PRAKTIK TERBURUK

5.8K 250 7
                                    

Keesokan harinya, seperti biasa Devi berangkat sekolah diantarkan oleh papahnya. Namun sebenarnya papahnya tidak mengizinkan Devi untuk masuk hari ini dikarenakan khawatir dengan keadaan kakinya yang masih belum pulih total. Tapi Devi tetap saja memaksakan diri untuk masuk sekolah karena tidak ingin tertinggal pelajaran.
"Kamu yakin sayang mau tetep masuk sekolah?" tanya papah Devi merasakan keraguan

"Iya pah, papah tenang aja aku gak bakal kenapa kenapa kok. Ini juga udah mendingan" begitu kata Devi menyakinkan bahwa dirinya tidak apa apa

"Yaudah kalau kamu pengen izin pulang bilang aja ya, terus nanti telefon papah biar papah jemput"

"Siap bos" ucap Devi sambil memberikan hormat seperti hal yang sering ia lakukan kepada papahnya

Saat Devi sampai dikelas, Risa sudah menunggu nunggu kedatangan Devi sejak tadi. Risa pikir tadinya Devi tidak akan masuk, tapi ternyata dugaannya salah.
"Dev lo masuk? Gue pikir lo gak bakalan masuk" tersontak kaget melihat kedatangan Devi dan langsung menghampirinya yang baru sampai di pintu

"Masuk lah Ris, masa cuma gara gara keseleo doang gue sampe gak masuk. Lebay banget ahh" begitu ucapnya

"Oh ya yang bawa kodok sama cacingnya siapa?" tanya Risa

"Si Dika yang bawa"

"Terus orangnya mana?"

"Hm tau yah, gue belum liat dari tadi"
"Astaga gue kenapa nitipin ke dia yah? Kan Dika jarang masuk sekolah, kalau pun masuk dia datengnya selalu telat. Bego banget gue" begitu kata Risa sambil menepuk keningnya

"Duh terus gimana ini? Nanti kalau kita dimarahin pak Budi gimana? Terus Adit mana? Belum dateng juga?"

"Dika sama Adit itu kalau berangkat barengan"

Kringggg

Bel masuk pun sudah berbunyi. Devi dan Risa merasakan kegelisahan karena Dika dan Adit belum kelihatan juga. Tak lama kemudian pak Budi pun masuk. Sebelum melakukan praktiknya, pak Budi mengabsen kehadiran anak anak dulu.

"Siapa yang hari ini gak masuk?" tanya pak Budi

"Dika sama Adit pak" ucap Vita seorang murid yang bertugas mengisi absensi kelas

"Kebiasaan sekali mereka itu. Siapa yang sekelompok dengan mereka?"

Devi dan Risa mengangkat tangan bersamaan.

"Kalian sekelompok dengan mereka?" tanya pak Budi kepada Devi dan Risa

"Iyah pak" jawab Devi dan Risa secara bersamaan

Dan tiba tiba saja Dika dan Adit datang dengan nafas terengah-engah.

"Maaf pak kami telat" begitu kata Dika sambil mengaturkan nafasnya yang seperti habis dikejar kejar oleh setan

"Kalian ituu...." ucap pak Budi sambil menatap mereka dan mengeleng-gelengkan kepalanya

"Maaf pak tadi Dika puup nya lama, jadi saya harus nungguin dia pak" ujar Adit yang membuat anak anak dikelas tertawa

"Ya sorry, dari pada nanti gue tahan terus malah kecepirit. Ya kan?" ucap Dika

"Sudah sudah!!! Kalian ini sudah telat, malah ngelawak lagi disini. Cepat kita langsung ke ruang lab" ucap pak Budi

Ketika mereka sudah di ruang lab, pak Budi menjelaskan tugas mereka untuk praktik hari ini. Pak budi memberikan beberapa kertas kepada masing masing kelompok untuk diisikan hasil praktiknya. Pak Budi tidak bisa mengamati pekerjaan mereka dikarenakan pak Budi masih ada urusan yang harus diselesaikan diluar sana, dan pak Budi pun meninggalkan mereka.

