CW••37

563 32 3
                                    

"Deev,"

Setelah dikagetkan dengan suara yang memanggil namanya hingga membuat novel yang baru saja dibacanya 3 bab itu terlempar hampir terjatuh dari meja. Deeva menoleh dan menepuk pundak orang yang membuatnya kaget.

"Eh kutil, kaget nih jantung gue." Ucap Deeva dengan raut wajah kesal.

"Biar tahu rasanya sakit jantung." Balas orang itu sambil mengusap-usap bahu yang ditepuk oleh Deeva.

"Dasar kutil,"

Deeva mengambil novel yang tadi ia lempar dan membukanya lagi. Membolak-balik halaman demi halaman.

"Ah dasar, gue lupa tadi halaman berapa," Ucap Deeva seraya melempar novel yang tadi ia bawa ke meja.

"Ya diingat-ingat dong," Balas Cellin dengan nada yang seakan mengajak orang untuk berantem.

"Gara-gara lo kutil, gue jadi lupa. Dasar pacar kutil lo," Balas Deeva dengan nada yang sama dengan nada yang Cellin gunakan.

Cellin yang baru saja duduk di kursi depan Deeva, menunjukkan raut wajah yang kesal. "Ihh, gue bukan pacar kutil, gue pacarnya Dolan." Ucap Cellin seraya menendang kaki Deeva yang berada di bawah meja.

"Ah, dasar pacar kutil. Sakit nih!" Ucap Deeva dengan bibir mengerucut, sedangkan tangannya mengelus kaki yang ditendang oleh Cellin.

"Bodo amat." Ucap Cellin seraya berdiri dan berjalan menuju rak novel.

"Deev, novel yang bagus apa? I want to read something." Tanya Cellin seraya memilah-milah novel yang berjajar rapi di rak.

"Mana gue tahu. Lo kira gue pakar novel gitu," Jawab Deeva dengan pandangan yang terfokus pada novel.

"Ya siapa tahu lo udah baca ini novel," Ucap Cellin sambil terus mencari novel yang menurutnya bagus.

"Pilih terserah lo deh, ribet amat."

Cellin terus mencari. Namun tetap tidak menemukan novel yang mencuri perhatiannya. Lagi pula Cellin ingin mencari novel yang mencerminkan dirinya dan seorang Dolan Samudra, pacar yang tidak menganggapnya ada.

Setelah sampai di ujung rak bagian novel, Cellin tetap tidak menemukan novel yang ia cari. Oleh karena itu, Cellin kembali dan duduk di tempatnya tadi dan memakan permen lollipop.

Ketika Deeva melihat orang yang duduk di depannya adalah Cellin,  Deeva menemukan ada sesuatu yang aneh dari cewek berkulit putih itu. Meski samar, Deeva dapat melihat warna biru keunguan di sudut bibir sebelah kanan Cellin.

"Lo ditampar siapa?" Tanya Deeva seraya menutup novelnya.

"Apaan?" Jawab Cellin tanpa melihat Deeva.

"Cellin, lo ditampar siapa?" Tanya Deeva sekali lagi.

"Apaan sih? Gue gak ditampar siapa-siapa. Lo kali yang mau nampar orang." Ucap Cellin yang masih fokus dengan menikmati keindahan perpustakaan sekolahnya.

"Udah niatan. Mau gue praktikin ke lo dulu," Ucap Deeva sinis.

"Ya jangan gue dong, yang lain aja. Dikira tamparan lo gak sakit apa," jawab Cellin sambil mengerucutkan bibir.

Deeva menghembuskan napas, lalu memperhatikan Cellin dengan teliti, khususnya di bagian wajahnya. "Itu yang di bibir lo apa?"

"Apa?"

"Itu kok biru?"

"Gue pake lipstik biru nih, bagus kan?" Jawab Cellin acuh tak acuh.

Deeva memberengut kesal. "Cellin, jujur sama gue, lo ditampar siapa?" Tanya Deeva dengan tatapan tajamnya.

Cellin yang merasa tertekan dengan tatapan yang Deeva berikan, akhirnya menoleh dan betapa terkejutnya dia ketika melihat raut wajah Deeva yang kesal.  Cellin diam dan menunduk.

Deeva menghembuskan napas kasar. "Lo ditampar Dolan, lagi?"

Cellin menatap Deeva dengan tatapan sebal. "Kok Dolan sih?" Tanyanya dengan bibir mengerucut. Tidak terima pacar satu-satunya dijelek-jelekan.

Seakan mengerti dan paham masalah cewek yang hanya berbeda lima bulan dengannya itu, Deeva dengan cepat merubah pertanyaannya.

"Sekarang yang nampar lo cewek mana lagi?" Tanya Deeva dengan tatapan tajam.

Cellin diam untuk yang kedua kali. Sebenarnya Cellin ingin sekali memberi tahu Deeva siapa yang menamparnya, tapi melihat Deeva yang akan marah jika temannya diganggu, maka ia mengurungkan niat itu dan memilih untuk tidak menggubris.

"Deev, tadi lo dicariin Aaron." Ucap Cellin seraya berdiri dari duduknya.

"Cellin gue belum selesai bicara!" Ucapan Deeva tidak membuat cewek berwajah imut itu berhenti.

"Pokoknya ditunggu Aaron di kantin." Ucap Cellin sambil tetap berjalan menuju pintu.

"Jangan ngalihin pembicaraan! Gue gak suka!" Kesal Deeva.

"Beneran ih, lo dicariin Aaron tadi,"

"Pasti bukan ditampar aja kan? Makanya lo gak mau bilang ke gue," Tanya Deeva tiba-tiba.

Cellin berhenti. Padahal pintu perpustakaan hanya tinggal beberapa langkah saja, mungkin enam langkah lagi. Cewek dengan kulit putih itu menatap lurus ke pintu, seakan tatapannya dapat menembus pintu.

"Benar kan?" Nada suara Deeva berubah. Sekarang nada suaranya lebih mengintimidasi.

Cellin menelan ludahnya. Jika Deeva sudah memanggilnya dengan nada seperti itu, maka dapat dipastikan Deeva sedang marah besar. Apalagi perasaan intimidasi yang dikeluarkan Deeva dari tubuhnya semakin membuat Cellin terdiam. Bahkan sekarang kakinya sudah bergetar.

Dengan suara yang diusahakan tetap tenang dan stabil, Cellin menjawab, "Gue pergi dulu nanti kuncinya lo bawa aja." Ucap Cellin sambil melanjutkan langkahnya yang sempat tertunda.

Ketika Cellin membuka pintu perpustakaan, Cellin dikagetkan dengan wajah yang baru saja Deeva bicarakan di dalam. Hal pertama yang dilakukan Cellin adalah tersenyum hangat seolah menyapa. Meski tidak dijawab dan dilihat, Cellin tetap tersenyum.

Setelah menghela napas, dia berkata, "Mau ke perpustakaan ya? Yaudah sana masuk. Gue duluan, Lan," Ucap Cellin sambil menepuk pelan bahu cowok dingin di depannya, lalu menggeser ke kiri seolah memberi ruang bagi mereka untuk sama-sama melangkah.

Ketika Cellin menunduk untuk mengikat tali sepatunya yang lepas, Dolan masih tetap setia berdiri dan menatap Cellin. Ah tidak, menoleh ke Cellin saja tidak. Senyum secercah matahari yang tadi Cellin tunjukkan di depan Dolan kini memudar ketika ia menunduk.

Setelah jongkok beberapa detik, Cellin berdiri dari jongkoknya dan tidak sengaja melihat surat di tangan kanan Dolan. "Itu surat apa Lan?" Tanyanya.

Dolan diam. Menatap lurus ke depan. Tidak menanggapi pertanyaan Cellin barusan. Cellin yang tahu ia akan dianggap tidak ada lagi, mengalihkan pandangannya. Mencoba menyembunyikan raut wajah yang ingin menangis kencang.

"Udah sana masuk. Di dalam ada Adeeva kok. Gue duluan." Kali ini adalah ucapan terakhir Cellin sebelum ia benar-benar melangkah menjauh dari Dolan yang tetap saja diam bagai patung di tempatnya berdiri.

^^

Radhikaeka

10 SEPTEMBER 2019

Cruel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang