Chapter 2

10.6K 704 7
                                    

Aku sudah berganti baju dan mengenakan topi layaknya seorang lelaki zaman ini, aku, Yu Tang berjalan mengendap-endap menelusuri lorong penyambung rumah utama dengan pintu depan, sekelilingnya adalah taman kesayangan  ayah, ayah sangat bangga akan taman ini setiap tamu yang datang berkunjung selalu diperlihatkannya taman ini.

Aku berjalan sambil memandang sekeliling demi berjaga-jaga apabila ketahuan bisa langsung berlari sekencang-kencangnya. Tapi tiba-tiba saja Yu Tang berhenti dan menubrukku yang sedang memperhatikan sekeliling. Ia berbisik  padaku

“nona, sepertinya sudah aman, tidak perlu beraktraksi monyet lagi”

“benarkah?”

aku berdiri tegak, kemudian berjalan terang-terangan  seperti biasanya, sementara Yu Tang mengamati keadaan dibelakangnya. Baru berjalan beberapa langkah saja , di depanku, bukan, lebih tepatnya beberapa langkah jauhnya, lusinan pelayan yang mengikuti *niang-ku akan berjalan menuju tempat kami berada.

Panik bercampur takut aku segera menarik Yu Tang yang lagi dengan dungunya mengamati kelompok itu, kami segera bersembunyi diantara tumbuhan dedaunan yang lebat. Hatiku berdetak keras seperti ratusan bahkan ribuan buah pala berjatuhan setiap detiknya.

Sekelompok itu mulai melewati tempat persembunyian kami, setelah mereka melewati persembunyian kami, kami bernafas lega. Untunglah dewa masih menyayangi kami. Sekali lagi aku berjalan mengendap-endap di lorong, tapi kali ini dengan lebih berhati-hati lagi. Rasanya lama sekali, kalau biasanya aku melewati lorong ini terasa begitu cepat tapi kali ini rasanya sangat lama sampai-sampai aku mulai berkeringat.

Akhirnya, setelah bersusah-susah kami tiba pada gerbang pintu depan. Aku berhenti dan berbalik menghadap Yu Tang

“Yu Tang, kau tidak perlu mengikutiku lagi, kembalilah sekarang”

“baik, tapi nona jangan lupa, janjimu padaku ya!”

“iya mengerti” ujuarku sedikit malas, lalu aku melangkah melewati pintu depan yang tinggi dan kokoh ini.

“TUNGGU!!?” teriak seseorang diarah belakangku.

Aku menoleh memperhatikan siapa yang berteriak begitu kerasnya. Dia adalah seorang pria tua berpostur pendek, dengan kepangan rambut yang dililitkan dikepalanya, dia adalah kepala pelayan rumahku, lao zeng. Dari kejauhan dia terus berteriak dan berlari kearahku.

“nona, cepatlah pergi, aku akan menanganginya!” seru Yu Tang

Aku segera berlari sekencang-kencangnya keluar dari rumah megah yang kutinggali seumur hidup ini, sementara itu Yu Tang menghalang-halangi Lao Zeng.

Only LastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang