Chapter Enam Belas

3.7K 305 19
                                    

Ali POV

Dari lima menit yang lalu gue udah ada didalam ruang kepala sekolah dan kepala sekolah itu masih melakukan hal yang sama. Ngetuk-ngetuk meja sama jari tangannya, gue bingung apa yang ada dipikiran ibu kepala sekolah gue ini, apa gunanya coba ngetuk-ngetuk meja pakai jari mending langsung marahi gue aja, toh gue udah siap lahir dan batin.

"Bu.."

"Diam!"

Gue berkedip satu kali dengar sentakan dari kepala sekolah, alamat kena sumpalan rambut konde kalau gini mah.

"Ibu heran sama kamu! Kamu sekolah nyari apa?"

"Cari ilmu lah bu."

"Jangan menjawab!"

Gue natap kepala sekolah dengan tatapan malas tapi memilih buat tetap diam.

"Mommy kamu titipin kamu sama saya! Tapi kamu malah bikin saya gak bisa jaga amanah. Suka tawuran lah, berantem disekolah lah, ngelakuin hal aneh-aneh lah. Nanti apa lagi? Mau mabok di sekolah? Iya?"

Kalau di kasih izin sih gue mau-mau aja, tapi jujur sebagai bad boy berkelas gue gak pernah minum minuman keras karena yang gue tau semua minuman itu cair gak ada yang keras kalau gak di bekuin mah.

Dan gue cuma bisa simpan kata-kata itu dalam hati dan memilih buat tetap diam, kayak anak baik yang gak pernah ikut tawuran dan terus dapat rangking satu dikelas.

"Jawab!"

Gue berkedip lagi dengar suara toa dari kepala sekolah gue ini. Memang pada dasarnya guru selalu benar dan murid selalu salah, giliran tadi gue jawab kena marah, lah sekarang gue gak jawab masih kena marah juga. Heran gue.

"Gak bu."

"Terus mau kamu apa sekarang? Ibu udah gak bisa mentolerir kelakuan kamu sekarang. Roy masuk rumag sakit gara-gara tadi kamu pukulin dia."

Bisa gue pastikan kalau hati gue udah kena musim semi sekarang, akhirnya tu benalu masuk rumah sakit juga.

"Heran ibu sama anak jaman sekarang suka banget main pukul-pukulan. Kalau mau jadi jagoan itu ikut turnamen bukan diarea sekolah gini."

"Ibu gak tau aja apa masalahnya."

"Dia pukul Prilly?"

"Bukan cuma itu, dia juga menghina saya. Saya gak terima! Coba ibu bayangin kalau ibu ada di posisi saya, di hina dituduh tanpa bukti dan fakta yang jelas. Apa ibu bakal diem aja? Enggak kan? Saya emang nakal bu tapi nakal saya berkelas. Saya bukan gangster yang suka mukuli dan membunuh orang tanpa sebab, saya punya alasan kenapa saya melawan dan melakukan hal seprontal itu."

Penjelasan gue kayaknya kena dihati kepala sekolah sampai dia diam dan kelihatan kayak lagi mikir. Padahal gue gak yakin kalau dia lagi mikir.

"Oke, ibu kasih kesempatan kamu sekolah disini lagi. Berhubung alasan kamu melawan dan memukuli Roy cukup jelas, ibu kasih kamu masa percobaan selama satu bulan. Selepas dari itu kalau ibu dengar kamu tawuran atau berantem lagi disekolah atau diluar sekolah tapi masih pakai seragam sekolah, ibu gak bisa kasih kamu tolerir lagi."

"Baik bu."

"Silahkan masuk kekelas kamu sekarang, tapi sebelum masuk kelas bersihkan dulu luka kamu." kata dia yang gue balas anggukkan kepala.

Dengan senang hati gue melangkah keruang UKS karena gue yakin Prilly masih ada disana dan bisa gue pastikan tu anak disuruh pulang cepat hari ini.

Saat knop pintu ruang UKS terbuka, pemandangan yang gue lihat pertama kali adalah sosok malaikat pencabut nyawa berwujud bidadari gue yang lagi terlelap diatas ranjang rawat ruang UKS sendirian. Gue rasa bu Pur lagi ada keperluan lain jadi ruang UKS kosong sekarang.

APL (1) APRILL (Ali, I Love You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang