Chapter Dua Puluh Enam

3.5K 272 24
                                    

Update dua chapter buat hari ini. Yeayyyy😉😉😉
Happy Reading❤❤

***

Prilly POV

Pencarian Ali yang gue kira bakalan cepat selesai hari itu juga ternyata gak sama seperti persepsi gue. Buktinya sudah sepuluh hari Ali belum juga ditemukan, bahkan berkali-kali tim sar menyebutkan kemungkinan terburuknya Ali udah pergi kedunia lain dan mereka akan menutup kasus Ali.

Gue, Prilly Latuconsina, yang masih berstatus pacar sah Aliando Syarief, gak akan pernah terima kalau kasus ini di tutup sebelum Ali ditemukan atau mungkin... Jasadnya. Gue gak akan bisa menganggap Ali udah mati kalau gue belum lihat jasad Ali pakai mata kepala gue sendiri.

Semua orang udah menjalani kehidupannya dengan normal, termasuk Gritte, Dinda dan Bombom. Diantara mereka Bombom lah yang paling kehilangan Ali setelah gue dan keluarganya. Mungkin karena Bombom lebih sering bareng Ali dibandingkan Dinda dan Gritte. Dinda yang berstatus hanya sebagai sahabat perempuan Ali, membuat dia tidak jauh lebih dekat daripada Bombom. Dan Gritte yang hanya sebatas fans fanatik Ali, bisa kapan aja merubah nama idolanya kalau dia pengen.

Gue menuruni tangga dari kamar keluar. Tadinya gue berniat buat cari Ali lagi ketempat dimana Ali hilang. Tapi kata bunda gue harus istirahat buat sehari ini, karena sejak sepuluh hari yang lalu, gue gak pernah absen buat cari Ali. Bahkan gue rela gak sekolah dan meninggalkan semua aktivitas gue cuma buat cari Ali.

Tapi kali ini gue mau jadi anak pembangkang. Bunda sama Ayah emang gak mengizinkan gue buat cari Ali hari ini, tapi Gritte gak akan nolak permintaan gue walaupun gue harus beradu mulut dulu buat bikin dia mau mengantar gue ketempat Ali hilang. Gue gak bisa nunggu. Nunggu itu sakit apalagi hal yang kita tunggu itu hal yang belum pasti. Gue harus bergerak kalau mau hidup gue terus maju dan gak terus diam ditempat kayak gini.

Percaya gak percaya, setiap malam Ali terus datang di dalam mimpi gue. Gue tau, mimpi hanyalah bunga tidur. Tapi selama satu minggu berturut-turut Ali datang kealam mimpi gue. Gue rindu dia, sampai waktu bunda membangunkan gue di pagi harinya pun gue masih malas bangun dan tetap ingin bersama Ali walau cuma di alam mimpi.

Ali terlihat segar waktu dia datang di alam mimpi gue dan gue harap dia juga tetap seperti itu didunia nyata. Bahkan dia terus senyum waktu natap gue dari kejauhan, walaupun dia gak ngomong sama sekali tapi gue tetap senang dia bisa datang dalam mimpi gue, mungkin aja dia lagi sariawan jadi gak bisa ngomong cuma bisa senyum. Ali makin terlihat tampan waktu itu. Semoga aja ada orang baik hati yang nyelametin Ali dan merawat dia sampai nanti gue bisa menemukan dia.

"Prill, sini dulu, sayang." perintah bunda, gue pun langsung menoleh di anak tangga terakhir yang menuju kearah pintu keluar buat menemui Gritte dan diam-diam mencari Ali lagi.

Gritte emang mewanti-wanti gue buat istirahat dirumah hari ini. Seperti yang gue bilang tadi, gue harus beradu mulut dulu supaya Gritte mau mengantar gue. Karena gue tetap bersikeras memaksa dia bantu gue datang ketempat kejadian na'as itu al-hasil diapun mau. Gue pengen Ali secepatnya ditemukan, dan gue rasa semua orang yang menyayangi Ali setuju sama pendapat gue.

"Ada apa, bun? Gritte udah nunggu dirumahnya." cetus gue.

"Sini dulu sebentar." pintanya.

Gue mendengus terus nurut apa yang di perintahkan bunda. Padahal ayah dan bunda lagi ada tamu yang gue rasa itu tamu penting, tapi mereka malah ngajak gue duduk disana, itu kan pembicaraan orang tua, gue mana ngerti. Atau jangan-jangan bunda mau jodohkan gue sama salah satu anak mereka lagi, atau yang lebih parah salah satu dari mereka lah yang ayah dan bunda jodohkan sama gue. Sumpah, mereka gak ada yang masuk dalam kriteria pasangan hidup gue. Gue masih punya pacar, Ali masih nunggu gue di sana. Asli mereka gak tau apa arti masa muda.

APL (1) APRILL (Ali, I Love You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang