CW••10

2.1K 158 21
                                    

Rumah ternyaman adalah keluarga, tapi saat rumah itu sudah tidak lagi nyaman, aku tidak tahu harus kemana untuk pulang.

^^

Sinar mentari bersinar dari ufuk timur. Menghangatkan bumi setelah tadi malam hujan turun dengan sangat lebat disertai angin dan petir. 

Cahaya sang surya yang hangat, dapat membangunkan orang-orang untuk menjalankan kembali aktivitasnya. Dan itu juga berpengaruh pada seorang cewek yang sedang bercermin dengan rambut dikuncir kuda.

Mata cewek itu melirik jam yang menempel di dinding kamarnya. Pukul enam lewat dua puluh menit, ternyata masih terlalu pagi untuk berangkat sekolah.

Deeva menghela napas sesaat sebelum tangan yang dibalut jam tangan hitam itu memakai sepasang sepatu Nike berwarna hitam putih di kakinya.

Deeva bercermin lagi untuk memastikan penampilannya tidak terlalu berantakan. Hari ini ia hanya tidak memakai dasi dan kaos kaki sekolahnya. Bajunya pun sudah ia masukkan dengan rapi.

Deeva mengambil tas dan disampirkan di bahu sebelah kanan. Setelah itu, ia berjalan keluar untuk mengambil mobil dan pergi menuju sekolah.

^^

Setiba di parkiran sekolah yang masih sepi, hanya terdapat beberapa sepeda ontel milik murid rajin dan motor kuno Pak Acep. Deeva keluar dari mobil dan menyapa Pak Acep yang sedari tadi melihatnya dengan penuh tanda tanya. Deeva tersenyum sembari melambaikan tangannya ke arah Pak Acep.

Setelah menaiki tangga menuju lantai dua dan berjalan sedikit, Deeva telah sampai di dalam kelasnya yang kosong melompong tidak ada orang.

Deeva melempar tas yang hanya berisi satu bolpoin itu ke bangku yang berada di pojok dan... BUG! Tas itu mendarat tepat di atas meja.

Melihat tasnya sudah mendarat dengan mulus, Deeva berbalik dan berjalan keluar meninggalkan kelasnya yang sepi tak berpenghuni itu.

Ketika berjalan di koridor, Deeva hanya menemui satu atau dua anak yang lewat dan masuk ke dalam kelas. Koridor benar-benar sepi, padahal sekarang sudah pukul enam lewat tiga puluh lima menit.

Tak mau memusingkan hal itu, Deeva semakin mempercepat langkahnya dan duduk berselonjor di bawah pohon besar yang berada di taman belakang sekolahnya.

Deeva mengeluarkan ponsel dan headset dari dalam saku seragam sekolahnya. Lalu memakainya ke kedua telinganya. Alunan musik Havana yang dipopulerkan oleh Camila Cabelo terdengar mengisi kedua gendang telinga cewek itu.

Hal itu tak berlangsung lama karena salah satu headsetnya ditarik paksa dari telinganya. Deeva menoleh, lalu mencibir pelan ketika melihat siapa yang melakukan hal yang membuatnya kesal.

"Bagi satu ya?" Orang itu bertanya tapi nada bicaranya bukan seperti bertanya melainkan pernyataan. Deeva jadi sebal sendiri melihatnya.

Tanpa menunggu persetujuan Deeva, orang itu dengan lancang memakai salah satu headset di telinganya. Kepala orang itu mengangguk-angguk mengikuti irama lagu yang diputar.

Jambul lebat orang itu bergerak naik turun mengikuti anggukan yang orang itu ciptakan. Hal itu membuat Deeva ingin sekali menjambak jambul itu dengan gemas.

"Suka lagu pop?" Tanya orang itu seraya menutup mata.

Deeva mengalihkan pandangannya dari jambul yang membuatnya gagal fokus itu. Ia berdehem sebagai jawaban.

"Penyanyi favorit lo siapa?"

"Uncertain. Gue tipe orang yang kalau lagunya bagus dan enak buat didengarin ya otomatis gue suka sama penyanyinya. Kalau lo?" Tanya Deeva di akhir kalimat.

Cruel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang