"PERJODOHAN ?" Pekik Sana dihadapan neneknya yang baru saja mengabarkan bahwa dirinya telah dijodohkan dengan seseorang yang bahkan tidak dikenalnya sama sekali
"Ah, halmoni. Apa nenek sedang bercanda ? Apa yang baru saja nenek katakan ?" Keluh Sana tidak henti-hentinya
"Kesinilah, dengar nenek" Dengan lemah nenek Sana yang bernama lengkap Han Soohe mengulurkan tangannya ingin menggapai Sana
Walaupun masih kesal, Sana tetap mendekati neneknya yang sedang terbaring sakit diranjangnya dan ikut berbaring disampingnya
"Cucu kesayangan nenek.." Nyonya Han membelai lembut pucuk kepala Sana dengan sayang "Apa kau tahu nenek hanya punya kau didunia ini ?" Tanya neneknya ambigu
"Aku tahu. Dan aku juga hanya punya nenek didunia ini" Jawab Sana lebih mendekap neneknya
Nyonya Han tersenyum dengan wajah sendu, dirinya tahu penyakit yang dideritanya sudah makin parah dan entah sampai kapan waktunya hidup bersama cucu satu-satunya ini.
"Halmoni, kau sedang bercanda kan tentang perjodohan itu ?" Tanya Sana kemudian karena neneknya tidak kunjung berbicara juga
Nenek Sana menghela nafas sebentar sebelum menjawabnya
"Keluarga mereka sangat baik Sana. Nenek sudah mengenal mereka sejak lama dan aku yakin kau akan merasa nyaman dengan mereka " Neneknya menjawab pertanyaan Sana dengan serius dan Sana tahu tidak ada pilihan lain baginya
Sana langsung mendongak menatap wajah keriput neneknya
"Apa dengan begitu nenek akan cepat sembuh ? Jika aku setuju dengan perjodohan itu apa nenek tidak akan sakit lagi ?"
Nenek Sana langsung mengembangkan senyumannya
"Tentu saja, bahkan nenek sudah sangat semangat ingin mempersiapkan hari pernikahanmu. Dan nenek akan berdiri disana menatapmu dibawah altar dengan pria yang bisa nenek percayai"
Sana menatap neneknya dengan horror. Pernikahan ? Bahkan kata itu terasa menakutkan ditelinganya. Tapi hatinya mencelos mendengar kalimat terakhir neneknya itu. Karena memang itulah mimpinya, bisa didampingi neneknya dihari paling bahagianya nanti.
Jadi tanpa pikir panjang lagi, Sana mengangguk dan menyetujui keinginan neneknya itu. Paling tidak dengan begini neneknya bisa sedikit tenang dan hal-hal lainnya nanti bisa diaturnya. Tapi yang pasti dia akan melakukan apapun demi neneknya ini.
.
.Keesokan harinya Sana terbangun dengan wajah kusut dan garis hitam dibawah kelopak matanya. Dia sama sekali tidak bisa tidur karena menyesali keputusannya kemarin. Semalaman dia habiskan dengan bolak balik kedepan pintu kamar neneknya hanya untuk mencoba menarik kata-katanya kembali
pada neneknya namun berakhir dengan rasa takut akan wajah kecewa neneknya. Jadi dia menyerah dan akhirnya hanya bisa mengutuk dirinya akan kebodohannya."Sana !! Minatozaki Sana !!"
Mina langsung menyenggol lengan Sana disampingnya yang sejak tadi melamun bahkan dia tidak mendengar suara dosen yang sedang mengabsen namanya.
"Ah, waeyo ?" Sana berbalik kesal kearah Mina tidak sadar seluruh mata dikelasnya sedang tertuju padanya
"Minatozaki Sana !" Pekik dosen didepan kelas membuat Sana jantungan dan dengan cepat berbalik kearah dosennya dan langsung membungkuk minta maaf setelah sadar dengan apa yang terjadi
"Kau.. keluar dari kelasku " Bentak dosennya dengan menatap tajam Sana membuat hati Sana menciut ketakutan dan dengan menahan malu dia kemudian keluar ruangan.
.
."Ada apa sih denganmu ? Sejak tadi kau hanya melamun tidak jelas " Omel Mina sambil sibuk makan kentang goreng dikafetaria kampusnya
"Diamlah.. aku sedang stres " Sana memegang kepalanya dengan sesekali menarik nafas berat
Tiba-tiba suara ribut-ribut dikafetaria mengalihkan perhatian dua yoja itu.
"Oh, lihatlah para namja pencari perhatian itu. Aku muak melihat mereka " Gerutu Sana sambil melirik tujuh orang namja yang baru saja memasuki kafetaria dengan diiring-iringi mahasiswi disekelilingnya.
Tujuh orang namja itu tergabung dalam band kampus dan menjuluki diri mereka Lucky7. Sebenarnya Sana tidak tahu kenapa mereka bisa sangat populer padahal banyak band lain yang eksis dikampus ini.
"Mereka sangat menarik makanya selalu menjadi perhatian " Mina langsung menjawab pertanyaan yang ada dikepala Sana
"Cih, apa yang menarik dari mereka ? Mereka itu hanya beruntung memiliki wajah tampan, tidak ada yang lain" Seru Sana acuh
"Mereka itu Lucky7 apa kau tidak tahu apa artinya itu ?"
"Apa aku harus tahu ? Itu tidak penting buatku"
Mina menatap kesal sahabatnya itu sebelum berbicara lagi
"Itu artinya mereka memiliki segalanya dari wajah tampan, kepintaran sampai kekayaan. Itu saja kau tidak tahu" Mina hanya berdecak
"Apa itu segalanya ? Seseorang harus memiliki moral yang baik terlebih dahulu, kau tidak lihat cara berpakaian mereka ? Anting, kalung, tatto dan celana robek-robek setiap hari, sangat tidak sopan. Oh dan jangan lupakan pria berwajah dingin diantara mereka itu, aku heran kenapa masih ada juga yang menyukainya" Jelas Sana panjang lebar
"Itu hanya pendapatmu" Mina hanya mengangkat bahu tidak peduli dengan ucapan Sana barusan
Sana langsung menyipitkan matanya menatap Mina
"Apa kau baru saja membela mereka ? Apa mungkin kau menyukai salah satu dari mereka ?"
Mina mengerjapkan matanya dengan gugup dan langsung mengalihkan perhatiannya pada makanan didepannya
"Ah, kentang goreng ini enak sekali. Makanlah sedikit, ini akan menghilangkan stress mu" Seru Mina salah tingkah
"Anak ini.. jinjja, bilang saja yang jujur. Siapa orangnya ? Yang mana yang kau sukai ? Hm ?" Sana terus memaksa Mina berbicara tanpa disadarinya, disudut meja lain seorang namja sedang menatapnya
"Jadi dia orangnya" Batin namja itu
.
.Continue !!
KAMU SEDANG MEMBACA
DO YOU LOVE ME
FanfictionDo You Love Me + Sequel I Hope you guys enjoy it Jaebeom x Sana