Part 11

640 63 8
                                    

"Heh, Sana-ya.." Mina melambaikan tangannya didepan wajah Sana dengan bingung "Yakh, apa kepalamu terbentur sesuatu kemarin ? Kenapa senyum-senyum sendiri ?"

Sana mengacuhkan ucapan Mina, malah berucap girang "Kemarin aku berkencan dengan Jb"

Mina hanya menghela nafas sambil memutar bola matanya "Kau sudah memberitahuku tiga kali"

"Apa kau tahu dia membelikanku es krim kesukaanku" Sana masih mengacuhkan ucapan Mina

"Aku sudah tahu"

"Kau tahu dia bahkan tidak marah saat aku menyuruhnya, padahal kau tahu kan sikapnya ?"

"Aku sudah tahu, Sana-ya" Jawab Mina mulai malas menanggapi Sana

"Apa dia tiba-tiba menyukaiku ?"

Ucapan Sana itu hampir membuat Mina tersedak dan berbalik menatap wajah sahabatnya dengan geleng-geleng kepala.

"Aku tidak yakin soal itu tapi aku yakin kau sudah tiba-tiba gila"

"Hey.. dukunglah aku" Sungut Sana, dengan memanyunkan bibirnya

Mina lagi-lagi menghela nafas tapi paling tidak akhirnya Sana sudah menanggapi ucapannya.

"Dengar yah, sahabatku yang cantik dan baik. Jangan terlalu berkhayal yang tinggi nanti aku tidak sanggup menangkapmu jika kau jatuh" Mina berpuitis membuat Sana meringis geli

"Heol!! Apa kau sedang berpuisi ? Euw.. apa yang telah Mark ajarkan padamu ? Lagipula aku tidak berkhayal hanya berandai-andai"

Mina langsung ketawa mendengar jawaban Sana "Haha.. dasar bodoh, memang apa bedanya berkhayal dengan berandai-andai ?"

"Mwo ??" Sana menatap sahabatnya itu dengan tidak terima dibilang bodoh

"Arasso.. mianhae.. "

"Kau makin aneh selama berkencan dengan si rambut merah itu" Kesal Sana

"Apa ada yang menyinggungku ?" Sebuah suara tiba-tiba menguntrupsi mereka, membuat keduanya berbalik dan kaget saat melihat Mark didepan mereka

"Apa yang kau lakukan disini ?" Tanya Mina tercekat

"Wae ? aku tidak boleh menemuimu ?"

"Ani.. ini masih jam kuliah, sebentar lagi dosen kami akan masuk"

Mark hanya mengangkat bahunya sebagai jawaban lalu memilih duduk disamping Mina

"Hey, orang asing disini dilarang masuk. Pergilah nanti kau ketahuan dosen" Sana yang duduk disamping Mina langsung angkat bicara

"Diamlah, istri Jaebum. Kau cerewet sekali"

'I-istri Jae-bum ?' Sana langsung melototkan matanya

"APA KAU BILANG ? AKU BUKAN ISTRI- " Sana yang kesal dengan ucapan Mark langsung berdiri dan berteriak sambil menunjuk muka Mark tapi dia tidak melanjutkan ucapannya karena tahu ucapannya nanti akan menimbulkan salah paham.

Mark menatap Sana bingung dan tanpa rasa bersalah sama sekali lalu berbalik kearah Mina "Ada apa dengan temanmu ini ? Kenapa dia berteriak seperti orang gila"

Mina bingung bagaimana mau menanggapinya, "Eh ? M-mwolayo"

"Apa maksudmu kau tidak tahu ? apa kau sependapat dengan pacarmu ini juga ?" Sana langsung duduk dan meminta penjelasan sahabatnya itu.

Mina yang berada ditengah-tengah mereka jadi serba salah. Dia lalu menutup telinganya dan berpaling kedepan tidak mau berkomentar apa-apa.

Untunglah dosen datang dan menyelamatkannya. Dia langsung menghela nafas lega dan mulai menyiapkan bukunya. Sementara Sana menghentikan gerutunya lalu ikut mengalihkan perhatiannya kedepan siap untuk memulai kuliah terakhirnya.

Sepanjang mata kuliah berlangsung, Mina sama sekali tidak bisa duduk dengan tenang, pikirannya hanya tertuju pada pria disampingnya yang malah dengan santainya membaringkan kepalanya diatas tumpukan buku-buku miliknya.

"Mark.." Mina berbisik ditelinga Mark sambil menyenggol bahu pria itu "Bangunlah.. jika kau tidak ingin ketahuan paling tidak berpura-puralah menyimak"

Mark membalikan kepalanya kearah Mina tanpa membuka matanya sambil bergumam "Shiro (tidak mau)"

Mina menghela nafas pasrah sambil berdoa dalam hati semoga dosennya tidak menyadarinya.

Tapi doanya sama sekali tidak mempan karena beberapa detik kemudian mata dosennya tiba-tiba mengarah kearahnya atau lebih tepatnya menatap Mark disampingnya. Mina dengan cepat menyenggol bahu Mark lagi kali ini dengan cukup keras

"Hmm.. " Gumamnya merasa terganggu

"Dosen.. itu.. "

"Chogio, mahasiswa yang sedang berbaring disana ?" Tegur dosennya dengan suara pelan tapi cukup membuat perhatian satu ruangan beralih kepada yang ditegur yaitu Mark.

Sedangkan Mark sendiri masih belum mau bangun juga, dan Mina disampingnya sudah sangat geram bahkan siap untuk memukul bahu pria yang berstatus pacarnya itu tapi setengah mati ditahannya.

'Mark, bangunlah.. please" Mohon mina dalam hati

"Apa kau datang kekampus hanya untuk tidur siang ?" Wanita berusia 35 yang berstatus dosen itu kembali menegur Mark

Mark akhirnya bangun dengan malas-malas lalu menatap dosen itu dengan kesal "Apa anda memanggilku ?"

'Dasar Mark gila, apa dia berniat melawan dosen ?" Lagi-lagi Mina bersungut dalam hati

"Lalu apa ada mahasiswa lain yang tidur diruangan ini selain kamu ?"

Mark melirik sekilas kepenjuru kelas lalu balik kepada dosen itu lagi "Mungkin mereka takut nilainya akan bermasalah" Jawab Mark acuh

"Lalu bagaimana denganmu ? Apa kau tidak takut nilaimu akan bermasalah saat kau kedapatan tertidur dikelasku ?"

"Jujur saja jika ibu mengajarnya sedikit tidak membosankan mungkin aku tidak akan tertidur" Jawaban Mark itu sontak membuat heboh sekelas tidak terkecuali dua gadis disampingnya

"Mina aku rasa pacarmu ini yang gila" Bisik Sana pada Mina yang tidak menanggapinya tapi tetap mengiayakan dalam hati

"Apa kau bilang ?" Desak ibu dosen

"Maafkan aku, madam. Aku bukannya ingin melawan tapi kalau hanya pengertian dan makna saja yang anda ajarkan,  aku hanya akan makin tertidur. Mungkin anda harus mencontoh sedikit fakultas musik, semuanya tentang praktek dan itu lebih menarik" Jawab Mark panjang lebar yang langsung membuat dosen itu bungkam

Bahkan saat siap membuka mulutnya untuk membantah ucapan Mark, ibu dosen itu kembali menutup mulutnya

"Dasar tidak sopan.. "
"Siapa dia ? aku baru melihatnya kali ini'
"Oh! tunggu.. dia itu.. "
"Mark ?? aku rasa bukan. Apa urusannya dia disini"

Suara-suara bisikan dari para mahasiswa terdengar.

"Siapa kamu ? Apa mahasiswa sastra ini ?" Tanya dosen itu kemudian, berpikir untuk melaporkan mahasiswa kurang ajar ini kepada Dekan fakultas

"Eum.. bukan" Jawaban Mark langsung membuat ibu dosen itu melebarkan matanya marah tapi dia tetap menjaga wibawanya

"Lalu apa yang kamu lakukan disini ?"

Mark mengangkat bahu lalu melirik Mina dengan tersenyum "Hanya.. menjenguk pacarku"

Jawaban Mark itu sontak membuat tawa seruangan. Dan Mina hanya menunduk malu tidak sanggup mengangkat kepalanya juga Sana yang hanya berdecak sambil menggeleng-gelengkan kepalanya bingung dengan sikap gila pacar sahabatnya itu.

Sedangkan wajah Dosen didepan kelas langsung memerah menahan marah lalu dia menggeram "KELUAR DARI KELASKU SEKARANG"

Mark sebenarnya sudah mewaspadai teriakan itu jadi dia tidak kaget sama sekali dan anehnya diwajahnya tidak ada rasa bersalah sama sekali.

Dia lalu berdiri sambil berbisik diatas kepala Mina yang masih menunduk "Aku akan menunggumu diparkiran" kemudian beralih kearah dosen didepan kelasnya

Mark menunduk hormat padanya lalu berjalan keluar kelas. Ibu dosen itu hanya melototkan matanya geram pada satu-satunya mahasiswa yang berani melawannya selama ini.
.
.

Bersambung..

DO YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang