Chapter Dua

7.8K 585 48
                                    

Ali POV

Setelah selesai memarkirkan si black ditempat biasa, gue dan Bombom pun masuk kedalam lingkungan sekolah lewat gerbang rahasia yang cewek gue sendiri pun gak tau itu tempat gerbang rahasia adanya dimana.  Ya, karena cuma gue, Bombom, dan beberapa kawan dekat gue yang tau tempat itu. Bisa dibilang markas rahasia Bad Boy macam gue ini.

Ternyata ketika gue masuk kedalam kelas yang alhamdulillah kosong gak ada guru, bell istirahat pun berkumandang indah masuk dalam gendang telinga gue, jadi enak kalau tiap habis tawuran langsung istirahat kayak gini. Mantap jiwa!

Tanpa mau duduk terlebih dulu, gue lebih milih langsung melenggang untuk menjemput sang pujaan hati didalam kelasnya. Maklum yang punya pacar mah setiap istirahat juga ada yang harus dijemput dan ada yang harus ditemani biar hatinya gak dingin dan dihangati sama orang lain. Nantinya jadi fitnah lagi.

Jarak antara kelas gue dan kelas Prilly lumayan jauh. Gue harus menyeberangi lautan serta mendaki gunung supaya sampai disana. Maklumlah, kelas Prilly berada dilantai tiga yang harus melewati kolam lele di taman belakang. Jadi gak salahkan kalau gue bilang menyeberangi lautan dan mendaki gunung?

Beberapa menit kemudian gue sampai didepan kelas Prilly. Pemandangan indah bagi gue melihat bidadari cantik lagi duduk sambil baca buku didalam sana. Tanpa mau membuang-buang waktu lagi, gue pun melangkah menghampiri Prilly yang lagi asik membaca buku dimejanya.

"Hai sayanggg.." sapa gue pada gadis yang udah setengah bulan jadi kekasih hati gue, jangan salah setengah bulan itu udah termasuk waktu yang cukup lama bagi gue menjalin kasih dan merajut asa dengan seorang perempuan. Ya, wajar saja kalau bad boy yang punya wajah ganteng lumer kayak gue ini banyak yang merebutkan sampai gue gak pernah lama pacaran, bawaannya pengen gonta-ganti terus cobain satu persatu gitu. Gue pun duduk tepat dihadapan Prilly yang masih fokus pada bukunya, pengen deh narik tuh buku supaya ini anak gak cuekin gue kayak gini.

Bukannya sapa balik, Prilly malah mendelik sambil mengendus gue dikira gue tulang kali. Gue jadi heran ditambah risih ketika Prilly benar-benar ngendus gue pake satu hidung yang punya dua lubang, sontak gue pun sedikit menghindar saat itu anak masih tetep ngendus gue pake hidungnya.

"Emang sekarang ada jam olah raga dikelas lo?" tanya Prilly yang bikin gue gelagapan sendiri, tau banget sih ini anak kalau gue mau bohong sama dia, pakai acara ngendus-ngendus segala lagi. Emang segitu baunya ya keringet gue, sampai itu si Prilly nebak-nebak gue abis ngapain segala. Udah tau habis main kuda-kudaan sama orang sekampung.

"Nggak kok, jadwal olah raga gue kan hari sabtu." jawab gue walaupun gue masih sedikit gelagapan tapi gue juga harus tetep jawab petanyaan dari cewek gue ini. Jangan sampai dia curiga gue habis tawuran, kalau iya bisa habis gue jadi perkedel orang ganteng, kalau dijual juga harganya lumayan, bisa beli heli pribadi.

"Terus kok bau keringat?" benar-benar ini anak minta dicipok. Pakai ngatain gue bau keringet lagi, padahal gue tau dia gak akan tahan kalau nggak nyium ketek gue sebelum tidur.

Setelah mendengar kata-kata dari cewek gue tadi, gue pun langsung menciumi kedua ketiak kiri dan kanan. Gak bau kok, emang sedikit basah aja karena lari tadi.

"Gak bau kok." jawab gue.

"Yaudah lah, mungkin hidung gue yang lagi ada masalah." kata dia lagi.

"Ya mungkin aja."

"Tadi pelajaran apa dikelas lo?"

Mampus! Masuk kelas aja enggak mana gue tau tadi pelajaran apa soalnya gue ini seorang bad boy, gak mungkin punya jadwal pelajaran dirumah kayak anak-anak kutu buku yang suka nya nempel-nempel kertas pelajaran disetiap sudut kamar, modusnya mah buat belajar kalau lagi santai tapi menurut gue itu lebih ke orang gak punya hiasan dinding jadi sampai kertas pelajaran aja mereka jadikan hiasan. Lah beda sama gue yang lebih suka nempelin foto-foto barang antik atau lukisan gitu, lebih artistik kan.

APL (1) APRILL (Ali, I Love You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang