CW••24

1.1K 88 1
                                    

Aaron memutuskan berhenti di sebuah warung sederhana yang terletak di pinggiran jalan yang mereka lalui. Sudah empat jam dia dan Deeva berkeliling Jakarta, tapi tetap tidak menemukan Cellin.

"Turun." Pintanya.

Deeva menggeleng dan masih anteng duduk di atas motor.

"Turun Deeva! Lo belum makan dari tadi." Sentak Aaron garang.

Dasar Deeva yang sudah biasanya disentak seperti itu dan keras kepala tetap kukuh duduk, malah cewek itu sudah pura-pura sibuk dengan ponselnya.

"KYAAA,"

Deeva yang sibuk ber-instagraman dikagetkan dengan Aaron yang tiba-tiba menggendongnya. Cewek itu memukul punggung Aaron seraya mengatakan turunin gue.

"Nggak Deev, lo belum makan!"

Deeva mengerucutkan bibir mungilnya. Cewek itu menutupi wajahnya dengan jaket yang Aaron pakai. Dirinya malu setengah mati. Untung saja warung sederhana itu tidak terlalu ramai. Hanya berisi lima anak sekolah, seorang bapak-bapak, dan ibu penjual.

Aaron menurunkan Deeva di kursi panjang yang berada tepat di samping bapak-bapak yang asik merokok sambil melahap gorengan, lalu meninggalkan Deeva. Deeva terpaku di tempat. Dia memang anak nakal, tapi dia tidak suka pergi ke warung yang isinya orang merokok semua, kecuali kalau dirinya yang merokok. Itu sih tidak masalah.

Tenggorokannya mulai terasa sakit. Asap rokok dari bapak-bapak itu masuk ke dalam hidungnya membuat hidungnya gatal. Sungguh menyiksa dan sangat mengganggu.

Deeva berdiri dan melangkah keluar. Masa bodo dengan Aaron yang nanti ngamuk-ngamuk, yang terpenting sekarang ialah melarikan diri dari asap rokok.

Ketika Deeva baru saja keluar warung, Aaron ternyata sudah berdiri di depan Deeva. Deeva yang awalnya kaget jadi mendengus. Lihat muka cowok ini, tidak merasa bersalah meskipun hampir membunuh gadis cantik dengan asap rokok.

"Masuk!" Deeva menggeleng.

"Masuk atau gue seret?" Ancam Aaron.

"Gak mau Aaron. Gue gak mau masuk." Rengek Deeva dengan wajah memelas.

"Lo belum makan sama sekali Deev. Please dengerin gue sekali aja, ya." Ujar Aaron sambil menggenggam tangan Deeva.

Deeva tersentuh. Kekhawatiran terpancar jelas di mata Aaron. Dirinya tidak dapat menolak jika seperti ini. Tapi bayangan dia akan sesak di dalam menghantuinya.

"Oke gue makan, tapi di luar aja." Ujarnya setelah berperang dengan pikirannya.

Alis Aaron bertautan, "Kenapa?"

"Banyak asap rokok." Ujar Deeva jujur.

Aaron yang paham segera mengangguk. "Iya makan di luar. Sana ke motor." Pinta Aaron sambil mengelus rambut Deeva.

Deeva mengangguk. Sambil menunggu Aaron, dia mengeluarkan ponselnya untuk mengabari Sandra dan Velli bahwa sampai saat ini dirinya belum menemukan Cellin. Setelah mengirim pesan, dimatikannya ponsel itu.

Dia naik ke atas motor dan menelungkupkan kepalanya di atas tangki bahan bakar. Lalu dia menutup mata untuk tidur sebentar.

Tak lama setelah Deeva tertidur, Aaron datang dengan dua piring yang berisi nasi campur dan diikuti ibu penjual yang membawakan segelas es jeruk dan segelas kopi hitam.

"Taruh di sini aja Bu." Ujar Aaron sambil meletakkan piring di aspal.

"Iya." Ibu penjual itu meletakkan minuman di samping piring-piring lalu pergi masuk ke dalam setelah berpamitan pada Aaron.

Cruel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang