CW••38

617 27 4
                                    

'Bug,'

Suara dentuman terdengar sangat keras di perpustakaan. Di sana Deeva menghantam perut Dolan dengan tinjunya, hingga membuat cowok yang baru saja memasuki perpustakaan itu tersentak.

"Kalau ada orangnya gak mau lihat, tapi kalau udah pergi dilihatin mulu," Sindir Deeva ketika Dolan melintas di hadapannya setelah menunduk menahan sakit di perutnya.

"Banci banget lo jadi cowok. Kalau ada orangnya di depan mata gak pernah dianggap ada, apalagi gak ada orangnya. Mangkanya pacar lo di mana-mana." Sindir Deeva dengan ucapan pedasnya.

Dolan berhenti, tapi tidak menggubris. Dan lebih memilih memberi sebuah amplop merah ke Deeva. Cowok itu seakan melupakan tujuannya ke perpustakaan yang ingin meminjam buku latihan tentang galaksi.

"Apaan nih?" Tanya Deeva sambil menatap amplop merah itu dengan tatapan selidik. "Lo mau nyatain cinta ke gue? Duh Lan, maaf-maaf nih, temen gue itu pacar lo. Ya gak mungkin lah gue makan temen gue sendiri."

Dolan menatap Deeva dengan tatapan aneh. Seakan memberi tahu lewat tatapannya bahwa itu bukan surat cinta atau surat apa pun yang ada di pikiran cewek di depannya itu.

Deeva yang mengerti arti tatapan Dolan langsung bertanya dengan tatapan bingungnya, "Terus dari siapa nih?"

Dolan menggeleng. Lalu menyerahkan amplop merah itu pada Deeva untuk kedua kalinya. Dan kali ini diterima oleh Deeva.

Dengan tatapan menyelidik, Deeva membolak-balik amplop yang ada di tangannya. "Lo beneran gak tahu ini dari siapa?" Tanya Deeva sekali lagi dan tetap mendapat gelengan dari Dolan.

Deeva menghembuskan napas berat. Tatapannya pun pasrah. Tapi di satu sisi juga penasaran. Menatap amplop merah di tangannya dengan tatapan ingin tahu.

Karena rasa ingin tahu yang tinggi, Deeva akhirnya membuka amplop itu dan mengeluarkan sebuah kertas hitam yang dilipat rapi. Ketika Deeva baru saja membuka lipatan kertas, Deeva langsung terkejut dan melempar kertas hitam itu ke tanah.

Tangan cewek berparas ayu itu gemetar hebat. Lalu tubuhnya merosot luruh di lantai-lantai perpustakaan yang dingin. Kedua tangannya memegang kepalanya yang berdenyut hebat.

Ketika ia tidak sengaja menoleh dan melihat sepasang sepatu yang berdiri tidak jauh dari hadapannya, Deeva mendongak dan terkejut melihat Dolan masih ada di sana. Berdiri di tempat yang sama.

Setelah beberapa menit lamanya, Deeva akhirnya mengambil kertas hitam yang berada tidak jauh dari tempatnya berada dan melipatnya. Lalu ia masukkan ke dalam saku seragamnya.

"Huh! Lan, gue minta tolong jangan bilang siapa-siapa. Tolong," Pinta Deeva seraya berdiri dari duduknya.

"Kalau lo diam, berarti iya. Oke Lan, tolong disembunyiin ya," Ucap Deeva sambil menepuk-nepuk belakang roknya yang kotor.

Dolan diam. Tidak bergerak. Membuat Deeva mengangguk, "Oke, lo diam berarti setuju. Mohon bantuannya."

"Gue pergi dulu, Lan. Nanti kuncinya taruh di meja Pak Setyo ya," Ucap Deeva terakhir sebelum berjalan keluar perpustakan.

"And thank you for this letter."

^^

Dengan ditemani Sandra, Deeva memasuki sebuah mall ternama yang berada di Jakarta Pusat. Memasuki salah satu toko kuliner yang memiliki antri panjang di depan kasirnya.

"Duh, antrinya panjang banget lagi," Dumel Deeva ketika baru saja masuk ke dalam barisan antri.

Sandra yang baru saja memasukkan kaos yang tadi sempat ia beli sebentar di perjalanan menuju tempat itu ke dalam paperbag coklat, menjawab, "Lagian lo ngapain beli pas waktu malam minggu, ya pasti antri panjang. Bukan malam minggu aja antri, apalagi malam minggu."

"I want to buy this drink, now." Jawab Deeva seraya maju satu langkah diikuti oleh Sandra.

"I know, but at least you know the right time to buy it." Ucap Sandra.

Deeva tetap merengut kesal. Cewek berkaos khaki lengan pendek itu sangat-sangat sebal. Ditambah ia sedang kedatangan tamu, jadi ya tidak heran jika mood cewek itu turun drastis.

"Suruh pergi sana yang ada di depan nih, ngalangin jalan aja." Dumel Deeva lagi.

"Lo datangnya kelamaan, jadinya telat." Balas Sandra dengan nada

"Lo gak lihat tadi macet parah, hah?" Ucap Deeva dengan ngegas.

"Dikira gue buta gak kelihatan apa-apa," Balas Sandra seraya memalingkan wajahnya.

"Terus ngapain lo ngomong beg--" Sanggahan Deeva terpotong dengan sapaan dari barista Starbucks.

"Halo, selamat malam. Mau pesan apa, kak?" Ucap cewek cantik barista Starbucks.

"Malam kakak cantik, aku mau pesan Caramel Macchiato satu, Vanilla Latte satu, Asian Dolce satu, sama Chocolate Chip Cream Frappuccino satu." Ucap Deeva dengan lancar.

"Mau gelas apa, kak?"

"Hmm, Venti apa Grande, San?" Tanya Deeva pada Sandra yang sibuk dengan ponselnya.

Sandra berhenti men-scroll, lalu berpikir sebentar. "Venti aja deh Deev, biar gak beli-beli mulu." Ucap Sandra.

"Venti aja deh, kak," Ucap Deeva pada barista Starbucks dengan name tag Selli.

"Ada tambahan lagi, kak?"

"Enggak."

"Oke. Saya ucapkan sekali lagi pesanannya ya kak, Caramel Macchiato satu, Vanilla Latte satu, Asian Dolce satu, sama Chocolate Chip Cream Frappuccino satu. Untuk ukuran gelasnya Venti semua ya, kak. Sudah benar pesanannya kak?" Tanya Selli dengan ramah dan dijawab Deeca dengan anggukan.

"Totalnya dua ratus lima puluh satu ribu rupiah kak."

Deeva memberikan sebuah kartu member Starbucks kepada Selli dan diterima Selli dengan ramah.

"Ini kartunya, mohon ditunggu sebentar. Terima kasih." Ucap Selli seraya mengembalikan kartu dan menunjuk kursi di mana Deeva dan Sandra harus menunggu beberapa menit.

Setelah mengambil pesanan, mereka berdua memutuskan untuk keluar dan berjalan-jalan mencari toko yang Sandra inginkan. Setelah sampai, Sandra masuk ke dalam toko dan Deeva lebih menunggu di depan toko. Setelah selesai, mereka memutuskan untuk keluar dan pulang.

Tapi sebelum pulang, Deeva terlebih dulu mendapat chat dari Aaron yang menanyakan keberadaannya.

Aaron : Lo dmn?

^^

Radhikaeka

25 SEPTEMBER 2019

Cruel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang