Chapter Dua Puluh Dua

3.4K 277 2
                                    

Author POV

" Pergi Prill.. Arrrghhhh.." teriak Ali.

"Aliiiiiii...." jerit Prilly histeris melihat ombak cukup besar menyeret Ali hingga pria itu hilang begitu saja dari penglihatannya.

Ali benar-benar hilang terseret debur ombak yang tiba-tiba saja datang dari belakang setelah ia berhasil melempar Prilly cukup jauh dari pesisir pantai sehingga hanya dia seorang diri lah yang harus menerima nasib ketika ombak itu dengan lahap menyantapnya.

Bahkan Ali tak sampai berpikir akibat dari ia melempar Prilly tadi. Yang jelas itu hanya akan menimbulkan luka lebam atau sedikit pendarahan didahi, akan lebih mudah terobati dan juga sedikit lebih baik dibandingkan jika ia harus mengajak Prilly ikut meregang nyawa bersamanya.

Ali menahan napasnya ketika debur ombak dengan mudah membawanya perairan lepas. Mata Ali masih terbuka lebar, ia tahu jika dirinya sudah berada ditengah luat sekarang. Bukan karena ia menemukan seekor lumba-lumba atau sejenis udang lainnya, tapi kedalaman air dan warna air yang sudah tak lagi jernih membuat Ali memiliki pemikiran tersebut.

Apa Prilly baik-baik saja disana? Itu saja yang ada dalam pikiran pria berdarah Arab-Indonesia ini. Ia tak menyangka rencananya membangkitkan kembali acara camping tahunan disekolahnya akan menimbulkan malapetaka. Ia tak habis pikir jika badai laut akan datang dimalam acara camping tahunan yang sudah ia rencanakan sedemikian rupa. Untung saja acara surprise yang ia siapkan untuk Prilly sudah berjalan dengan mulus, setidaknya itu akan membekas dan menjadi kenangan indah untuk Prilly. Tapi bagaimana jika ia tak bisa kembali?

Kepala Ali mengampul kedasar laut, terdengar tergesa-gesa Ali mengambil napas dan mencoba mengatur napasnya yang sudah semakin sesak akibat persediaan oksigen dalam paru-parunya sudah mulai menipis. Bahkan Ali masih kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam air dengan gelombang ombak yang dahsyat.

Langit masih terlihat gelap, sudah bisa dipastikan hari ini masih bisa dikatakan larut malam, bahkan belum ada satu ekor ayam pun yang berkokok saat ini. Memang ada ayam yang mau berkokok ditengah badai laut seperti ini?

Dengan sisa tenaganya Ali mencoba untuk menyeimbangkan tubuhnya diatas air yang terus saja memaksa tubuhnya untuk kembali tenggelam. Masih banyak cita-cita di kehidupannya yang masih harus ia wujudkan, membahagiakan kedua orang tua dan membuat Prilly terus tersenyum adalah salah satu dari daftar cita-cita yang harus ia wujudkan. Tapi jika terus seperti ini apa Ali bisa bertahan? Ombak seakan tak ingin bekerja sama malam ini, gelombang air itu terus saja menghujam tubuh Ali hingga ia kembali masuk kedalam lautan yang gelap.

Setengah sadar Ali mengambang didasar laut. Dengan tubuh yang ua rasa seakan sudah lelah untuk menerima goncangan yang lebih lagi, hingga semua organ memutuskan untuk melemah dan berhenti bekerja.

'Bahasa inggris ada dikelas gue. Lo kalau mau bohong yang bener aja dong, masa bohong soal pelajaran aja gak bisa.'

Gambaran suara Prilly yang mungkin saja tak bisa lagi Ali dengar membuat ia merasa lebih sesak dari pada harus menahan napas selama berjam-jam didalam air, bahkan ia masih ingin berlama-lama mendengar makian dari gadis yang ia anggap sebagai malaikat pencabut nyawa namun memiliki wujud layak ya bidadari.

"Prilly kasih tau ya, Ali itu bad boy kang tawuran, sukanya melanggar peraturan sekolah lagi. Bunda gak suka kan cowok kayak gitu?"

Gadis yang selalu menyebutnya sebagai bad boy alay kang tawuran yang suka melanggar peraturan. Gadis yang memiliki seribu satu cara untuk mengelak jika dirinya sedang bersemu malu. Gadis yang mengajarkan nya tentang kerja keras dan berusaha untuk mendapatkan sesuatu dengan jerih payah sendiri. Dia gadis yang sangat ia cintai.

APL (1) APRILL (Ali, I Love You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang