Chapter Dua Puluh Delapan

7K 332 64
                                    

Prilly POV

Sejak saat itu kasus Ali benar-benar ditutup, gue harus terbiasa tanpa dia dan itu lah kenyataannya PR tersulit gue bukan lagi soal logaritma matematika tapi saat gue harus terima kalau Ali emang udah bahagia diatas sana. Walaupun bayangan dia selalu ada mengintai gue, gue rasa meskipun Ali udah gak ada dia masih pengen jaga gue didunia.

Bombom sering menemui gue setelah kejadian itu, dia pernah bilang kalau dia juga sangat terpukul atas hilangnya Ali dan sampai akhirnya Ali dinyatakan meninggal dunia. Selama satu minggu Bombom mengasingkan dirinya di Kalimantan, dia bilang itu rumah neneknya yang sudah lama gak digunakan. Bombom bilang disana dia ingin membenahi hatinya yang hancur akibat Ali, ternyata bukan hanya gue yang terpuruk kehilangan Ali tapi ternyata semua orang yang menyayangi dia ikut terpuruk.

Selama disana Bombom lebih banyak diam, dia yang cerita sama gue waktu dia sengaja berkunjung kerumah. Katanya, Ali sering datang kedalam mimpi dia hanya untuk mengucapkan selamat tinggal dan selebihnya Ali cuma senyum gak ngomong apa-apa lagi.

Disitu gue marah. Kenapa Ali datang ke mimpi Bombom sedangkan dia gak pernah datang kemimpi gue. Tapi Bombom bilang, 'percaya Ali pasti ragu buat datang kemimpi lo soalnya lo orang yang paling dia sayang setelah keluarganya dan dia pasti kesulitan untuk merangkai kata-kata buat mengucapkan selamat tinggal sama lo'.

Kata Bombom bikin gue paham dan akhirnya gue menunggu saat itu tiba. Saat dimana Ali datang walau hanya dalam mimpi gue. Dan bisa gue pastikan gue gak akan pernah mau bangun kalau Ali benar-benar datang.

Gak cuma Bombom, Dinda pun sering datang kekelas gue cuma buat ngajak gue ngobrol atau ngajak gue kekantin buat makan.

Dinda bilang dia emang terpuruk setelah Ali nyatakan meninggal dunia. Tapi beda dengan Bombom, Dinda justru lebih sering menghabiskan sebagian waktunya buat refreshing, gue tau dia melakukan itu cuma buat mengalihkan pikirannya dari Ali. Karena mau gimana pun Dinda teman Ali sejak kecil bahkan dia sering keluar masuk rumah Ali tanpa permisi itu udah membuktikan kalau Dinda dekat dengan Ali, mommy Ali sendiri yang bilang sama gue.

Kata Dinda, gue jangan terus-terusan mikirin Ali, ya walaupun sesekali boleh kalau gue lagi pengen mikirin dia. Tapi hidup terus berjalan, kata Dinda gue gak boleh terpaku pada titik itu terus, titik dimana keadaan buat kita semakin sedih dan gak terima sama takdir yang udah tuhan tuliskan buat kita dibuku besarnya.

Dinda juga bilang, 'sedih boleh tapi lo harus liat orang-orang yang sayang sama lo. Lo gak mau kan mereka kena imbas akibat kesedihan lo. Nyokap bokap lo sibuk menghibur lo tapi lo cuma terkesan ya gue seneng di hibur gitu doang. Semua orang pasti pernah terpuruk, tapi semua orang juga punya cara buat bangkit dari keterpurukan itu. Coba buka mata lo, dunia lebih luas dari apa yang selama ini lo bayangkan'. Gitu katanya.

Selain Bombom dan Dinda, Gritte orang yang paling ngefans sama Ali juga ikut menasehati gue. Dia bilang dia ikut berduka atas hilangnya Ali, bahkan dia bilang dia sampai gak bisa makan selama empat hari hanya karena Ali terus datang dalam pikirnya. Gritte harus cari idola baru buat bisa sesegera mungkin move on dari Ali, mantan idola yang sangat ia puja.

Kata Gritte, 'gue bisa aja cepet dapet gebetan baru kalau gue mau, tapi gue gak bisa, kefanatikan gue sama Ali udah menjalar sampai urat nadi gue. Gue emang harus cepet-cepet dapet idola baru sebagai pengganti Ali kalau gue pengen segera move on dari dia. Sama kayak lo, lo juga harus cepet-cepet dapet gebetan baru buat bikin lo lupa sama Ali'. Gitu katanya.

Gue gak sama sekali menanggapi kata-kata Gritte sebagai pernyataan yang serius. Karena gue pikir dia cuma pengen menghibur gue dengan kata-katanya yang khas. Ya, selama dia masih bersikap wajar dan gak maksa gue buat bener-bener cari pengganti Ali di hati gue, gue merasa fine-fine aja. Gritte emang ngerti apa yang gue rasain, dan dia gak pernah memaksakan apa yang dia inginkan untuk hidup gue. Walaupun dia sering bilang 'kapan lo bakal move on dari Ali?' setiap gue nangis waktu ingat Ali, tapi jauh dari kata-kata itu Gritte cuma pengen gue berhenti nangis.

APL (1) APRILL (Ali, I Love You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang