dan tidak saja.

“tuhan! Tuhan! Aku mohon padamu buatlah orang ini berbicara! Berkicau seperti burung kenari pun tak apa! Apa salahku kenapa aku harus berjalan bersama bongkahan es? Kenapa dia begitu dingin padaku? Kenapa? Kenapa? KENAAAPAA!!!” batinku dengan segenap rasa.

Only LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang