CW••39

766 29 0
                                    

Hari semakin sore, Deeva masih berada di depan sebuah toko buku yang berada di daerah Jakarta Pusat. Tapi memang tempatnya masuk ke dalam gang, hingga membuat Deeva harus memutar otak jika ingin pulang.

Deeva melihat air yang tinggal sedikit di botol AQUA yang dibawanya. Deeva meneguknya sampai habis dan membuang ke tong sampah yang berada di sampingnya dengan kesal.

Jika saja di sebelah toko buku itu ada sebuah cafe, ia pasti akan duduk manis sambil meminum segelas minuman yang penuh dengan es batu.  Meskipun menunggu selama berjam-jam, Deeva pasti tidak akan bosan.

"Dasar kutil, ke mana aja sih itu cowok?" Kesal Deeva seraya menelpon Aaron tapi tidak diangkat.

Sudah kedua puluh empat kali panggilan Deeva diacuhkan oleh Aaron. Pertamanya cewek berwajah cantik itu, berpikir positif dengan menganggap mungkin Aaron sedang dalam perjalanan. Namun hingga satu jam kemudian, nyata ia masih berdiri di depan toko buku yang bahkan sudah tutup sepuluh menit lalu.

"Katanya janji jemput, tapi gak ada buktinya. Emang cowok sama aja, gak bisa dipercaya." Dumel Deeva dengan wajah kesal.

Dengan kaki yang di hentak-hentakkan ke jalanan, Deeva memutuskan berjalan menjauhi toko buku itu. Cewek dengan tinggi selayaknya model itu sudah sangat bosan menunggu Aaron yang katanya ada di sekitar daerah ini dan akan menjemputnya, tetapi sampai sekarang tidak terlihat batang hidungnya.

"Awas aja lo Ron, gue kuliti kalau ketemu," Ucap Deeva kesal.

Setelah berjalan sekitar tujuh menitan, dari belakang Deeva mendengar sebuah suara sepeda motor yang melaju cepat ke arahnya. Tapi karena sudah cukup kesal, Deeva tetap berjalan lurus tanpa menoleh ke belakang.

"DEEV,"

Deeva tidak menggubris teriakan yang memanggilnya. Cewek itu tetap berjalan lurus ke depan. Semakin cepat langkahnya semakin cepat pula ia berlari.

Deeva sangat mengenali suara yang memanggilnya tadi. Maka dari itu, Deeva memutuskan untuk berlari menjauh.

'Citt,'

Saat sebuah motor menutup akses jalannya, cewek berambut hitam kecoklatan itu berhenti berlari dan otomatis bergerak mundur. Deeva berbalik saat dirasa jaraknya dengan motor itu cukup jauh.

Deeva berlari semakin kencang saat melihat pengendara motor tadi memarkirkan motornya di samping trotoar di dekat tanaman bunga yang Deeva tidak sempat lihat.

"Bangsat! Dia kenapa bisa ke sini?" Desis Deeva sembari berlari.

Ditemani dengan deru napas yang memburu, Deeva berbelok ketika melihat sebuah gang di sebelah kanan jalan. Sembari menajamkan mata dan telinganya untuk mencari tempat persembunyian yang pas, Deeva juga membuang tas serta bukunya ke dalam tong sampah yang tadi sempat ia lewati. Tak lupa Deeva juga mematikan ponselnya.

"Huh! Huh!"

Ketika Deeva sampai di ujung gang, Deeva dapat melihat sebuah tembok yang berdiri kokoh. Jalan itu adalah jalan buntu. Deeva berdesis tajam. Matanya semakin menajam dan melihat beberapa tempat yang pantas dijadikan tempat persembunyian.

Deeva masuk ke dalam tong sampah yang agak besar dan menenggelamkan seluruh badannya di dalam tong sampah itu.

"Hah! Buntu! Lari ke mana itu cewek?" Deeva dapat mendengar ucapan-ucapan yang terlontar dari pengejarnya.

"Hah, Sial!"

Tak lama kemudian, Deeva mendengar suara langkah kaki menjauh, Deeva menghembuskan napasnya yang tadi ia tahan. Cewek yang sekarang tampah lusuh itu keluar dari tempat sampah dan berjalan pelan keluar gang.

"Untung aja gue muat di tong sampah," Ujar Deeva seraya mengambil tas dan buku yang tadi ia lemparkan ke dalam tempat sampah.

Ketika Deeva berjalan menuju toko, Deeva melihat sebuah motor ninja merah dengan seorang cowok laki-laki berjaket hitam di atasnya. Sambil berjalan, Deeva mengaktifkan ponselnya.

"AARON!" teriak Deeva ketika melihat orang yang tadi mengejarnya berbincang dengan Aaron.

"LARI!!!"

Kedua orang itu menoleh. Aaron menatap Deeva dengan alis terangkat bingung. Sedangkan orang di sampingnya menyeringai.

"AARON!" Teriak Deeva lagi. Kali ini Deeva berteriak diiringi dengan larian.

Deeva berlari semakin cepat saat melihat orang yang tadi mengejarnya mengeluarkan sebuah pisau dari balik jaket kulit hitamnya.

"AARON!!! MINGGIR!!!" Teriak Deeva untuk kesekian kalinya. Kali ini Aaron merasakan bahunya terdorong keras ke samping kanan.

"AARON, CEPAT LARI!" Teriakan Deeva membuat Aaron tersadar dari keterkejutannya.

"Apaan sih Deev? Ayo pulang!" Ucap Aaron seraya mengambil tangan Deeva yang bebas.

Deeva menepis tangan Aaron dan menatap cowok itu, "Gue mohon lo pergi dari sini," Ucap Deeva sambil mendorong bahu Aaron untuk kedua kalinya. Kali ini sedikit lebih keras hinga membuat Aaron terdorong agak jauh.

"Emangnya kenapa sih Deev? Lo marah?" Tanya Aaron dan dijawab gelengan oleh Deeva. "Terus kenapa? Ayo pulang, katanya mau MCDONALD'S."

Deeva meringis dalam hati ketika tangan kanannya dicengkeram dengan kuat. Rasanya ingin berteriak kencang, namun cewek itu tidak ingin membuat Aaron khawatir. Makanya ia menyuruh cowok itu cepat pergi.

Namun kenyataannya, Aaron sangat keras kepala.

"Aaron! Dengerin gue, cepat pergi!" Ucap Deeva dengan pandangan yang benar-benar membuat Aaron bertanya-tanya ada apa ini sebenarnya.

"Kenapa sih Deev lo ngusir gue mulu? Gue minta maaf karena gue telat jemput," Ucap Aaron seraya menarik tangan Deeva lagi.

'Gara-gara lo dasar cowok ingkar janji, ini orang nemuin gue lagi kan jadinya. Udah dikejar-kejar kayak orang punya utang, sekarang tangan gue jadi korban.' Ingin rasanya Deeva menjawab seperti itu, tapi alih-alih menjawab Deeva lebih memilih menginjak kaki orang yang tadi mengejarnya dan tepat.

"Sana pergi lo!"

Akhirnya Aaron menyerah setelah berdebat hebat dengan Deeva. Dengan muka ingin mengebom lautan, Aaron pergi dengan motor besarnya. Meninggalkan Deeva beserta cowok yang semakin kuat mencengkeram tangannya.

Setelah Aaron tidak terlihat, Deeva dengan cepat berbalik dan semakin menekan injakan nya. Cengkraman di tangannya melonggar dan langsung dimanfaatkan Deeva untuk membebaskan tangannya. Dengan cepat Deeva berlari menjauhi cowok yang sedang misuh-misuh di belakangnya.

Tapi belum berlari terlalu lama, Deeva merasakan rambutnya ditarik ke belakang dan badannya dibanting di atas aspal. Deeva meringis. Seluruh sarafnya seakan tidak ada di tempat asalnya. Pusing mulai menyerang. Sebelum kesadarannya ditela kegelapan, Deeva merasakan sakit luar biasa di daerah punggung. Mungkin tulang rusuknya patah di beberapa bagian.

Dasar Arnu psiko.

^^

Radhikaeka

26 OKTOBER 2019

Cruel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang