Chapter Delapan Belas

3.7K 283 7
                                    

Ali POV

"Prill."

"Prilly."

"Nengok ngapa, cowoknya manggil juga bukannya nengok malah anteng sendiri."

Bener-bener ini anak. Gue mendengus kesal lihat Prilly yang tetap anteng sama pekerjaannya sampai harus cuekin gue kayak sekarang ini. Padahal dia cuma lagi beresin perlengkapan camping yang menurut gue gak harus cuekin gue juga.

Tepat jam 3 pagi gue stand by dirumah Prilly. Dengan pakaian lengkap, jaket, celana, baju, jam tangan, ransel, sampai celana dalam udah gue pakai lengkap tanpa tertinggal. Karena gue gak mau ada yang kurang di penampilan gue hari ini. Tapi sampai sana apa yang gue dapat? Gue malah lihat dia belum siapin apa pun, al-hasil gue sebagai pacar yang baik hati dan tidak sombong bantuin dia berbenah peralatan yang harus dibawa ke tempat camping.

Kamar nuansa doraemon yang baru banget gue lihat. Diantara kamar-kamar yang pernah gue kunjungi sebelumnya, cuma kamar Prilly yang paling berkesan di penglihatan gue. Bayangkan aja, cewek nih ya, cewek nih punya sikap angkuh dan sifat ketus, tapi ternyata dikamarnya pelihara gambar, hiasan dinding, sampai boneka kucing dari jepang. Emang kedengarannya enggak banget pasti di kuping kalian semua, tapi ini real nyata, cewek gue yang sikapnya udah kayak malaikat pencabut nyawa ternyata suka kartun yang cute juga. Gak nyangka gue, satu lagi hal penting yang baru gue tau tentang Prilly.

"Kepala lo kayaknya kecengklak deh sampe gak bisa nengok kearah gue walaupun sedikit aja?" kata gue dan akhirnya dia pun natap gue dengan tatapan tak bersahabat terus balik lagi ke aktivitasnya.

"Kepala gue udah di kunci stang jadi gak bisa nengok."

"Nah tu lo bisa nengok."

"Itu contoh doang."

"Alah bisa banget sih lo ngelesnya kayak kang bajaj. Lagian ya lo kata kepala lo itu motor apa pake di kunci stang segala."

"Suka-suka gue dong. Ribet banget sih lo. Kalau mau bantuin udah bantuin gak usah banyak ngomong."

"Lah, kok galakan lo dari pada gue."

"Wajar, 2018 itu udah emansipasi wanita. Gak harus cewek terus yang kena marah dan kelihatan lemah dihadapan cowok, sekarang cowok juga harus kena marah sampe dia kelihatan lemah dihadapan cewek."

"Kok kedengerannya horor ya di kuping gue."

"Lo nya aja yang alay."

Kehabisan kata-kata gue buat meladeni dia. Akhirnya gue mutusin buat mingkem dan bantu memasukkan beberapa barang kedalam ransel berdominasi warna hitam dan beberapa corak biru dibagian-bagian tertentu.

"Ada apa sih ribut-ribut? Ini masih jam 3 pagi lho." tanya bunda mertua yang tiba-tiba aja ada diambang pintu bikin gue dan Prilly langsung menolehkan kepala kearahnya.

"Biasa Bun, si bad boy alay nih, cari ribut melulu sama Prilly. Lain kali kalau dia datang kerumah suruh tunggu diteras aja gak usah di bawa masuk. Jadi bedebah doang tau gak dia disini, ngomong gak penting!" adu Prilly sama bunda mertua.

Wahhh.. Ini anak bikin image gue di depan bunda mertua hancur. Padahal sebagai cewek, pacar, kekasih, bini, yang baik gak semestinya menjelek-jelekkan pasangannya di depan bundanya sendiri. Lebih bagus lagi kalau di puji-puji sampai langit ketujuh minimal langit kesatu deh, lah ini boro-boro yang ada gue ditendang noh ke kutub utara biar jadi cogan buat pinguin-pinguin disana.

"Ali cuma mau bantuin Prilly doang kok, bun. Seriusan deh." bela gue.

Kadang-kadang tu mulut mesti di kasih lem tembak sedikit, biar kalau ngomong gak berlebihan. Lebih bagus lagi kalau dia gak ngomong hal yang gak seharusnya dia omongin ke bunda mertu. Yang bisa bikin gue malu dan mati kutu kayak gini.

APL (1) APRILL (Ali, I Love You)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang