Ali POV
"Disini senang.. Disana senang.. Dimana-mana hatiku senang.. Disini senang.. Disana senang.. Dimana-mana hatiku senang.. Lalalalalalalallalalal.. Lalallalalalalalal.."
"Lagunya bocah. Yang cinta-cintaan dong, gue lagi falling in love nih." cetus Bombom disela nyanyian ditengah acara api unggun malam ini.
Setelah seharian melakukan out boun di hutan, agenda selanjutnya adalah menyalakan api unggun sambil nyanyi-nyanyi ria dan pertunjukan bakat dari masing-masing siswa. Sebelum akhirnya acara inti dan penutupan besok dimulai.
"Ketauan sih kalau yang udah kolot mah." cibir Vino teman sekelas gue yang kebetulan duduk disebelah Bombom bikin tu anak pasang muka manyun.
Kalau gue sih anteng-anteng aja duduk sambil mangku gitar kesayangan gue di temani wanita pujaan hati disamping gue yang ikutan duduk anteng juga sambil maini ujung resleting jaket yang gue pakai.
"Gak sadar lo, disini kan lo yang paling kolot." balas Bombom gak mau kalah.
(Kolot a.k.a tua)
"Gue emang kolot tapi muka gue masih imut-imut sapi, man."
"Lo kata muka lo imut?" kata Bombom yang gue lihat Vino juga ngangguk. "Kayak sapi?" Vino ngangguk lagi seketika muka si sapu lidi berubah horor bagi gue. "Bahahahhaha.. Emang mirip sih lo sama sapi. Kuping kecil, hidung tomat, perut udah kayak badut. Lo tinggal mangkal aja noh di lampu merah lima menit juga dapat receh dah nanti. Lumayan buat nambah-nambah beli kuaci teman bergadang nonton wayang. Hahahah."
Gila tu si sapu lidi kalau ketawa udah kayak kudanill aja, walaupun itu emang lucu dan gue juga ikut ketawa termasuk yang lain juga ketawa, tapi gue rasa gak ada yang selebar itu. Mulut sama lubang buaya sama lebarnya.
"Ketawa lo becek!" omel Vino sambil mengusap wajahnya. Tuh kan bener, ngomong aja tu anak berkuah apa lagi ketawa lebar kayak sekarang ini udah pasti becek.
"Sembarangan lo kalau ngomong."
"Sumpah temen lo somplak semua. Hahahh.." sahut Prilly yang nada suaranya gak karuan akibat terus ketawa.
"Bener banget. Kok bisa sih lo punya temen sengkek, somplak, gila kayak mereka. Hahahah.." balas Gritte yang duduk disebalah Prilly.
"Nemu di tempat pembuangan sampah." jawab gue yang juga sama terbahaknya kayak mereka.
"Kamvret!"
"Aduh gue gak tahan, nih."
"Kenapa Prill? Udah masuk pembukaan berapa?" canda gue langsung duduk tegak natap Prilly yang masih ketawa sambil memegang perutnya. Sebenarnya perut gue juga keram ketawa mulu.
Bukannya dijawab Prilly malah meraukan tangannya kewajah gue yang bikin gue berkedip satu kali terus melek lagi pas tu tangan udah terlepas dari wajah gue.
"Lo kira gue lagi lahiran apa? Hamil aja kagak! Gak tahan pipis nih, Gritte antar gue pipis, yuk."
"Ogah ah, tempatnya horor."
"Nggak kan ada WC umum didekat pantai sana."
"Ah gak mau." tolak Gritte.
"Lo masih mau dianggap sahabat sama gue?" gaya bahasa Prilly bikin gue terkekeh sendiri. Prilly lucu kalau lagi ketus, marah, maksa kayak sekarang ini. Memandang wajah Prilly lebih lama dari biasanya udah jadi hobi gue entah sejak kapan, tapi yang jelas gue bakal rindu kalau sedetik aja gak memandang wajah dia.
"Sama gue aja yuk." goda gue malah bikin Prilly bilang kayak gini.
"Gila!"
Satu kata yang bikin hati gue sesak. Untungnya gue udah terbiasa dan hati gue udah di lapisi baja sama baju besi jadi gak gampang banjir karena sakit hati da tu.
KAMU SEDANG MEMBACA
APL (1) APRILL (Ali, I Love You)
Fanfiction#400 in fanfaction 14-02-2018 Aliando seorang Bad Boy kang tawuran dan suka melanggar peraturan tapi juga memiliki sifat kealayan yang melebihi orang alay pada umumnya. Ingin tau kisah cintanya? Penasaran sama ceritanya? Yuk baca kisah kocak dari...