Part 19

654 51 17
                                    

Mark

"Kau dari mana hyung ?"

Mark tidak menjawab seruan Youngjae dan memilih membaringkan tubuhnya disofa dan menyalakan tv dengan menyetel suaranya dengan volume tertinggi lalu menyampirkan lengannya agar menutupi matanya.

"YAK! Mark hyung-- "

"Biarkan saja dia" Suara Jinyoung yang baru saja keluar dari kamarnya langsung memotong ucapan Youngjae

"Ada apa dengan Mark hyung ? akhir-akhir ini temperamennya sangat buruk" Gerutu Youngjae yang memilih pergi dan masuk kekamarnya

Mark, Jb, Jinyoung, Jackson, Youngjae, Bambam dan Yugyeom memilih tinggal bersama dalam satu apartemen besar. Walaupun beberapa dari mereka sudah memiliki rumah masing-masing tapi apartemen ini selalu menjadi tempat berkumpul mereka.

"Hyung, aku akan keluar sebentar. Aku sudah menyiapkan makanan dikulkas, kau tinggal memanaskannya" Teriak Jinyoung sambil berlalu kepintu

Mark tidak menjawabnya dan ketika mendengar suara pintu ditutup, pria itu langsung membuka matanya dan mengambil remote tv lalu mematikannya. Dia menghembuskan nafas berat dan mencoba tidur kembali tapi berbagai macam pikiran kembali menyeruaknya.

Mark tidak menceritakan masalahnya ini pada siapapun, tidak dengan sahabat-sahabatnya sekalipun karena dia tahu tanggapan apa yang akan didapatnya bahkan mungkin dia bisa mendapatkan sebuah pukulan.

Dasar brengsek.. brengsek.. brengsek.. Umpatnya dalam hati

Mark tidak sedang menghina siapa-siapa melainkan dirinya sendiri. Dia kembali teringat dengan wajah Mina saat dirinya meminta putus dari gadis itu, wajah Mina terlihat sangat terluka tapi berusaha terlihat baik-baik saja dan mengingat semua itu darah Mark rasanya mendidih dan ingin membunuh dirinya sendiri.

Apa yang sudah dia lakukan ? Sejak kapan dia jadi brengsek seperti ini ?

Mina, gadis yang selama sebulan ini dipacarinya karena tertantang dengan taruhan teman-temannya dari kelas lain membuatnya terjebak dalam situasi buruk ini.

Awalnya dia sama sekali tidak mengenal Mina bahkan saat Jaebum menceritakan perjodohannya dengan Sana yang notabennya sahabat dari Mina, dia masih belum mengenalnya.

Nanti ketika dia berkumpul dengan Minhyuk cs (ini biasnya siapa ? pinjam dulu yah), mereka menantang Mark yang tergolong dari mahasiswa populer memacari mahasiswi yang dari kalangan biasa.

Bagi Mark itu hal yang mudah apalagi hanya untuk mendekati perempuan dan tanpa pikir panjang dia menerimanya. Mina menarik perhatiannya karena dia selalu berdua dengan Sana yang ditahunya gadis yang dijodohkan dengan Jb, jadi dia menjatuhkan pilihannya pada Mina. Sampai Mark tidak sadar, dia memainkan perannya terlalu dalam dan terperangkap dalam jebakannya sendiri.

Dengan berlalunya waktu, sedikit demi sedikit dia mulai menyukai gadis itu. Suara, tawa, bahkan kehadiran Mina menjadi hal yang dia rindukan dan tidak sehari pun dia lewatkan tanpa bercerita dengannya.

Tapi waktu taruhannya sudah berakhir dan dia tidak mungkin berpura-pura terus menjalani hubungan seperti ini. Dia juga tidak ingin dianggap pria lemah oleh Minhyuk cs jadinya dia tidak punya pilihan lain selain mengakhiri hubungannya dengan Mina.

Tiba-tiba suara deringan hp miliknya membuat Mark mendengus kesal bertanya dalam hati siapa yang telah mengganggu ketenangannya. Dia merogoh kantung celananya dan langsung mengangkatnya.

"Hm ?"

Tidak ada jawaban dari seberang telepon, Mark jadi kesal sendiri dan hendak menutupnya

"H-halo ?" Suara gugup Mina diseberang telepon membuat Mark seketika menegang dan langsung menegakan tubuhnya.

Dia merutuki kebodohannya dengan mengangkat telepon tanpa melihat dulu siapa yang menelepon. Dan sekarang dia tidak tahu harus berbicara apa pada gadis ini, dia hanya menyapu kasar rambutnya dan mengerang dalam hati.

"Apa lagi ?" Bentaknya, dalam hati dia memaki dirinya karena pasti ucapannya akan menyakiti Mina lagi

"Ti-dak, a-ku hanya-- "

"Jika tidak ada lebih baik jangan meneleponku lagi, aku tidak ingin lagi berbicara padamu"

Dia tidak boleh membiarkan hatinya goyah, dia sangat merasa bersalah pada Mina tapi jika dia tidak melakukan ini, dia hanya akan membuat Mina makin terluka.

"Mark.. "

Hatinya mendesis mendengar Mina memanggil namanya. Dia sangat merindukan gadis itu..

"A-ku meneleponmu hanya ingin minta maaf.. masalah dikelas tadi aku sungguh tidak berniat mengabaikanmu. Aku hanya tidak ingin kau terkena masalah.. jadi aku memintamu pergi, maafkan aku"

Mark menelan ludah, rasa bersalah kembali memukulnya bertubi-tubi. Dia yang melakukan kesalahan tapi kenapa gadis ini yang meminta maaf padanya ? masalah dikelas tadi bahkan tidak ada pengaruhnya dengan hal ini.

"Sudah ?" Mark masih berbicara dengan tajam

Terdengar helaan nafas berat diseberang telepon.

"A-ku juga ingin mengatakan terima kasih untuk semuanya, aku senang bisa mengenalmu. Dan... " Mina menggantung ucapannya

"Dan apa ?" Mark melupakan suara tajamnya dan bertanya dengan rasa penasaran

"Ah, tidak.. lupakan saja. Aku hanya ingin mengatakan hal itu. Se-lamat tinggal Mark"

Lalu suara telepon terputus terdengar ditelinga Mark.

Bagus.. Mina meninggalkannya dengan rasa penasaran dan dia setengah mati ingin mengetahui apa lanjutan ucapan gadis itu tadi. Tapi sudahlah, mengetahui hal itu tidak akan membantunya sama sekali jadi lebih baik dia tidak mengetahuinya, itu lebih baik baginya.

***
Jaebum

Jaebum sedang menunggu ibunya pulang dari rumah Sana dan dia sudah tidak sabar menunggu berita dari ibunya itu. Waktu menunjukan pukul 7 malam saat didengarnya suara pintu didepan dibuka dan dia segera menghampiri ibunya.

"Omma, bagaimana ? apa kata halmoni ?"

"Kau ini tidak sopan, biarkan ibumu duduk dulu Nak" Sahut ayahnya dari dalam rumah

Jb langsung menampakan wajah bersalahnya dan menunggu ibunya duduk.

"Bagaimana hasilnya, omma ?"

"Semua baik-baik saja, Nak. Nyonya Han mau menerima hal ini dan dia bahkan berterima kasih padamu karena melakukannya untuk kebaikan Sana" Jelas ibunya dengan menatap anaknya dengan bangga

"Tapi dari mana kau tahu hal itu ? apa Sana yang menceritakannya padamu ?"

"Tidak, aku mengetahuinya dari halmoni" Jb menjawab ibunya

"Hm, kau sudah melakukan hal yang benar"

"Tapi Sana tidak mengetahuinya kan ?"

"Tentu saja tidak, dia belum pulang kerumah saat omma datang tadi" Jawab ibunya yang kemudian beranjak dari duduknya

"Sekarang omma serahkan semuanya padamu, kami tidak akan mencampuri kehidupan kalian lagi, hanya jangan mengecawakan ibu, kau mengerti kan ?" Ibunya berkata dengan lembut tapi dengan nada tajam

Jb langsung mengangguk meyakinkan ibunya. Kemudian ibunya tersenyum lalu berlalu pergi meninggalkan Jaebum.

###

Bersambung !!
____

Ada yang minta ceritanya dari sudut Mark dan Jb kan ? Aku kasih deh, tapi satu part saja yah soalnya authornya kesusahan kalau bicara dari sudut pandang cowok nya.

Jangan lupa komen yah.. siapa tahu ada bagian yang tidak kena dihati. Tapi sebelumnya makasih sudah mau meluangkan waktunya 🙆🙆

DO YOU LOVE METempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang