Chapter Enam

5.1K 357 8
                                    

Ali POV

Seperti yang gue bilang, setelah kaki ganteng gue ini keluar dari ruang osis, gue memutuskan untuk langsung melangkah menuju kelas Prilly, kekasih gue tercinta, dan menyuruh Bombom buat ambil ransel gue sekalian bawa si black ke parkiran sekolah. Gue gak mau juga ngajak Prilly keluar lewat markas rahasia gue, yang ada dia bakal laporin itu pintu rahasia ke ibu konde, Al-hasil bisa-bisa itu pintu ditutup rapat-rapat dan gue gak bisa lagi keluar di jam pelajaran seperti biasa. Kalau gak di tutup kan enak, tinggal izin ke kamar mandi dan bisa balik lagi pas jam berikutnya atau jam istirahat.

Kaki ganteng gue nampak pas didepan pintu masuk kelas Prilly, lumayan lah kelas dia sama ruang osis gak sejauh jarak kelas dia sama kelas gue, gak perlu deh tuh menyebrangi lautan dan mendaki gunung segala, cuma perlu melewati goa semut aja udah sampai saking deketnya.

Apa ini? Apa yang gue liat? Kenapa itu anak satu kelas Prilly nimbrung di meja dia semua sampai-sampai gue gak bisa ngeliat malaikat pencabut nyawa berwujud bidadari gue. Apa lagi itu? Cowok-cowok terong pasar juga ikut nemplok di meja bini gue, oke ini gak bisa di biarin. Gue gak mau pacar gue tersayang lecet gara-gara itu terong colek-colek kulit pacar gue. Seorang bad boy yang gantengnya setingkat sama leher jerapa dan setinggi langit ketujuh ini gak bisa terima.

Mending aja kalau yang nemplokin 4C, kan sama-sama satu jenis. Lah, ini terong? Bendanya aja beda. Gue gak terima kayak gini ini, nih. Gak ada istilahnya seorang bad boy berkelas merelakan kekasihnya di templokin terong-terong pasar.

Gue menghampiri Prilly yang lagi cengengesan di dalam kerubungan anak satu kelasnya. Gue bingung sama ini anak, kalau gue yang nemplokin dia angkuh dan ketusnya minta ampun padahal yang nemplokin dia itu orang ganteng sekaligus bad boy berkelas, lah ini dia di templokin sama anak satu kelasnya yang gue yakini itu badan beraneka ragam baunya dia malah cengengesan. Please, Prill, kayaknya emak lo salah mendidik lo kalau kayak gini.

"Prill."

Semua pasang mata akhirnya menatap gue sekarang. Para cowok menatap gue kesal walaupun ada diantaranya yang ikut menatap gue memuja sama kayak para cewek yang selalu menatap gue dengan tatapan memuja, wajar aja sekalipun cowok kalau mereka natap mata hitam legam gue bisa pastikan tatapan mereka adalah tatapan memuja. Siap-siap aja tuh kalian ganti benda, kalau pengen gue lirik juga.

Semua beralih natap gue termasuk Prilly dan Gritte yang duduk di samping dia. Ini kelas lagi pada ngapain, sih? Bawa buku tulis segala, oke emang ini kelas yang gunanya untuk belajar, tapi ngapain mereka bawa buku ke meja cewek gue, kan gue jadi curiga bin cemburu.

"Pulang. Bell pulang udah bunyi dari tadi."

Gue pun menarik tangan Prilly tanpa minta jawaban dia terlebih dulu. Bukan hanya itu tangan kecil yang gue tarik, tapi ransel dan juga buku tulis dia yang tergeletak di atas meja yang gue tarik, sampai semua orang yang ada disitu nyorakin gue tanpa gue tau penyebabnya apa. Emang salah kalau gue bawa pacar gue pergi? Man, lo pada gak tau kalau gue lagi cemburu.

"Eh Prill, mau kemana? Belum selesai ini." ucap salah satu teman satu kelas Prilly yang gue tau itu bukan Gritte, karena itu anak dari tadi gak ngomong cuma menatap gue dengan tatapan kagum dan memuja tanpa berucap, masih untung itu iler gak netes.

"Gue mau bawa balik." jawab gue belum Prilly berhasil menjawabnya, nah mulut gue ini yang jadi jubir dia sekarang.

Gue melirik Prilly yang mendumel kesal akibat pertanyaan dari temannya gue jawab. Padahal kalau lagi ulangan ada orang yang jawab pertanyaan yang kita punya kan senengnya minta ampun, apa lagi yang jawab itu pertanyaan gue. Lihat tuh, semua cewek aja berdecak kagum sekarang.

"Aaaa.. Ali mau dong dibawa pulang."

Begitu kira-kira.

Gue hiraukan kata-kata itu langsung narik Prilly keluar dari dalam kelas. Walaupun dia nolak, tapi tenaga dia gak lebih kuat dari tenaga kang tawuran kayak gue ini, jadi jangan harap itu tangan kecil bisa lepas dari genggaman tangan gue yang kekar kerotot ini.

APL (1) APRILL (Ali, I Love You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang