CW••5

2.7K 229 69
                                    

"Lo ngapain?"

Perempuan itu menoleh dengan raut muka sebal. Tangan putihnya menunjuk sebuah mobil jazz hitam yang terparkir di pinggir jalan.

"Mobil gue mogok." Sebal cewek itu.

"Lo gak bawa supir?" Tanya Aaron dengan tangan membuka kap mobil cewek itu.

"Yakali, bawa buku aja males apalagi bawa supir gue yang segede gajah. Bisa ambruk di depan rumah duluan dah gue." Desis cewek itu.

Aaron terkekeh melihat Deeva cemberut seperti itu. Lucu dan menggemaskan, menurutnya. "Maksud gue lo gak dijemput supir?" Deeva menggeleng.

"Lo bisa benerin mobil?" Tanya Deeva pada Aaron yang sibuk memutar benda di dalam mesin mobilnya yang bernama apalah itu.

Aaron tak menjawab. Tangannya sibuk membenarkan apa saja yang bermasalah di mesin mobil cewek ber-sweater abu-abu di sampingnya.

"Itu namanya apa?" Tanya Deeva pada Aaron.

"Diem dulu."

"Gak mau. Kasih tahu dulu itu yang lo puter-puter namanya apaan?" Kekuh Deeva.

"Aaron!"

"Hello?"

"Lo denger gue gak sih?"

"Aaron!"

Hening.

Aaron terlalu sibuk dengan dunia permesinannya dan mengabaikan Deeva. Ia mendengus sebal. Cewek itu sebal jika diabaikan, dikacangi, dan tak dipedulikan. Apalagi dikacangi sama orang ganteng seperti cowok di sampingnya ini.

Deeva tak suka.

Rasanya menyakitkan.

Sakit tapi tak berdarah.

Deeva berjalan dengan kaki yang dihentak-hentakkan menuju ke samping mobilnya. Ia bersender di badan mobilnya dengan tangan yang menyilang di depan dada. Sungguh Deeva tidak mengetahui nama mesin di dalam mobilnya dan ia bertanya untuk mengetahuinya. Apa itu salah? Tidak.

Kata Pak Anil, guru bahasa Inggris di sekolahnya. Bertanyalah jika tidak tahu dan jangan diam saja dan berpura-pura tahu. Karena dengan bertanya kita dapat mengetahui apa saja yang tidak kita ketahui. Sedangkan dengan kita berpura-pura kita dapat apa? Dosa?

Hari ini panas matahari sangat menyengat dan siap membakar kulit para manusia yang tak bisa menutup aurat mereka. Deeva meringis. Ia merasa tersindir.

Tapi Deeva bersyukur dengan sweater yang ia pakai. Sweater itu membantu menghalau cahaya matahari yang siap membakar kulit putihnya jika ia melepaskan sweater-nya.

Matanya melirik Aaron yang tengah sibuk memperbaiki mobilnya yang mogok. Sungguh, jika tahu mobilnya akan mogok hari ini, Deeva tak akan sekolah. Cewek itu akan membolos dengan alasan acara keluarga.

Sekali lagi, matanya melirik cowok berandalan yang baru ia temui saat cowok itu menabraknya tempo hari. Memandangnya lekat dan Deeva baru tersadar jika Aaron ini sangatlah tampan dan terkesan sexy dengan keringat yang menempel di tubuh tegapnya.

Untuk ukuran seorang cowok, kulitnya tergolong putih. Memiliki hidung mancung, alis tebal, dan bibir penuh yang sangat sexy. Bibir itu seakaan siap kapan saja menerima sebuah ciuman.

Oh tidak,  pikirannya mulai tidak benar dan melantur ke arah yang membuat khilaf.

Maafkan Deeva Ya Allah.

"Coba Dev," Ucap Aaron tiba-tiba yang membuat Deeva tersentak dan segera mengalihkan pandangannya.

Deeva mengangguk dan masuk ke dalam mobil. Ia mencoba menyalakan mobilnya. Satu kali mencoba dan berhasil. Mobilnya kembali menyala. Sungguh, Deeva senang bukan main.

Cruel WorldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang