CW••41

568 26 6
                                    

JANGAN LUPA TINGGALKAN JEJAK. TERIMA KASIH ATAS KERENDAHAN HATINYA.

^^

Malam semakin larut. Deeva masih berada di tempat entah berantah. Ia hanya sekilas tahu jika tempat ini berada di daerah pegunungan. Informasi ini juga Deeva dapatkan dari menguping obrolan anak buah Arnu yang menjaga di depan.

"Aduh, kepala gue," Ucap Deeva seraya meringis sambil memegang kepala bagian kanan.

Memang tadi sebelum Arnu pergi, Deeva sengaja membuat cowok itu kesal dengan mengatainya psiko tampan tapi tidak punya otak. Alhasil, Arnu tidak terima dan kembali melayangkan pukulan menggunakan sebatang kayu kecil yang ada di bawah kaki cowok itu.

Meski kecil, namanya kayu tetaplah kayu. Tetap menimbulkan rasa sakit.

"Bodo amat dah, kabur dulu."

Deeva berjalan ke samping. Di sana memang ada pintu kecil yang tingginya hanya setengah dari tembok. Saat sore tadi, Deeva sudah mengecek keadaan pintu itu dan dugaannya benar. Pintu itu digembok dengan gembok besar.

"Untung ada peniti," Ucap Deeva sambil berusaha melepaskan gembok itu dengan peniti yang ada di bawah kardus-kardus bekas di pojok ruangan.

Satu jam kemudian, Deeva sudah berhasil berlari hingga tiba di sebuah sungai yang jaraknya sudah lumayan jauh dari tempat Arnu menyekapnya. Napasnya memburu karena berlari kencang setelah berjuang membuka gembok selama lima belas menit dan memukul anak buah Arnu yang berotot besar dengan sebatang kayu yang tidak sengaja ditemukannya.

Diambilnya air yang mengalir di sungai itu lalu dibasuh ke wajahnya. Meluruhkan darah kering yang muncul saat terkena pukulan dari Arnu tadi.

"Segar!" Ucap Deeva setelah membasuh wajahnya beberapa kali.

Deeva kembali berjalan. Menelusuri alur sungai yang berliku-liku. Hingga cewek bertubuh ramping itu melihat jalan raya. Ingin hati menyuruh orang menjemputnya, tapi apa daya kenyataan tidak membantunya.

"Sialan si Arnu, ponsel gue dibawa." Desis Deeva saat cewek itu tepat berada di jalan raya.

Menunggu.

Satu kata itu yang patut dideskripsikan mengenai kondisi Deeva saat ini. Cewek itu duduk termenung di sebelah jalan dengan kaki ditekuk dan dagu diletakkan di atas lutut. Sesekali menoleh ke kanan dan ke kiri untuk mencari kendaraan yang lewat, tapi tidak ada satu pun. Memang benar jika tempat ini adalah tempat terpencil.

Lelah menunggu. Deeva kembali berdiri. Sekali lagi memastikan bahwa tidak ada satu pun kendaraan yang lewat. Akhirnya dengan kaki yang telah mati rasa saking pegalnya, Deeva berjalan menelurusi jalan raya.

"ADEEVA!!!"

Yang dipanggil tersentak. Berlari kencang tanpa menoleh ke belakang. Tanpa memastikan siapa yang mengejarnya. Mendengar suaranya saja cewek itu sudah hafal.

Arnu.

"BERHENTI LO, JALANG!"

Sekali lagi. Deeva semakin menambah kecepatan berlarinya. Mengabaikan telapak kaki yang bergesekan dengan aspal dan mengeluarkan sedikit demi sedikit darah akibat goresan dengan kulit aspal yang kasar.

Tapi meskipun Deeva sudah berlari sekuat tenaga, tetap saja kalah dengan tenaga Arnu.  Dipegangnya tangan Deeva dan ditarik paksa mengikuti Arnu. Deeva berontak. Melakukan segala cara untuk melepaskan cengkraman Arnu yang semakin lama semakin kuat.

"DIAM!!!" Bentak Arnu.

PLAK!

Tamparan keras menghujam pipi kanan Deeva. Rasa sakit memjalar di beberapa titik. Tapi Deeva tidak peduli. Masih saja berontak minta dilepaskan.

Cruel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang