Prilly POV
Gue jadi merasa canggung duduk dekat Mommy Ali, karena pertemuan pertama kami bukan diwarnai keharmonisan melainkan ketegangan. Mommy Ali menganggap kalau gue ini faktor terbesar yang menyebabkan Ali hilang, bahkan sampai saat ini kami belum bisa menemukan dia. Itu buat gue semakin kalut dan membenarkan apa yang dikatakan Mommy Ali tadi.
Bunda, Gritte dan juga Dinda tadi pamit beli makanan untuk makan siang, sebenarnya gue sama sekali gak pengen makan dan gue rasa mommy Ali pun sama gak selera makan kayak gue. Tapi ya, gue gak bisa nahan mereka buat gak beli makanan, kayaknya tenaga gue gak cukup kuat buat menghakimi mereka untuk nuruti permintaan gue.
Gue melirik jam yang menempel di salah satu dinding ruangan, waktu udah menunjukkan pukul 11 siang, Ali pasti udah kedinginan kalau dia berada didalam laut. Gue malah berharap Ali udah terdampar di darat. Karena besar kemungkinan Ali selamat kalau dia udah ada didarat, dan kecil kemungkinan kalau dia masih berada didalam laut.
Gue berdeham untuk memecah keheningan antara gue dan mommy Ali. Mata gue menyipit melirik mommy Ali yang sama sekali ga menggubris dehaman gue, padahal banyak hal yang pengen gue bicarakan sama dia. Termasuk tentang Ali dan permintaan maaf gue.
"Eumm... Tante." akhirnya gue memutuskan untuk angkat bicara, gue emang gak bisa lebih lama lagi berdiam walaupun gue masih merasa canggung.
Mommy Ali tetap pada posisinya bikin gue tambah sakit hati. Oke, anggap aja dia egois sekarang, karena bukan cuma dia yang sedih Ali belum di temukan. Tapi gue juga. Please, keadaan kayak gini bikin air mata gue mau turun lagi.
"Maaf." kata gue mulai bergetar hebat. Gue emang bukan tipe orang yang suka nangis atau mengekspresikan perasaannya lewat mimik muka. Tapi kalau kehilangan sesuatu yang berarti banget buat gue, gak perlu ditanyakan lagi gimana ekspresi gue saat itu.
Gue menunduk lemah, tapi tiba-tiba aja ada sebuah sentuhan dipuncak kepala gue, reflek gue langsung kembali mendongkakan kepala.
Ternyata mommy Ali yang mengelus puncak kepala gue. Ini nyata? Dia tersenyum kearah gue, walaupun pandangannya sedikit sayu, tapi gue masih bisa lihat kalau dia berusaha buat tersenyum dan terlihat ramah didepan gue.
Perlahan dua sudut bibir guepun ikut tertarik beberapa senti hingga membentuk sebuah lengkung senyum. Itu berat banget buat gue, bahkan Gritte dan bunda gue sendiripun gak bisa buat gue senyum disaat seperti ini.
"Maafin tante, sayang." ucapnya tak kalah bergetar membuat air mata gue turun makin deras lagi.
"Nggak! Prilly yang salah. Maafin Prilly tante, Prilly gak tau kalau akhirnya bakal kayak gini. Prilly penyebab Ali hilang, Prilly yang paling bersalah disini." racau gue.
Mommy Ali menggeleng cepat seperti gak ingin membenarkan perkataan gue tadi. "Bukan sayang, bukan kamu yang salah. Bener kata teman kamu, ini semua musibah. Maafin tante udah bentak-bentak kamu tadi, gak seharusnya tante bersikap seperti itu di pertemuan pertama kita."
"Tapi Prilly emang salah, tante."
Mommy Ali menggeleng lagi sambil tersenyum tapi sekarang gelengannya lebih lembut dari yang tadi, tangannya bergerak terus menyeka air mata gue dengan lembut. Tangan dia sama lembutnya kayak tangan bunda. Boleh gue bawa pulang buat kenangan? Ini kali pertama gue di perlakukan lembut, selembut bunda gue sendiri sama bunda orang lain.
"Kamu cantik. Ali gak salah pilih. Ali sering cerita tentang kamu sama tante, dan hanya dengar ceritanya aja tante udah setuju kalau Ali milih kamu jadi pasangannya. Dinda juga sering cerita tentang kamu, Dinda itu teman Ali dari dulu. Sering di ajak kerumah juga, jadi gak heran kalau dia sering datang kerumah tanpa permisi."
KAMU SEDANG MEMBACA
APL (1) APRILL (Ali, I Love You)
Fanfiction#400 in fanfaction 14-02-2018 Aliando seorang Bad Boy kang tawuran dan suka melanggar peraturan tapi juga memiliki sifat kealayan yang melebihi orang alay pada umumnya. Ingin tau kisah cintanya? Penasaran sama ceritanya? Yuk baca kisah kocak dari...