"Ini binatangnya suruh diapain sih?" tanya Risa sambil memegang binatangnya

"Bentar bentar gue baca dulu langkah penelitiannya" ucap Devi sambil membaca selembar kertas.
"Ohh ini kataknya suruh dibelah gitu biar kita tau anatomi katak ini. Nanti kita amati pake mikroskop" lanjut Devi menjelaskan

"Yaudah lo belah Dev" perintah Dika

"Hah gue? Kenapa harus gue? Lo aja lahh" Devi menjawabnya dengan memberontak

"Yahh lo kan pinter, lo pasti ngerti soal beginian. Lo mau jadi dokter kan? Ya lu mulai belajar dari sekarang" ujar Dika dengan sedikit emosi

"Gue emang mau jadi dokter, tapi bukan dokter hewan" ucap Devi semakin memanas

"Yahh emang lo pikir ngebedah kodok beginian cuma buat jadi dokter hewan doang? Dokter umum juga nanti bakal ngebedah kaya gini, ngebedah tubuh manusia" begitu kata Dika

Suasana semakin memanas, mereka bukannya segera mengerjakan tugasnya melainkan berdebat masalah siapa yang akan membedah hewan hewan itu. Kalau saja ada pak Budi yang mengawasi mereka, tidak akan rusuh seperti ini jadinya.

"Udah udah, kalian itu berantemmmm ajaaaa. Gak capek apa? Kalian tau gak? Kalian kayak gini tuh cuma buang buang waktu aja. Sini biar gue aja yang bedah kodok sama cacingnya" ucap Risa yang sudah mulai muak dengan keadaan ini

Ketika Risa mengeluarkan kodok yang ada didalam kotak itu, tiba tiba kodoknya langsung loncat tinggi ke arah Devi. Dan sontak, Devi langsung menjerit ketakutan dan membuat suasana semakin ramai.

"Akkhhhhhh" teriak Devi karena katak itu loncat ke arahnya.
"Dikaa dikaaa bantuin gue, akhhhhh gue takut" Devi berteriak semakin keras sambil berlari ke pojokan karena katak itu terus mengikuti kemana Devi berlari.

Anak anak yang berada disitu bukannya menolong Devi melainkan melihat kejadian tersebut seperti tontonan. Dika yang tidak tega melihat Devi yang sudah menangis karena ketakutan itu langsung menolongnya.

Dika mengambil dengan perlahan katak tersebut "Ahhh dapet lo"
"Dit Dit pegang nih kodoknya buruan" Dika memanggil Adit untuk menyuruhnya memegang katak itu.

Adit menghampiri Dika dan mengambil kataknya.

"Pegang dong yang bener. Apa jangan jangan lo juga takut ya sama kodok" ucap Dika dengan sedikit meledeknya

"Ya kaga lahh, cowo keren kayak gue masa takut beginian" ucap Adit sambil memuji dirinya sendiri

"Yaudah tuh kodok nya udah gak ada Dev. Yaudah nanti biar gue aja yg ngebedah tuh badan kodoknya, biar nanti lo yang isi laporan penelitiannya" Dika berusaha menenangkan Devi.

Dika, Risa, dan Adit berusaha untuk menenangkan Devi agar bisa segera melakukan penelitiannya. Dan Devi pun sudah merasa tenang, akhirnya mereka membagi bagi tugasnya. Risa dan Adit membedah tubuh katak, Dika membedah tubuh cacing, dan Devi menulisnya hasil laporannya. Tak butuh waktu lama untuk melakukan penelitiannya, mereka sudah selesai melakukannya karena kekompakan dan kerja samanya. Tak lama kemudian bel ganti pelajaran pun berbunyi, mereka bergegas membersihkan laboratorium dan kembali ke kelas karena setelah ini ada pelajaran matematika yang gurunya Bu Retno guru yang sangat killer.







Tunggu kelanjutannya ya!!! Baca terus cerita ini, dan jangan lupa kasih bintang jika kalian suka dan beri komentar jika ada kekurangan/kesalahan😊

Cinta Abu AbuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang