CW••29

1K 62 0
                                    

Dengan penampilan acak-acakan akibat dari pulang subuh subuh, Deeva berjalan di koridor tempat ia menuntut ilmu. Mata tajam gadis itu memincing melihat seorang gadis yang sangat ia kenal sedang duduk di pinggir lapangan dengan pandangan yang terfokus pada ponsel tanpa peduli dengan keadaan sekitar. Dengan senyum licik yang ia punya, ia melangkahkan kakinya perlahan mendekati objek di depannya. Dan--

"DOOR! MAK KUNTI."

"MASYAALLAH MAK KUNTI, JANGAN BUNUH CELLIN YANG CANTIK INI, MAK! CELLIN MASIH BANYAK DOSA. CELLIN JUGA MASIH DICUEKIN DOLAN." Teriak Cellin karena refleks.

Deeva menggelengkan kepalanya melihat salah satu temannya yang mempunyai otak rada-rada miring plus lemotnya minta ampun.

"Pacar kayak gitu kok masih dipertahanin, matiin aja sana di rawa-rawa." Ucap Deeva dengan nada sinis andalannya.

Cellin berhenti berceloteh. Ia merasa familiar dengan suara ini. Membalikkan badannya dan seketika matanya membulat melihat orang yang berdiri di depannya ini.

"DEEVAAA!? LO KEMARIN KE MANA AJA, NYET?" Teriak Cellin nyaring.

Deeva menutup mulut toa Cellin dan mendorong kepala Cellin pelan, "Woles mbak. Lama-lama telinga gue budek kalau kelamaan dengerin suara teriakan lo yang persis tikus kejepit kolong meja." Ejek Deeva.

"Gue kaget Deev. Kan kalau di film-film yang sering gue lihat nih ya, kalau orang kaget itu bakalan di balas dengan senyuman dan pelukan. Lah, lo? Boro-boro dapet pelukan yang ada gue dapet toyoran maut." Jawab Cellin sebal.

"Yah lo film dipercaya. Namanya film ya rekayasa kayak cinta doi lo yang penuh dengan rekayasa."

"Baperan lo kayak kucing abis lahiran." Cellin mendorong kepala Deeva saking gemasnya.

"Gapapa dong baperan, daripada gak dianggap ada." Deeva balas mendorong kepala Cellin.

"Tai ya kamu."

"Gue Deeva bukan tai. By the way, yang lain mana? Tumben gak bareng? Biasanya juga kayak anak panti asuhan. Kemana-mana selalu bareng." Tanya Deeva.

"Sandra sama Velli maksud lo?" Tanya Cellin memastikan.

"Ya iyalah mereka berdua, masa anjingnya Pak Mamat." sewot Deeva.

Pak Mamat adalah seorang tukang kebun di Dinata Tunggal. Rumah Pak Mamat yang berada persis di belakang sekolah sering di buat tempat cabut dan nongkrong anak-anak nakal, contohnya Deeva dan kawan-kawan. Dan Pak Mamat mempunyai 2 ekor anjing yang biasanya membantu Pak Mamat dan Pak Acep untuk menjaga sekolah.

"Woles mbak gak usah sewot gitu, itu anak dua udah di kantin. Abis gini juga bakalan ke sini. Look it." Jawab Cellin.

"Sok inggris lo. Remember, your English examination got the value of 65." Ejek Deeva.

"Jangan buka aib nyet. Goblok kok di pelihara. Goblok itu di buang jauh-jauh." Dengus Cellin.

"Iya tau yang pinter, saking pinternya ulangan mat kemarin dapet 75. Paham kok paham." Ejek Deeva, lagi.

"Kemarin otak gue lagi nge-blank, suer deh. Gue lagi banyak pikiran. Lo tahu sendiri lah, otak gue tak seencer otak cantik lo." Jawab Cellin.

"Sok banyak pikiran lo kadal. Otak gue gak seencer air mengalir di air terjun."

"Bodoamat. Tuh mereka, Tuh!" Tunjuk Cellin ke belakang Deeva.

"Saha?" Tanya Deeva.

"Sandra ame Velli." Jawab Cellin.

"Siap-siap telinga nih." Guman Deeva pelan dan menutup telinganya.

"DEEVAAAAAA!!!"

Tuh kan, apa gue bilang.

Cruel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang