Ali POV
Entah ini cuma perasaan gue doang atau memang beneran nyata. Gue rasa sejak kejadian bibir gue nyosor ke bibir Prilly, dia bersikap jadi lebih manis dari biasanya. Mungkin virus baik dari bibir gue tersalur sempurna ke dalam diri Prilly lewat sentuhan singkat bibir waktu itu. Ya, walaupun masih ada sisi ketus dan angkuh yang kayaknya gak mungkin hilang dari diri dia. Kalau kata orang itu udah bawaan dari lahir atau mungkin dari masih dia jadi embrio di dalam perut ibunya.
Tapi terlepas dari itu, gue udah merasa sangat bahagia sebab Prilly udah mulai bisa nerima kehadiran gue sebagai pacarnya bukan sebagai Bad boy alay yang sering dia sebutkan.
Kayak sekarang ini, di jam istirahat gue gak perlu memaksa Prilly buat ikut makan dikantin bareng gue. Kalau biasanya jalan jongkok, hitung jumlah rambut, sampai tetek bengeknya harus gue lakukan dulu cuma buat bisa ajak dia makan dikantin. Buat hari ini enggak, saat gue masuk kedalam kelasnya Prilly justru udah nunggu gue disana. Menunggu pangeran tampan berkuda ungu menjemputnya.
Jadi pengen bilang. 'Dari dulu kek lo bersikap manis kayak gini. Jadi kan gue gak harus sebut lo malaikat pencabut nyawa berwujud bidadari, tapi gue bisa sebut lo penjaga pintu surga yang lagi nunggu gue datang kesitu buat jemput lo dan bahagia disurga nanti' gitu kan lebih enak.
"Enak gak?" tanya gue disela kunyahan bakso bening tanpa sambal cuma dikasih kecap satu tetes yang gue pesan tadi.
Prillypun mendelik natap gue.
"Bisa gak kalau gue lagi makan lo gak usah nanya-nanya. Gue bisa keselek. Kalau gue mati gara-gara keselek gimana?"
Gue tersenyum manis sebagai balasan kata-kata dia. Udah gue bilangin ni anak ketusnya bawaan dari waktu dia masih jadi embrio. Mau di permak ke kang permak levis juga gak akan ilang tu sikap ketus.
"Jangan mati dong gue gak bisa tanpa lo. Maafin ya. Yaudah makan lagi yang banyak, sayang." kata gue sambil senyum sedangkan Prilly malah memutarkan bola mata malas dengar kata-kata gue bikin gue gemas lihatnya.
Kadang gue suka bingung, apa salahnya coba seorang pasangan memanggil pasangannya dengan kata 'sayang'? Itu kan romantis. Masih banyak noh cewek diluaran sana yang nunggu kata sayang keluar dari mulut barokah gue buat mereka. Prilly yang justru gue ungkapkan kata itu dari dalam lubuk hati gue yang paling dalam malah tinggal satu lapis lagi tu hati sobek tembus ke jantung. Tapi dia malah bersikap seakan-akan nolak menatah-mentah kata 'sayang' dari gue tanpa mau dia masak didalam pikiran terus dihidangkan didalam hatinya dulu. Sungguh terlalu.
Lihat Prilly yang anteng melanjutkan makannya, guepun ikut makan lagi sisa bakso yang udah antri nunggu panggilan masuk kedalam barisan indra pengecap gue.
Dan tiba-tiba aja suara gebrakan meja nusuk kedalam gendang telinga gue.
Bruk!
Gue dan prilly yang lagi asik makan seketika kaget dengar gembrakan meja yang bikin mangkuk bakso gue sampai melayang diudara. Reflek gue mengusap dada supaya ni jantung nempel lagi ditempatnya yang sempat sedikit geser akibat gebrakan meja tadi.
"Ali... Ali.... Gue mau ngomong."
Gue dan Prilly pun menatap si empunya suara dan siap untuk memaki.
"Apa sih! Lo gak liat gue lagi lunch bareng sama cewek gue. Rusak suasana aja." decak gue setelah mendapati tangan lidi Bombom lah menggebrak meja tadi dan dia juga si empunya mulut baskom yang tadi nyerocos manggil nama gue. Gue pastikan tu mulut gak bisa ngomong lagi besok.
"Urgent, Li, urgent."
"Ada apaan sih? Kalau ngomong itu yang jelas. Lo ngerusak jam istirahat gue. Dan sekarang lo ngerusak indra pendengaran gue." timpal Prilly yang kelihatannya gak mau tinggal diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
APL (1) APRILL (Ali, I Love You)
Fanfiction#400 in fanfaction 14-02-2018 Aliando seorang Bad Boy kang tawuran dan suka melanggar peraturan tapi juga memiliki sifat kealayan yang melebihi orang alay pada umumnya. Ingin tau kisah cintanya? Penasaran sama ceritanya? Yuk baca kisah kocak dari...